Inilah Sejarah Lengkap Istilah Pribumi, Luka Lama Politik Adu Domba

Yudi Anugrah NugrohoYudi Anugrah Nugroho - Selasa, 17 Oktober 2017
Inilah Sejarah Lengkap Istilah Pribumi, Luka Lama Politik Adu Domba

Infografis sejarah istilah pribumi di Indonesia (Grafis MP/Arie Prijono)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

GUBERNUR DKI Jakarta Anies Baswedan kembali menjadi sorotan publik usai pidato perdananya di Balai Kota, (16/10) memuat istilah pribumi sebagai korban penindasan. “Dulu kita semua Pribumi ditindas dan dikalahkan. Kini telah merdeka, kini saatnya menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Jangan sampai Jakarta ini seperti yang dituliskan pepatah Madura, Itik telor, ayam singerimi, Itik yang bertelor, ayam yang mengerami,” ucap Gubernur Anies.

Istilah tersebut seakan membawa kembali memori masyarakat di tahun 1997-1998, ketika terjadi kerusuhan dan penjarahan, banyak tembok atau kaca toko, kantor, bahkan warung membubuhkan tulisan ‘Milik Pribumi’ agar terhindar dari penjarahan.

Istilah Pribumi dan NonPribumi lantas jadi semacam bensin di tengah kobar api. Masyarakat menjadi terbelah dan terpecah tanpa pernah berkaca pada ikrar bersama, “Pertama, kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah satu, tanah air Indonesia, kedua, kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia, ketiga, kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia,” dibaca para pemuda sebagai kesadaran berbangsa pada Sumpah Pemuda 1928.

Pada konteks kewarganegaraan, jelas tidak mengenal istilah Pribumi dan NonPribumi. Istilah tersebut muncul sebagai idiom politik sejak berabad-abad lampau.

Setelah VOC berhasil menguasai Batavia dan mendirikan benteng pada tahun 1619, penduduk asli Sunda Kelapa melarikan diri, menyingkir ke barat menuju Banten dan sekitarnya. Batavia seolah kosong, ditinggal penghuninya. VOC kerepotan karena tidak ada sumber daya manusia untuk membangun kota.

Gubernur Jendral JP Coen kemudian membuka kran imigran dari luar kepulauan Nusantara. Kedatangan bangsa Tiongkok, Arab, dan India, melahirkan kawasan-kawasan terkonsetrasi, seperti kawasan pacinan di Pasar Baru, Meester Cornelis, dan Glodok, lalu komunitas Arab di daerah Pekojan lantas menyebar ke Krukut, Sawah Besar, Tanah Abang, dan Kwitang, dan komunitas India di Pasar Baru.

Pemerintah Hindia-Belanda, menurut Francois Gouda pada Dutch Culture Overseas: Praktik Kolonial di Hindia Belanda, 1900-1942, membuat peraturan Pasal 163 Indische Staats Regeling pembagian kelas ke dalam tiga golongan: Eropa, Timur Asing (Tiongkok, Arab, dan India), serta Inlander atau pribumi, kemudian pada kelanjutannya mendorong pemisahan kelas sosial.

Peraturan tersebut, beranak-pinak, Staatsblad 1849-25 tentang catatan sipil penduduk Eropa, Staatsblad 1917-130 tentang catatan sipil untuk Golongan Timur, Staatsblad 1920-751 tentang catatan sipil untuk golongan pribumi beragama Islam, dan tak sekadar menaja masalah catatan sipil, lebih jauh dari itu menancapkan pemisahan kelas antara strata atas kaum Eropa, lalu Timur Asing, dan pribumi di urutan terendah.

Tak heran bila di pusat keramaian, restoran, dan tempat berkumpul kaum Eropa, di pintu masuk sering memuat tulisan Verboden voor Inlanders en Honden atau Dilarang masuk Pribumi dan Anjing. Jadi, hasil politik segregasi pemerintah Hindia-Belanda, menyejajarkan kaum pribumi dengan anjing.

