Kebiasaan Kerokan Badan Menurut Ilmu Kedokteran

Eddy FloEddy Flo - Sabtu, 19 Maret 2016
Kebiasaan Kerokan Badan Menurut Ilmu Kedokteran

Dokter Bima Arrynugrah menyatakan kerokan belum masuk pengobatan (Foto: MP/Noer Ardiansyah)

Ukuran:
14
Audio:

MerahPutih Budaya - Meski budaya kerik badan sudah dilakukan sejak zaman dulu, namun dari sisi medis kegiatan tersebut belum dikenal sebagai terapi pengobatan.

Ihwal demikian, dikatakan oleh salah seorang pakar kesehatan, Dr M. Bima Arrynugrah kepada merahputih.com saat ditanya mengenai mengerik badan menurut ilmu kedokteran.

Dengan sikap santun dan penuh keramahan, dokter muda itu menjelaskan terlebih dahulu apa itu mengerik badan. "Sebenernya, kalau kerokan ini, 'kan masuk ke dalam terapi alternatif ya. Jadi, berawal dari budaya sejak zaman terdahulu toh," jelas Dr Bima (31) kepada merahputih.com di tengah-tengah kesibukannya, Depok, (17/3).

Adapun proses demikian (mengerik badan), papar Dr Bima, adalah kompensasi dari proses, di mana permukaan kulit digosok dengan menggunakan koin atau sebagainya sehingga menimbulkan peningkatan suhu di lokasi tersebut. Hal demikian, mengakibatkan pelebaran pembuluh darah di dalam kulit.

Ketika pembuluh darah melebar, peredarah darah pun otomatis akan menjadi lancar. Oksigenasi juga membaik sehingga rasa nyeri si penderita masuk angin akan berkurang.

"Jadi, kalau dikerok kulit menjadi merah. Pada dasarnya, proses kerokan tadi mengakibatkan munculnya zat endorpin yang membuat perasaan jadi byaman, rasa sakit hilang, dan lebih semangat. Kerokan bisa menyebabkan kadar endorfin meningkat," papar Dr Bima.

Meski demikian, beliau juga mengatakan untuk mengerik badan tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang, pun pada penderita sakit selesma. "Tapi, kerokan jangan dilakukan pada beberapa orang, di antaranya penderita diabetes, kulit yang alergi logam, maupun daerah kulit yang luka," kata Dr Bima.

Karena itu, lebih lanjut ia jelaskan, menanggapi terhadap kondisi kepekaan orang yang sensitif. "Nanti yang dikerok, malah jadi luka dan timbul infeksi," jelasnya.

"Esensinya, ya Mas, kalau kondisi kita baik, yaitu dengan life style yang baik, asupan nutrisi baik, istrirahat cukup, olahraga, dan lain-lain, pasti tubuh ga perlu dikerok-kerok lagi, soale udah fit. Ya toh," tutupnya.(ard)

BACA JUGA:

  1. Tradisi Praktek Kerokan dari Zaman ke Zaman
  2. Komunitas Seniman Depok, Kejar Target Kancah Internasional
  3. Hari Musik Nasional, Seniman Kota Depok Resmikan Komando
  4. Takabur di Cagar Alam Depok? Silakan Kalau Berani
  5. Ini Bukti Cagar Alam Depok Penuh Hal Gaib
#Pengobatan Tradisional #Cuma Di Indonesia #Tradisi Kerokan
Bagikan
Ditulis Oleh

Eddy Flo

Simple, logic, traveler wanna be, LFC and proud to be Indonesian

Berita Terkait

Lifestyle
31 Tahun Beroperasi, 'Niu An Cong' Kini Hadir di Indonesia
31 tahun beroperasi, kini Niu An Cong hadir di Indonesia. Niu An Cong menawarkan pengobatan tradisional dari Tiongkok.
Soffi Amira - Rabu, 13 November 2024
31 Tahun Beroperasi, 'Niu An Cong' Kini Hadir di Indonesia
Lifestyle
Tingkat Gula Darah Bisa Dikurangi Lewat Terapi Cahaya
Gula darah bisa dikurangi dengan terapi cahaya selama 15 menit.
Soffi Amira - Senin, 26 Februari 2024
Tingkat Gula Darah Bisa Dikurangi Lewat Terapi Cahaya
Fun
Terkesan Menakutkan, Ternyata Jaring Laba-Laba Baik untuk Luka
Jaring atau sarang laba-laba sudah diggunakan sejak zaman Roma dan Yunani Kuno.
Ananda Dimas Prasetya - Selasa, 29 November 2022
Terkesan Menakutkan, Ternyata Jaring Laba-Laba Baik untuk Luka
Fun
Gua Sha Redakan Pembengkakan pada Payudara
Alat yang biasanya digunakan untuk gua sha adalah batu permata.
P Suryo R - Rabu, 19 Oktober 2022
Gua Sha Redakan Pembengkakan pada Payudara
Bagikan