Kebaya Janggan Menyeruak Berkat Serial Netflix 'Gadis Kretek’
Kebaya Janggan kembali jadi tren karena film serial 'Gadis Kretek'. (imdb)
TAK disangkal lagi Yogyakarta penuh dengan warisan budaya. Yogyakarta menjadi latar belakang dari film serial Netflix, Gadis Kretek.
Karakter Dasiyah yang diperankan oleh Dian Sastrowardoyo digambarkan sangat kuat dan mandiri. Selain itu kostum yang dikenakannya, Kebaya Janggan juga menarik perhatian para penonton film serial ini.
Baca Juga:
Dikutip dari Narasi, Kebaya Janggan semakin populer ketika Ratna Ningsih (Raden Ayu Retnoningsih), istri Pangeran Diponegoro, mengenakannya sebagai pakaian sehari-hari. Anak dari Raden Tumenggung Sumoprawiro ini, mengenakan kebaya untuk menyembunyikan patrem (keris kecil) saat mendampingi Pangeran Diponegoro dalam pertempuran melawan Belanda.
Yang membedakan Kebaya Janggan adalah desainnya yang unik. Kebaya ini terinspirasi dari seragam militer Eropa dengan kerah tinggi yang menutupi leher, namun tidak dikancingkan seperti yang terlihat pada baju adat tradisional Tionghoa, yakni chiongsam. Modifikasi dari kebaya pada umumnya yang berleher rendah ini memberikan tampilan yang berbeda.
Di luar daya tarik estetikanya, Kebaya Janggan memiliki simbolisme yang mendalam. Warna gelap melambangkan ketegasan, kesederhanaan, dan kedalaman. Warna hitam dihubungkan dengan kesucian dan kesalehan perempuan bangsawan, menonjolkan sisi femininitas dan kesucian pemakainya.
Istilah 'janggan' adalah berarti leher dalam bahasa Jawa. Kebaya ini menambahkan elemen keindahan dan kemurnian, yang mencerminkan status perempuan bangsawan di istana.
Bahkan sampai saat ini, Kebaya Janggan tetap menjadi pakaian resmi untuk perempuan di istana pada acara-acara penting dan upacara tertentu. Kebaya Janggan kemudian menjadi seragam harian bagi para abdi dalem, melestarikan nilai budayanya.
Baca Juga:
Animator Indonesia Terlibat dalam Produksi Film 'Wish' Disney
Dengan muncul kebaya itu pada tayangan mendorong Kebaya Janggan menjadi sorotan. Paling tidak ini memberikan manfaat sebagai pengingat pada pentingnya melestarikan dan menghormati pakaian tradisional. Karena masyarakat Yogyakarta sangat menjunjung tinggi tata cara berpakaian. Seperti pada pepatah ajining diri saka lati, ajining raga saka saliro, menekankan perlunya memperhatikan jiwa dan raga untuk mendapatkan hormat dari orang lain.
Tinu Suhartini MG, Ketua Komunitas Wanita Berkebaya di Yogyakarta, menekankan melalui CXO media mengenai pentingnya mematuhi etika berkebaya yang tepat untuk menjunjung tinggi esensi dan visi di balik pakaian tradisional ini.
Kemudian Ray Kusswantyasningrum, abdi dalem Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, menekankan pentingnya mengikuti aturan-aturan tradisional, yang dikenal sebagai Pakem Gagrak Jogja atau Pakem Gagrak Solo, untuk melestarikan keaslian dan keanggunan yang terkait dengan Kebaya Janggan.
Dalam era modern ini, Kebaya Janggan yang kembali dalam serial Gadis Kretek, menjadi bukti daya tarik warisan budaya Indonesia yang tidak lekang oleh waktu. Hal ini tidak hanya mendorong eksplorasi permadani budaya yang luas. Namun komitmen untuk mengikuti adat istiadat yang sudah ada untuk memastikan keberlangsungan tradisi yang kaya ini. (nda)
Baca Juga:
Bagikan
Berita Terkait
Aktor 'It: Chapter Two' James Ransone Meninggal Dunia, Bunuh Diri di Usia 46 Tahun
Amazon Teken Kontrak dengan Netflix, James Bond Ikut Pindah Rumah
Disutradarai Baim Wong, Christine Hakim Karakter Utama dalam Film ‘Semua Akan Baik-baik Saja’
'The Super Mario Galaxy Movie' Tayang 2026, Mario Bertualang ke Luar Angkasa
Captain America Steve Rogers Muncul Dalam Trailer 'Avengers: Doomsday'
'Ratu Petaka': Film Thriller Dunia Modeling Debut Sutradara Gandhi Fernando Siap Tayang di 2026
Film Korea 'Boy' Tampilkan Dunia Distopia Masa Depan, Siap Tayang Januari 2026
Warner Bros Disebut-Sebut akan Tolak Tawaran Paramount, Khawatirkan Pendanaan Akuisisi
Disclosure Day, Film Sci-Fi Steven Spielberg yang Penuh Teka-teki
Joko Anwar Raih Penghargaan Bergengsi Chevalier des Arts et des Lettres dari Prancis