Indonesia Andalkan APBN Hadapi Potensi Krisis di 2023
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. (ANTARA/Astrid Faidlatul Habibah/am)
MerahPutih.com - Laporan World Economic Outlook (WEO) terbaru, IMF memperkirakan perekonomian global berada pada kisaran 3,2 persen pada 2022, dan melambat hingga 2,7 persen di 2023, atau menurun 0,2 persen dibandingkan outlook pada Juli 2022.
Economic Counsellor IMF Pierre-Olivier Gourinchas menjelaskan, sebagian besar negara mengalami kontraksi hingga tahun depan dengan negara perekonomian terbesar seperti AS, Uni Eropa, dan Tiongkok (China) akan melanjutkan tren perlambatan.
Baca Juga:
Ancaman Krisis Global, Jokowi Klaim Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Terbaik di Dunia
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyakini, anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) sebagai instrumen fiskal bisa menjadi bantalan untuk menghadapi potensi perlambatan ekonomi pada 2023.
Pemerintah bersama DPR telah membuat APBN 2023 untuk menghindari risiko dari pasar yang sangat tidak pasti akibat konflik geopolitik dan tekanan inflasi.
"Pengalaman selama pandemi, DPR bersama dengan pemerintah telah membuat APBN menjadi fleksibel dan responsif," kata Sri Mulyani saat ditemui di sela Pertemuan IMF-WB di Washington DC, AS, Selasa (11/10/2022) waktu setempat.
Ia menjelaskan, kehadiran APBN dengan defisit anggaran yang kembali di bawah tiga persen PDB tersebut dapat mendukung pemulihan ekonomi nasional pascapandemi, sehingga berpotensi menjadi penguat sektor konsumsi maupun investasi.
"Menarik capital inflow bisa menimbulkan dampak yang menetralisir dampak outflow yang disebabkan kenaikan suku bunga The Fed," kata Menkeu dikutip Antara.
Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo menilai ketahanan ekonomi Indonesia saat ini masih baik dan kinerja pertumbuhan berada di jalur yang benar, meski IMF menurunkan proyeksi global dalam laporan terbaru.
Penyebabnya antara lain ekspor komoditas yang masih menjadi primadona serta adanya penguatan industri hilirisasi atau olahan barang hasil mineral yang berorientasi ekspor.
"Kita punya nikel, tembaga atau copper yang dulu tidak boleh ekspor karena harus melalui smelter dulu, sekarang kita sudah dapat hasilnya, dan harganya mencapai 10 kali lipat," kata Dody.
Presiden Joko Widodo menyebut sebanyak 28 negara saat ini antre untuk menjadi "pasien" Dana Moneter Internasional (IMF). (*)
Baca Juga:
Megawati Bertemu Jokowi di Istana Batu Tulis, Bahas Pemilu hingga Krisis Pangan
Bagikan
Alwan Ridha Ramdani
Berita Terkait
Raja Keraton Surakarta Pakubuwono XIII Wafat di Usia 77 Tahun
Artis Onadio Leonardo Ditangkap Polda Metro Jaya Terkait Dugaan Penyalahgunaan Narkoba
Nikita Mirzani Divonis 4 Tahun Bui di Kasus Pemerasan Bos Skincare, Bayar Denda Rp 1 M
Kendalikan Harga, Inflasi Dipantau Setiap Minggu
[HOAKS atau FAKTA]: Purbaya Yudhi Sadewa Kena Marah Sri Mulyani Gara-Gara Banyak Penggemar
Bengkel Kebakaran, TransJakarta Koridor 13 Mampang-Ciledug Cuma Sampai Halte JORR Petukangan
PSSI Resmi Akhiri Kontrak Patrick Kluivert Usai Gagal Bawa Indonesia ke Piala Dunia 2026
Calon Praja IPDN Meninggal Setelah Pingsan Saat Ikut Apel Malam
Mal Ciplaz Klender Kebakaran, Api Berawal dari Korsleting di Restoran Solaria
Hasil Kualifikasi Piala Dunia 2026: Diwarnai Kartu Merah, Timnas Indonesia Kalah 2-3 dari Arab Saudi