Infografis sejarah istilah Pribumi
Infografis sejarah istilah Pribumi/Tim grafis merahputh.com

Kemerdekaan kelak memang tak sekadar menjadi legitimasi kenegaraan, tapi berkaca pada perlakuan kaum Eropa di Hindia Belanda terhadap kaum pribumi, seakan menjadi pembebas bentuk rasialisme. Pada Pasal 26 UUD 1945, tentang Kewarganegaraan, tak lagi tampak istilah pribumi, perbedaan status kewarganegaraan hanya Warga Negara Indonesia dan Warga Negara Asing.

Justru di masa Orde Baru, semangat membuat segregasi kembali muncul seiring terbit Instruksi Presiden (Inpres) No 14 tahun 1967 tentang Agama Kepercayaan dan Adat Istiadat Cina, menaruh kecurigaan terhadap kaum Tionghoa dengan ikatan kuat terhadap tanah leluhur sehingga patut dipertanyakan mengenai kesetiaan terhadap Indonesia. Inpres tersebut membuat aktifitas kerohanian dan kebudayaan Tionghoa menjadi sangat terbatas dan dilakukan di ruang-ruang tersembunyi.

Inpres itu pun masih ditambah Surat Edaran No.06/Preskab/6/67, memuat tentang pelarangan penggunaan nama Tiongkok pada orang-orang Tionghoa. Mereka harus mengganti nama lahir menjadi nama bernuansa Indonesia. Lalu, masih ada Keputusan Menteri Perdagangan dan Koperasi Nomor 286/KP/XII/1978, berisi larangan mengimpor, memperdagangkan, dan menyebarkan semua jenis barang cetakan dalam bahasa dan aksara Tiongkok.

Tidak hanya itu saja, gerak-gerik masyarakat Tionghoa juga diawasi oleh sebuah badan bernama Badan Koordinasi Masalah Cina (BKMC), bagian dari Badan Koordinasi Intelijen (Bakin).

Istilah Pribumi dan Non Pribumi kemudian menjadi tertanam kuat selama pemerintahan Soeharto selama lebih kurang 32. Istilah tersebut lantas enjadi embarkasih pembeda kamu Tionghoa dan etnis lain. Komposisi tersebut kemudian menjadi motor penggerak kekerasan terhadap kaum Tionghoa pada kerusuhan tahun 1998.

Presiden BJ Habibie kala itu meredam garis pemisah dengan menghapus istilah Pribum dan NonPribumi pada Instruksi Presiden RI Nomor 26 Tahun 1998 berisi “Menghentikan penggunaan istilah Pribumi dan NonPribumi dalam semua perumusan dan penyelenggaraan kebijakan, perencanaan program, atau pun pelaksanaan kegiatan penyelenggaraan pemerintahan”.

Menjadi jelas ketika gubernur baru kembali menggunakan istilah Pribumi justru memantik keadaan semakin memanas pasca-Pilkada. (*)

