Jauh Sebelum Jadi Cagar Biosfer, Masyarakat Lembah Bada Jaga Hutan dengan Hukum Adat

Zulfikar SyZulfikar Sy - Senin, 18 Maret 2019
Jauh Sebelum Jadi Cagar Biosfer, Masyarakat Lembah Bada Jaga Hutan dengan Hukum Adat

Patung megalitikum di Lembah Bada. (Foto: instagram.com/pict.by.me)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

LEMBAH Bada merupakan salah satu wilayah indah di Pulau Sulawesi. Lembah Bada juga terkenal dengan patung-patung manusia megalitikumnya yang membuat dunia luar kagum.

Jauh sebelum Taman Nasional Lore Lindu (TNLL) ditetapkan UNESCO sebagai salah satu cagar biosfer di Indonesia pada tahun 1997, Lembah Bada sudah dihuni masyakarat, meski penduduknya saat itu belum sebanyak sekarang.

Lembah Bada tepatnya masuk dalam wilayah Kabupaten Poso, Provinsi Sulawesi Tengah. Secara turun-temurun, masyarakat di sepanjang Lembah Bada di Kecamatan Lore Barat dan Lore Selatan tetap mengedepankan kearifan lokal. Salah satu dari kearifan lokal masyarakat Lembah Bada adalah tetap menjaga kelestarian hutan yang ada di sekitarnya.

1. Tokoh adat menghukum para penebang pohon dengan denda kerbau

Lokasi patung megalitikum di Lembah Bada. (Foto: instagram.com/muhlisinusman)
Lokasi patung megalitikum di Lembah Bada. (Foto: instagram.com/muhlisinusman)

Masyarakat setempat dilarang keras untuk menebang pohon sembarangan atau membuka lahan untuk areal kebun. Mereka sangat menghargai hutan dan alam yang ada karena menjadi sumber kehidupan manusia, tumbuh-tumbuhan dan berbagai jenis satwa, termasuk satwa endemik seperti babi rusa dan anoa.

Para tokoh adat Lembah Bada membuat sanksi bagi mereka yang terbukti melanggar hukum adat, seperti menebang hutan untuk mengambil kayu ataupun membuka kebun dalam kawasan konservasi TNLL yang luas areanya mencapai 217.000 hektare itu. Para tetua akan mengenakan para pelanggar dengan denda adat.

Denda adat tersebut yaitu menyerahkan satu ekor kerbau kepada lembaga adat sebagai sanksi atas perbuatannya. Sanksi adat tersebut hingga kini masih dipertahankan. Selain itu kalau terjadi ada warga yang menebang pohon, maka dia wajib untuk menanam pohon kembali dan denda kerbau.

Denda itu wajib dipenuhi oleh yang bersangkutan. Kearifan lokal yang telah dilestarikan secara turun-temurun dari nenek moyang mereka sampai pada generasi sekarang ini ternyata terus dipertahankan masyarakat yang mendiami Lembah Bada.

2. Keberhadaan hutan di sekeliling Lembah Bada masih terjaga hingga kini

Patu megalitikum di Lembah Bada. (Foto: Pixabay/instagram.com/ironingthesky)
Patu megalitikum di Lembah Bada. (Foto: Pixabay/instagram.com/ironingthesky)

Lembah Bada sama seperti sebuah loyang/kuali karena terletak di tengah-tengah dan dikelilingi hutan yang masih terbilang lebat dan bagus. Hutan terlihat hampir tidak ada cela yang membuktikan adanya perambahan hutan untuk kepentingan apapun, termasuk areal kebun. Kebun-kebun masyarakat ada, tetapi semuanya jauh diluar dari kawasan konservasi.

Camat Lore Barat Nuli Labalu di sela-sela acara penandatangan perjanjian kerja sama (PKS) antara masyarakat di lima desa di wilayah itu dengan Balai Besar Taman Nasional Lore Lindu membenarkan masyarakat selama ini sangat ramah dengan lingkungan hutan dan alam yang ada.

Bukan saja ketika sudah menjadi kawasan konservasi dan cagar biosfer, tetapi sejak dari dahulu kala para leluhur/nenek moyang kelestarian hutan dan alam di wilayah ini benar-benar dijaga dan dipertahankan.

Karena bagi masyarakat di Lembah Bada, hutan dan alam yang ada telah memberikan banyak manfaat bagi kelangsungan hidup manusia dari tahun ke tahun dan zaman ke zaman.
Sebagai salah satu bukti, air yang mengalir baik untuk kebutuhan air bersih maupun irigasi persawahan, itu semua berasal dari dalam kawasan konservasi.

"Saya menjamin, masyarakat yang ada di Lembah Bada tidak akan merambah hutan, karena merupakan sumber air bagi kelangsungan hidup masyarakat setempat," katanya seperti dikutip Antara.


3. Masyarakat ikut mengelolah hutan bersama pemerintah

Lembah Bada. (Foto: instagram.com/palu_travelling)
Lembah Bada. (Foto: instagram.com/palu_travelling)

Masyarakat di Lembah Bada hanya minta kepada pemerintah pusat dan juga Balai Besar TNLL sebagai pengelolah kawasan konservasi dan cagar biosfer untuk memberikan akses agar bisa ikut bersama-sama mengelola kawasan dengan tidak merugikan kedua pihak yakni masyarakat dan balai TNLL.

