Hati-Hati dengan Broken Heart Syndrome!


Patah hati dapat dijelaskan secara ilmiah pula. (Foto: Pexels/pixabay)
PATAH hati mungkin dialami oleh sebagian orang. Mulai dari yang levelnya rendah sampai yang berat. Ternyata patah hati memunculkan broken heart syndrome. Berbahayakah?
Ternyata ada penjelasan ilmiah untuk patah hati. Menurut laman Go Dok, kondisi ini pertama kali diteliti pada tahun 1991 di Jepang yang menemukan Takotsubo Cardiomyopathy. Istilah itu merujuk pada broken heart syndrome, alias sindrom patah-hati. Kondisi ini antara lain ditandai dengan rasa nyeri pada dada dan sesak napas yang dipicu oleh pengalaman atau kejadian tragis dalam hidup seseorang.
Broken heart syndrome merupakan istilah yang digunakan untuk menjelaskan keluhan yang dirasakan ketika mengalami patah hati. Ketika seseorang mengalami kondisi ini, akan terjadi pengembungan pada satu sisi jantung sehingga jantung berukuran tidak normal. Karena lonjakan hormon stres yang diakibatkan karena patah hati. Membuat fungsi jantung terganggu dan hasilnya, jantung tidak dapat bekerja sebagaimana mestinya.

Kondisi jantung yang tidak normal inilah yang kemudian menyebabkan rasa nyeri di dada dan sesak napas. Gejala dari sindrom patah-hati ini sebenarnya cukup mudah diatasi. Dalam beberapa hari atau minggu, kondisi sudah akan kembali seperti biasanya. Pada jangka waktu tersebut, biasanya seseorang sudah bisa move-on, kan?
Namun hingga saat ini para ahli kesehatan belum berhasil menemukan penyebab pasti maupun hubungan sindrom ini dengan patah hati. Pengaruhnya terhadap perubahan ukuran jantung menjadi abnormal pun belum ditemukan. Meskipun begitu, tercatat 75% dari keseluruhan kasus broken heart syndrome dialami oleh perempuan dan hanya sisanya dialami oleh pria.
Gejala
Seperti yang dituliskan oleh laman Go Dok, sindrom patah-hati ini memiliki gejala yang hampir sama seperti penyakit jantung, seperti :
Dada terasa nyeri dan napas terasa sesak dan hal ini terjadi meskipun Anda tidak memiliki penyakit jantung dalam keluarga
Ritme atau detak jantung menjadi tidak teratur
Untuk beberapa kasus yang jarang sekali terjadi, rasa nyeri dan sesak bisa disertai dengan perasaan mual dan muntah
Perbedaan dengan Penyakit Jantung

Karena memiliki gejala-gejala yang hampir sama, banyak orang yang salah menduga dirinya terkena penyakit jantung. Jangan salah!
Pemikiran tersebut tidaklah benar, sindrom ini memiliki gejala yang berbeda dengan penyakit jantung. Mereka yang mengalami sindrom ini, memiliki arteri koroner normal, tanpa penyumbatan dan pengumpalan dan tidak memiliki riwayat penyakit jantung dalam keluarga.
Jantung menjadi bermasalah bukan karena sakit. Melainkan karena munculnya hormon stres yang mempengaruhi kondisi emosional atau fisik Anda akibat terjadinya suatu peristiwa tragis.
Untuk lebih pastinya bisa melakukan pemeriksaaan di rumah sakit. Dokter akan melakukan tes Elektrokardiogram (EKG) dengan mencatat aktivitas listrik jantung.
Hasil dari EKG ini akan menentukan apakah seseorang terkena penyakit jantung atau tidak. Selain itu, jika masih ragu mungkin akan diperlukan pula pemeriksaan darah dan angiografi.
Kondisi ini bisa saja terjadi kembali bila seseorang patah hati. Setiap orang memiliki kemungkinan 10% – 15% untuk kembali mengalami sindrom ini kembali. Sindrom ini bisa terjadi secara berulang, yang disebabkan karena hal-hal yang berbeda seperti patah hati, kehilangan seseorang yang dicintai karena musibah, perasaan tertekan, dan stres yang berlebihan. (*)
Bagikan
Berita Terkait
Turut Pengaruhi Fisik, Ini 5 Cara untuk Pulih dari Patah Hati

Lagu Patah Hati Lengkap dengan Maknanya, Ada 15 Rekomendasi Terbaik Awas Galau!

Film Tentang Patah Hati, Ini 20 Rekomendasinya Awas Galau!

3 Faktor Pemicu Laki-Laki Lebih Rapuh Setelah Putus Cinta

Patah Hati Bukan Akhir dari Segalanya
