Ganjil Genap Belum Optimal Urai Kemacetan, DPRD DKI Sarankan Pemprov Perbanyak Terowongan Bawah Tanah


Ilustrasi kota jakarta. (Foto: ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/rwa/aa)
MerahPutih.com - Kebijakan Ganjil Genap (Gage) di 26 ruas jalan Jakarta dianggap masih belum mampu untuk mengatasi kemacetan.
"Kebijakan ganjil genap masih tidak efisien menurunkan tingkat kemacetan," kata Sekretaris Komisi B DPRD DKI Jakarta Wa Ode Herlina di gedung DPRD DKI Jakarta, yang dikutip Selasa (6/8).
Oleh karena itu, Komisi B DPRD DKI merekomendasikan agar Dinas Perhubungan (Dishub) merumuskan regulasi lain sebagai upaya pengurangan penggunaan kendaraan pribadi.
Menurutnya, salah satu usulan untuk mengatasi kemacetan di Jakarta yakni dengan memperbanyak pembangunan terowongan bawah tanah atau underpass.
Baca juga:
Penerapan Teknologi Artificial Intelligence (AI) Urai Kemacetan Jakarta
"Kayaknya sudah tidak bisa kita memperlebar jalan, karena sudah padat. Mendingan kalau ada anggaran, bikin saja bawah tanah," kata Wa Ode.
Ia yakin, terowongan bawah tanah dapat menjadi solusi jangka panjang menjawab persoalan kemacetan di Jakarta.
"Misalnya kita naik subway muncul di Tanah Abang, atau turun di kolong munculnya di Blok M. Cuma ini kan harus jangka panjang," tutur Wa Ode.
Selain itu, kata dia, penting bagi Pemprov DKI bekerja sama dengan lembaga masyarakat untuk menggencarkan sosialisasi. Tujuannya, meningkatkan minat warga Jakarta menggunakan transportasi umum.
Baca juga:
Naik Kereta Cepat Jakarta - Bandung saat HUT Kemerdekaan RI bisa Dapat Diskon 17 Persen
"Sosialisasi mengajak masyarakat untuk peduli sama transportasi umum, itu kan harus ada teladan, ada contoh," ucap Wa Ode.
Termasuk di antaranya menggencarkan kampanye tentang budaya berjalan kaki. Hal itu sebagai bentuk partisipasi masyarakat mengurangi kemacetan dan polusi udara di Jakarta.
Seperti halnya yang telah diterapkan oleh warga Singapura. Masyarakat digiring untuk menggunakan sepeda atau skuter listrik, bahkan jalan kaki saat bepergian, terutama untuk jarak pendek. "Contoh kalau kita ke Singapura, orang-orang kan lebih banyak jalan kaki," tutupnya. (asp)
Bagikan
Asropih
Berita Terkait
Ketua DPD Buka Konvensyen Dunia Melayu Dunia Islam (DMDI) ke-23 di Jakarta

Air Hujan di Indonesia Terkontaminasi Mikroplastik Tertinggi di Kota Jakarta

Jakarta Barat Krisis Lahan Makam, Cuma TPU Tegal Alur Unit Kristen yang Masih Tersedia

Aksi Teaterikal Peringatan Satu Tahun Pemerintahan Prabowo-Gibran di Jakarta

KOMWAJA Siap Turun ke Warga Kawal IPO PAM Jaya: Demi Air Bersih dan Transparansi

Kapasitas 16 TPU di Jakarta Selatan Sudah Habis, 9 Sudah Tidak Terima Pemakaman Baru

Momen Presiden Prabowo Saksikan Penyerahan Uang Senilai Rp13,2 Triliun Hasil Korupsi CPO di Kejagung

BRIN Ungkap Alasan Air Hujan Jakarta Bisa Mengandung Mikroplastik

Begini Cara Pengunjung Nikmati Night at The Ragunan Zoo

Anak Petani Raih Gelar Doktor Disertasi Kupas Sistem Aplikasi SRIKANDI DPR
