Jadi Ikon Kampung Lawas, Kampung Pancasila Maspati, dijadikan pelopor Kampung Baca

Muchammad YaniMuchammad Yani - Rabu, 18 April 2018
Jadi Ikon Kampung Lawas, Kampung Pancasila Maspati, dijadikan pelopor Kampung Baca

Situasi di Kampung Mapati (MP/Bud Lentera)

Ukuran:
14
Audio:

Pernah dengar Kampung Maspati? Kampung yang terletak salah satu sudut Kota Surabaya ini punya keunikannya sendiri. Meski dikelilingi bangunan-bagunan modern, kampung yang lokasinya sekitar 500 meter dari Tugu Pahlawan itu masih memegang teguh kebudayaan dan tradisi-tradisi kampung yang jarang ditemui lagi di daerah lain.

Selain beraneka ragam UKM di dalamnya, permainan-permainan anak tradisional di kampung tersebut masih dipertahakan dan dilestarikan oleh sesepuh dan generasi muda.

Tak ayal, saat masuk ke kampung maspati, selain ditemukan rumah-rumah bangunan lama, masih bisa menjumpai anak-anak bermain gobag sodor, patelele, loncat tinggi, permainan dakon serta permainan tradisonal lainnya.

Situasi di Kampung Mapati (MP/Bud Lentera)
Situasi di Kampung Mapati (MP/Bud Lentera)

"Ini kampung lawas. Kampung ini sudah ada saat terjadinya perang 10 november," kata Norman, warga kampung Maspati, Rabu (18/4).

Kampung lebarnya tak sampai dua meter ini, memang menjadi satu-satunya kampung wisata di Surabaya. Saat pertama masuk, bukan hanya coretan grafiti di setiap dinding tembok. Namun, sepanjang jalan juga penuh grafiti yang dilukis warga sekitar.

Di kampung Maspati, memang ditinggali berbagai penduduk dari suku yang berbeda-beda, hingga ada yang menyebut kampung Pancasila. Mereka adalah anak cucu dari warga berbagai daerah Indonesia, yang kakeknya dulu ikut berjuang melawan penjajah saat perang terjadi di Surabaya.

Terdapat sebuah perpustakaan mini

Pada tahun 2016, kampung yang sudah menjadi ikon wisata kampung lawas, berdiri perpustakaan umum yang diminati warga setempat, khususnya para ibu-ibu. Perpustakaan itu dibuat oleh Pelindo 3 dan Balai Pustaka.

Saat ini Pelindo 3 pun sengaja menambah koleksi buku di sana. Menurut Financial Director, Pelindo III, Saefudin Noer, alasan mempertahankan perpustakaan itu adalah sangat efektif.

Perpustakaan mini yang digemari di Kampung Maspati (MP/Budi Lentera)
Perpustakaan mini yang digemari di Kampung Maspati (MP/Budi Lentera)

"Karena perpustakaan di sini efektif, makanya kita sumbang buku lagi," katanya.

Membuat perpustakaan adalah salah satu kegiatan mencerdaskan bangsa adalah kewajiban seluruh pihak. Dan ini, lanjut Saefudin, salah satu bentuk mewujudkan program Pemerintah "Indonesia Membaca" melalui Gerakan Cinta Baca yang diinisiasi oleh Kementerian BUMN.

"Kenapa kita pilih kampung Maspati? Kan masih ada kampung kampung yang warganya belum kreatif. Ini percotohan, kalau sukses, maka kampung-kampung lain yang akan kita berikan perpustakaan juga akan meniru kesuksesannya," ucapnya di Kampung Maspati, Bubutan, Surabaya. (*)

Berita ini merupakan laporan dari Budi Lentera, kontributor merahputih.com untuk wilayah Surabaya dan sekitarnya.

#Kampung Unik
Bagikan
Ditulis Oleh

Muchammad Yani

Lebih baik keliling Indonesia daripada keliling hati kamu

Berita Terkait

Bagikan