Google Kembali Buat Terobosan, Pakai AI untuk Kembangkan Video Game
Google replikasi game Doom dengan kecerdasan buatan. Foto: Google Play
MerahPutih.com - Google kini kembali membuat terobosan terbaru. Kabarnya, mereka sedang mengembangkan game Doom dengan menggunakan kecerdasan buatan.
Kecerdasan buatan semakin tersebar luas di masyarakat, begitu pula industri video game. Namun, banyak pihak yang mengkhawatirkan karier mereka, setelah serikat pekerja menyetujui kemitraan dengan perusahaan teknologi suara AI.
Hal ini diperburuk oleh laporan baru-baru ini yang menyatakan, bahwa pengembang menggunakan AI generatif untuk membuat game. Lalu, artis dan desainer grafis yang paling terkena dampaknya (kehilangan pekerjaan) oleh tren yang berkembang.
Kini, Google telah membawa segalanya ke level berikutnya. Mereka telah berhasil menggunakan AI untuk membuat versi game penembak klasik, Doom, meskipun hanya berjalan pada 20fps.
Baca juga:
Kecerdasan Buatan Prediksi Tanggal Rilis PS6, Siap Meluncur 2027?
Tim peneliti Google juga berhasil membuat jaringan saraf, yakni sebuah metode yang mengajarkan komputer untuk memproses data dengan cara yang terinspirasi oleh otak manusia. Kemudian, dapat menciptakan gameplay Doom secara real-time dengan mesin GameNGen.
Namun, prosesnya tidak menggunakan mesin game tradisional yang penuh kode, melainka menyimulasikan seluruh lingkungan game menggunakan model difusi generatif yang digerakkan oleh AI.
Menurut makalah yang dirilis Google, GameNGen merupakan mesin game pertama yang sepenuhnya didukung oleh model saraf, yang memungkinkan interaksi real-time dengan lingkungan kompleks dalam lintasan panjang dengan kualitas tinggi.
Mengutip Metro UK, GameNGen dilatih dalam dua fase untuk mereplikasi Doom, yakni belajar memainkan game dan menggunakan model difusi untuk membuat frame berikutnya. Hal itu berdasarkan urutan frame dan tindakan sebelumnya.
Baca juga:
Shlomi Fruchter dari Google DeepMind, mengunggah video orang-orang yang memainkan Doom versi AI di YouTube.
Menurut makalah tersebut, Doom versi AI memiliki 'peluang yang sedikit lebih baik dibanding peluang acak', di mana orang-orang dapat membedakannya dari game sebenarnya.
AI masih membutuhkan seseorang untuk memainkan permainannya, sehingga dapat mempelajari dan mereplikasinya. AI sendiri sudah digunakan dalam video game sejak awal.
Seiring dengan kemajuan teknologi, banyak orang di industri game yang khawatir, bahwa AI akan mengorbankan pekerjaan dan kualitas.
Contoh terbaru mengenai betapa sensitifnya masalah ini adalah ketika Palworld dituduh melatih AI untuk menciptakan makhluk mirip Pokemon. Hal itu mengakibatkan staf di pengembang Pocketpair menerima ancaman pembunuhan secara online. (sof)
Bagikan
Soffi Amira
Berita Terkait
iPhone 18 Bakal Uji Coba Face ID di Bawah Layar, Apple Siap Masuki Era Baru
Samsung Galaxy Z TriFold Sudah Mengaspal di China, Harganya Mulai dari Rp 47,1 Juta
Realme 16 Pro Segera Meluncur, Bawa Lensa Telefoto dan Baterai 7.000mAh
Xiaomi 17 Ultra Paling Cepat Bisa Dipesan Mulai Desember, tak Perlu Menunggu hingga 2026!
Render Samsung Galaxy S26 Series Bocor, Desain Barunya Jadi Sorotan!
Xiaomi 17 Ultra Leica Leitzphone Edition Muncul di GSMA, Ditunggu-tunggu Pencinta Fotografi!
Timnas MLBB Indonesia Ukir Sejarah Peringkat 4 Dunia IESF WEC 2025, Langsung Fokus SEA Games Thailand
Indonesia Genggam Dunia Esports: MLBB Putri Pertahankan Tahta IESF WEC 2025, Win Rate 100 Persen Cuy
Gambar Xiaomi 17 Ultra Bocor sebelum Rilis, Dibekali Baterai 6.000mAh
Samsung Bakal Gelar 'The First Look' Jelang CES 2026, Galaxy Z TriFold Segera Unjuk Gigi?