Akses dimaksud antara lain, masyarakat dibolehkan untuk mengambil hasil hutan non kayu/rotan seperti damar dan madu lebah dalam kawasan, tanpa merusak atau mengganggu hutan dan satwa yang ada di dalamnya. Akses lain adalah ikut dilibatkan dalam mengelola obyek-obyek wisata yang ada di sekitar maupun dalam kawasan konservasi untuk meningkatkan ekonomi dan taraf hidup masyarakat yang ada di sekitar kawasan.

Apa yang menjadi harapan masyarakat tersebut, sudah mulai direalisasi oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta balai Besar Taman Nasional Lore Lindu dengan meluncurkan berbagai program pemberdayaan ekonomi masyarakat di sekitar kawasan konservasi. (*)

Baca juga berita lainnya dalam artikel: Indah dan Menantang, ini Rekomendasi 6 Gunung yang Wajib Didaki di Indonesia

#Wisata Indonesia #Wisata Sulawesi Tengah
Bagikan
Ditulis Oleh

Zulfikar Sy

Tukang sihir

Berita Terkait

Fun
Menelusuri Jakarta Premium Outlets, Ruang Belanja Baru yang Mengusung Keberlanjutan dan Inklusi
Jakarta Premium Outlets tidak hanya menjadi surga belanja bagi para pencinta fashion, tetapi juga memperkuat citra Indonesia sebagai destinasi belanja kelas dunia.
Ananda Dimas Prasetya - Senin, 21 Juli 2025
Menelusuri Jakarta Premium Outlets, Ruang Belanja Baru yang Mengusung Keberlanjutan dan Inklusi
Fun
4 Pariwisata Bahari di Pulau Enggano, Wajib Masuk Bucket List Traveling
Pulau Enggano memiliki berbagai wisata alam hingga bahari yang layak diacungi jempol karena keasliannya yang terjaga.
Ananda Dimas Prasetya - Sabtu, 28 Juni 2025
4 Pariwisata Bahari di Pulau Enggano, Wajib Masuk Bucket List Traveling
Travel
Monumen Kapal Lampulo, Saksi Bisu Dahsyathya Tsunami Aceh
Monumen Kapal Lampulo menjadi ikon sekaligus pariwisata edukatif terkait bencana tsunami Aceh.
Ananda Dimas Prasetya - Kamis, 26 Desember 2024
Monumen Kapal Lampulo, Saksi Bisu Dahsyathya Tsunami Aceh
Travel
5 Destinasi Wisata untuk Habiskan Pergantian Tahun di Sumatra Utara
Sumatra Utara punya segudang tempat wisata apik untuk dikunjungi saat libur Nataru 2025.
Ananda Dimas Prasetya - Kamis, 12 Desember 2024
5 Destinasi Wisata untuk Habiskan Pergantian Tahun di Sumatra Utara
Fun
3 Destinasi Sejuk Dalam Negeri untuk Liburan Akhir Tahun
Libur akhir tahun jadi waktu yang tepat untuk melepaskan diri sejenak dari kesibukan sehari-hari.
Ananda Dimas Prasetya - Rabu, 20 November 2024
3 Destinasi Sejuk Dalam Negeri untuk Liburan Akhir Tahun
Travel
Kolaborasi dengan Kementerian Pariwisata, Denda Buat Jingle untuk Labuan Bajo
Musisi Denda persembahkan jingle untuk promosikan wisata Labuan Bajo.
Ananda Dimas Prasetya - Kamis, 14 November 2024
Kolaborasi dengan Kementerian Pariwisata, Denda Buat Jingle untuk Labuan Bajo
Fun
IShowSpeed Belajar Kosakata 'Minggir Lo Miskin' di Yogyakarta
IShowSpeed belajar bahasa lokal saat berkunjung ke Yogyakarta.
Ananda Dimas Prasetya - Minggu, 22 September 2024
IShowSpeed Belajar Kosakata 'Minggir Lo Miskin' di Yogyakarta
Travel
Jelajahi Keindahan dan Pengalaman Liburan dengan Kapal Liveaboard di Labuan Bajo
Liveaboard di atas kapal jadi pengalaman liburan tak terlupakan di Labuan Bajo.
Ananda Dimas Prasetya - Senin, 02 September 2024
Jelajahi Keindahan dan Pengalaman Liburan dengan Kapal Liveaboard di Labuan Bajo
Travel
5 Tempat Wisata Sejarah di Banten, Penuh Peninggalan Kesultanan
Banten menyimpan banyak peninggalan sejarah yang masih dapat disaksikan hingga kini.
Ananda Dimas Prasetya - Rabu, 24 Juli 2024
5 Tempat Wisata Sejarah di Banten, Penuh Peninggalan Kesultanan
Travel
5 Destinasi Wisata Favorit Wisatawan di Provinsi Banten
Dari pantai hingga wiasata desa budaya terdapat di Banten.
Ananda Dimas Prasetya - Rabu, 24 Juli 2024
5 Destinasi Wisata Favorit Wisatawan di Provinsi Banten
Bagikan