Henti Jantung Berbeda dengan Serangan, Anak Muda Disarankan Jalani Skrining

Frengky AruanFrengky Aruan - Kamis, 01 Agustus 2024
Henti Jantung Berbeda dengan Serangan, Anak Muda Disarankan Jalani Skrining

Dokter jantung Faris Basalamah. (Dok. Pribadi)

Ukuran:
14
Font:
Audio:

MerahPutih.com - Kejadian meninggal dunia karena henti jantung belakangan menjadi salah satu perhatian serius. Pasalnya kejadian tersebut terjadi kepada seseorang yang bahkan masih berusia muda dan aktif melakukan aktivitas sehari-hari.

Dokter jantung Faris Basalamah mengatakan bahwa ada perbedaan henti jantung dengan serangan jantung. Ia menyebutkan bahwa henti jantung merupakan kondisi di mana jantung tiba-tiba berhenti dan mengalami kejang jantung.

Tak hanya itu, henti jantung terjadi karena adanya pembuluh darah yang mengalami sumbatan secara akut secara mendadak. Kemudian henti jantung disebabkan adanya kelainan pada jantung.

Sehingga, kata Faris, ada suatu gangguan irama yang kemudian dia tiba-tiba menyebabkan jantung berhenti memompa.

Baca juga:

Orang dengan Ring Jantung Bisa Berolahraga Lebih Leluasa

"Jadi pertama kita harus bedakan, kadang orang awam juga sering salah dengan henti jantung dan serangan jantung," katanya di di The Langham Hotel, Jakarta Pusat, Rabu (30/7).

Ia mengatakan kondisi seperti itu sering terjadi pada anak muda. Bukan hanya anak muda, atlet juga berisiko tinggi mengalami kondisi henti jantung.

"Pada usia lebih muda, henti jantung itu lebih disebabkan genetik, karena masalah otot, kelainan dari anatominya yang mana itu sebenarnya bisa dilakukan dengan screening," katanya.

Kendati henti jantung dipengaruhi oleh kondisi-kondisi di atas, tak dapat dinafikkan dipicu serangan jantung. Namun pada dasarnya dua hal ini berbeda.

"Henti jantung memang bisa disebabkan karena serangan jantung," katanya.

Baca juga:

Dokter: Perempuan Jangan Abai jika Ada Keluhan pada Jantung

Hal yang perlu dilakukan adalah penting bagi para atlet, orang dengan sport enthusiasm hingga anak muda yakni melakukan skrining kesehatan jantung.

Apalagi jika memiliki rekan atau kerabat dekat seperti bibi, paman, kakek, ayah, ibu yang pernah meninggal mendadak. Hal tersebut bisa menjadi indikasi adanya risiko henti jantung.

"Untuk melihat ada gak sih kelainan di jantungnya, kemudian bisa menyebabkan dia berisiko alami henti jantung." katanya.

Dilansir dari laman Kementerian Kesehatan menyebutkan bahwa data terpadu catatan kejadian henti jantung belum maksimal. Namun mereka mengklaim bahwa insiden kejadian henti jantung dapat meningkat dengan insidensi jantung koroner (PJK) yakni 1,5 persen.

Dari 1,5 persen PJK, berdasarkan asosiasi usia, kelompok usia muda 35-44 tahun mencapai 1,3 persen. Lalu usia 65-74 tahun 3,6 persen, diikuti kelompok umur 75 tahun ke atas 3,2 persen, kelompok umur 55-64 tahun 2,1 persen. (Tka)

#Henti Jantung #Kesehatan Jantung
Bagikan
Ditulis Oleh

Tika Ayu

Berita Terkait

Indonesia
Studi Temukan Kaitan antara Berdiri Terlalu Lama dan Risiko Penyakit Jantung
Berdiri terlalu lama juga dapat meningkatkan risiko varises dan trombosis vena dalam
Angga Yudha Pratama - Jumat, 18 Oktober 2024
Studi Temukan Kaitan antara Berdiri Terlalu Lama dan Risiko Penyakit Jantung
Lifestyle
Henti Jantung Berbeda dengan Serangan, Anak Muda Disarankan Jalani Skrining
Kejadian henti jantung dapat terjadi pada seseorang yang bahkan masih berusia muda dan aktif melakukan aktivitas sehari-hari.
Frengky Aruan - Kamis, 01 Agustus 2024
Henti Jantung Berbeda dengan Serangan, Anak Muda Disarankan Jalani Skrining
Bagikan