#Anies Baswedan #Gubernur Jakarta #Pribumi Non Pribumi #Pribumi
Bagikan

Berita Terkait

Indonesia
[HOAKS atau FAKTA]: Puan Maharani Gandeng Anies Baswedan di Pilpres 2029, Pede Bisa Raih 68 Persen Suara
Ketua DPR RI, Puan Maharani, kabarnya menggandeng Anies Baswedan di Pilpres 2029.
Soffi Amira - Jumat, 07 November 2025
[HOAKS atau FAKTA]: Puan Maharani Gandeng Anies Baswedan di Pilpres 2029, Pede Bisa Raih 68 Persen Suara
Indonesia
[HOAKS atau FAKTA]: Anies Sebut Sehebat Apapun Prabowo, Tetap Rusak Bila Sekelilingnya Orang-Orang Munafik yang Gila Jabatan
Beredar konten yang berisi Anies menyebut orang-orang di sekeliling Prabowo munafik dan gila jabatan.
Ananda Dimas Prasetya - Jumat, 31 Oktober 2025
[HOAKS atau FAKTA]: Anies Sebut Sehebat Apapun Prabowo, Tetap Rusak Bila Sekelilingnya Orang-Orang Munafik yang Gila Jabatan
Indonesia
Jakarta Naik ke Peringkat 71 dalam Global City Index 2025, Gubernur Pramono: Ini Buah Kerja Keras Warga
Gubernur Jakarta sebut kenaikan peringkat ini mencerminkan kemajuan daya saing Ibu Kota yang dicapai melalui kerja teknokratik dan kolaborasi masyarakat.
Ananda Dimas Prasetya - Kamis, 23 Oktober 2025
Jakarta Naik ke Peringkat 71 dalam Global City Index 2025, Gubernur Pramono: Ini Buah Kerja Keras Warga
Indonesia
Anies Baswedan Doakan Prabowo di Usia ke-74: Semoga Diberi Petunjuk dan Ketetapan Hati dalam Memimpin Bangsa
Anies Baswedan Ucapkan Selamat Ulang Tahun ke-74 untuk Prabowo.
Ananda Dimas Prasetya - Jumat, 17 Oktober 2025
Anies Baswedan Doakan Prabowo di Usia ke-74: Semoga Diberi Petunjuk dan Ketetapan Hati dalam Memimpin Bangsa
Indonesia
Jam Kerja Dipangkas Imbas Kelangkaan BBM, Pegawai SPBU Shell Ngeluh di Depan Anies Baswedan
Pegawai SPBU Shell TB Simatupang mengeluh kepada Anies Baswedan. Ia mengatakan, bahwa jam kerjanya dipangkas imbas kelangkaan BBM.
Soffi Amira - Senin, 06 Oktober 2025
Jam Kerja Dipangkas Imbas Kelangkaan BBM, Pegawai SPBU Shell Ngeluh di Depan Anies Baswedan
Indonesia
Ultah ke-62 Iriana, Anies Kirim Kado Anggrek ke Rumah Jokowi
Bunga anggrek kado pemberian Anies dan istrinya itu ditaruh di dalam parkiran rumah Jokowi.
Wisnu Cipto - Jumat, 03 Oktober 2025
Ultah ke-62 Iriana, Anies Kirim Kado Anggrek ke Rumah Jokowi
Indonesia
Prabowo: Terus Terang Aja Loh, Saya Tuh Nggak Dendam Sama Anies
Prabowo mengaku tak menyimpan dendam dengan Anies yang saat Pilpres 2024 menjadi capres usungan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Wisnu Cipto - Senin, 29 September 2025
Prabowo: Terus Terang Aja Loh, Saya Tuh Nggak Dendam Sama Anies
Indonesia
[HOAKS atau FAKTA]: Negara dalam Keadaan Darurat, Anies Siap Gantikan Prabowo Jadi Presiden RI
Sebuah konten beredar di media sosial menyebutkan narasi Anies siap mengisi posisi Prabowo jika dalam keadaan darurat.
Ananda Dimas Prasetya - Kamis, 25 September 2025
[HOAKS atau FAKTA]: Negara dalam Keadaan Darurat, Anies Siap Gantikan Prabowo Jadi Presiden RI
Indonesia
[HOAKS atau FAKTA] : Jokowi Marah Setelah Prabowo Masukan Anies ke Deretan Menteri Kabinet Merah Putih
Akun Facebook “Atun Trisnawati” mengunggah narasi yang menyebut Jokowi tak suka dengan keputusan Prabowo
Frengky Aruan - Minggu, 21 September 2025
[HOAKS atau FAKTA] : Jokowi Marah Setelah Prabowo Masukan Anies ke Deretan Menteri Kabinet Merah Putih
Indonesia
Ribuan Ojol hingga Anies Antarkan Jenazah Affan Kurniawan yang Dilindas Mobil Rantis Brimob ke Liang Lahat
Adapula sejumlah direksi dari Gojek ikut mengantarkan pemakaman korban.
Frengky Aruan - Jumat, 29 Agustus 2025
Ribuan Ojol hingga Anies Antarkan Jenazah Affan Kurniawan yang Dilindas Mobil Rantis Brimob ke Liang Lahat
Bagikan