Gambaran Eksistensi Menantu Perempuan dalam Film 'Love for Sale 2'
Dalam hubungan harus ada keseimbangan. (Foto: Instagram@loveforsalefilm)
MENARIK hati mertua memang wajib dilakukan. Tentunya dengan hubungan yang seimbang antara mertua dan menantu. Tidak ada satu pihak yang dominan,
Setelah sukses meraup popularitas melalui film pertamanya, kini Love For Sale 2 hadir sebagai penerus. Namun film ini justru menunjukkan secara nyata betapa jenuhnya framing sebuah film bertema keluarga saat ini. Kenapa selalu perempuan yang dipojokkan?
Baca Juga:
Seperti itu lah menantu perempuan yang digambarkan dalam film ini. Arini harus siap tersenyum dan bersikap baik kepada Bu Ros meskipun Indra Tauhid atau Ican adalah pria brengsek yang senang ‘meniduri’ banyak perempuan.
Nasihat yang diberikan kepada pria jelas jauh berbeda dengan yang diberikan kepada perempuan. Bagi pria sendiri pesan yang disampaikan orangtua biasanya berupa perjalanan karier, menjadi seorang pemimpin, dan harus siap menjaga keluarganya.
Sementara perempuan harus menerima nasihat yang kurang lebih harus membuat dirinya membentuk pribadi baru yaitu menantu idaman. Sejatinya seorang perempuan digambarkan sebagai sosok yang cantik, pintar masak, pandai mengurus anak dan selalu setia melayani suaminya. Tidak lupa ia harus tunduk dan sayang kepada mertuanya. Pria tidak pernah diharuskan untuk seperti ini. Karena standar sosial serta stereotip terhadap menantu perempuan idaman yang sudah mandarah daging di Indonesia.
Lalu bagaimana nasib perempuan yang tidak memenuhi standar? Sudah pasti pasrah menelan segala nyinyiran yang dilontarkan oleh mertuanya. Salah apa janda dengan anak satu? Jika ia tetap melakukan tanggung jawabnya untuk mengurus anak. Salah apa wanita karier? Jika ia tetap bisa menjalankan peran sebagai seorang ibu sekaligus pekerja dengan sangat baik. Perempuan tetap berdaya. Dengan atau tanpa stereotip basi yang kerap digaungkan sampai detik ini.
Baca Juga:
Meskipun saat ini gerakan perempuan sudah mulai terpampang luas, “standar sosial” terhadap calon menantu perempuan rupanya masih melulu seperti itu. Tidak heran hal ini mempengaruhi dunia perfilman kita. Melansir dari Magdalene.com, kita telah membenarkan stereotip dan misogini di Indonesia. Di mana perempuan akan dianggap sebagai suatu keutuhan ketika dirinya memenuhi syarat. Yaitu cantik, patuh, dan pintar masak. Perempuan harus bisa menjaga perasaan mertua seperti Arini kepada Bu Ros.
Alangkah baiknya jika ke depan nanti para sineas Indonesia berani membeberkan fakta bahwa hubungan semacam ini adalah kejahatan yang dibungkam terlalu lama. Perempuan bukanlah pesuruh dan kita semua bertanggung jawab terhadap perasaannya. Ia boleh merasa marah dan lelah. Tidak harus 24 jam penuh tersenyum dan terlihat bahagia. Ia boleh tidak sependapat dengan mertuanya. Karena bahtera rumah tangga adalah tanggung jawab suami dan istri tanpa campur tangan orang lain. Hubungan antara suami-istri dan mertua haruslah setara. Tidak ada yang saling menguasai. (mar)
Baca Juga:
Bos Marvel: Film Superhero untuk Diperankan Keanu Reeves tengah Digarap
Bagikan
Berita Terkait
Yasmin Napper dan Megan Domani Beradu Peran di Film 'Musuh Dalam Selimut'
Angga Dwimas Sasongko Hadirkan ‘Ratu Malaka’, Perpaduan Aksi dan Budaya Asia Tenggara
‘Senin Harga Naik’, Film Drama Keluarga Terbaru yang Diperkenalkan Starvision di JAFF 2025
Sinopsis dan Trailer Film Komedi 'Modual Nekad': Petualangan Kocak Tiga Bersaudara
Kamila Andini Garap Spin-Off 'Suci Cute', Asmara Abigail Kembali Perankan Suci
Film 'Tinggal Meninggal' Menang Besar di JAFF 2025, dari Best Film hingga Best Director
Rekomendasi Film Romantis Akhir 2025, dari Drama Korea hingga Komedi Indonesia
Bukan Cuma Laga, Film Pengepungan di Bukit Duri Borong 4 Kategori Teknis Sinema Piala Citra
Film 'Pangku' Menangi Penghargaan FFI 2025, Reza Rahadian Persembahkan Karya untuk Para Ibu
Nia Dinata Garap 'Berbagi Suami: 20 Tahun Kemudian', Produksi Dimulai 2026