Hayono Isman Kecam Pemecah Belah Warga dalam Pilkada Jakarta


Politisi Partai Demokrat Hayono Isman (paling kanan). (Foto Ist)
Politisi Partai Demokrat Hayono Isman mengecam para tokoh masyarakat maupun agama yang mengangkat isu SARA dalam pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta 2017. Isu SARA berpotensi besar memecah belah warga dan menimbulkan konflik horizontal.
“Indonesia ini sejak dulu memang beragam suku, bahasa, maupun agama. Mengapa ini dipersoalkan dalam Pemilukada Jakarta?” katanya saat bersilaturahim dengan warga di Kemang Timur, Jakarta Selatan, Kamis (26/1).
Warga Jakarta yang terbuka dan berpendidikan tidak semestinya dibanjiri dengan isu SARA. Kinerja dan prestasi pasangan calon gubernur dan wakil gubernur harus dijadikan tolok ukur. Sayangnya, justru isu SARA digunakan berbagai pihak untuk memenangkan pemilihan gubernur kali ini.
“Cara apa pun mereka tempuh dengan melempar isu SARA lewat kelompok pengajian maupun media sosial,” ujarnya.
Dia meyakini Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) tidak pernah berniat melakukan penistaan agama. Bahkan, masyarakat Kepulauan Seribu yang mendengar langsung pidata Basuki saat itu tidak merasa adanya penistaan agama.
“Saya mengenal Pak Basuki secara pribadi dan beliau tidak mungkin menistakan agama Islam,” katanya.
Hayono menyesalkan mengapa pihak penggugat tidak melakukan komunikasi untuk memperjelas duduk perkara kepada Basuki secara langsung. Gugatan hukum merupakan fakta bahwa isu SARA digunakan untuk menjatuhkan pasangan calon tertentu.
Penggunaan isu SARA seharusnya dihindari dalam negara demokrasi. Indonesia yang merupakan negara kesatuan telah memilih semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang menggambarkan keberagaman dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
“Negara lain yang mengalami perpecahan karena konflik perbedaan agama adalah India. Akibatnya, India pecah menjadi tiga yaitu India, Pakistan, dan Bangladesh. Jangan sampai Indonesia pecah karena isu SARA yang dipolitisasi,” tegasnya.
Happy Djarot, istri Djarot Saiful Hidayat, menegaskan Basuki Tjahaja Purnama telah menyampaikan permintaan maaf pada seluruh umat Islam. Basuki pun telah menyatakan bahwa tidak berniat menistakan agama tertentu. “Tidak pernah ada terlintas di benak beliau melakukan penistaan agama tertentu,” katanya.
Happy Djarot mengajak seluruh warga Jakarta untuk menjaga kerukunan dalam keberagaman suku, agama, bahasa, maupun profesi. Perjuangan rakyat Indonesia saat ini dalam mengisi kemerdekaan salah satunya diwujudkan dengan menjaga keberagaman. “Mari kita jaga persatuan Indonesia dengan keberagaman yang ada sebagai bentuk perjuangan agar kita bisa mewarisi Indonesia Raya pada anak cucu kita,” pungkasnya.
Bagikan
Berita Terkait
Ketua DPD Golkar Sumut Ambil Formulir Cagub Dari PDIP

Jakarta Tempati Urutan Pertama Daerah Rawan Politisasi SARA di Pemilu 2024
