Festival Film secara Hibrida Diprediksi Masih Tren di 2022


Ada sisi positif yang didapatkan dari metode hibrida. (Foto: Variety)
PANDEMI COVID-19 memberikan alternatif baru yang membuat masyarakat harus beradaptasi, salah satunya metode hibrida (luring dan daring). Wakil Ketua 1 Dewan Kesenian Jakarta (DKJ), Hikmat Darmawan mengatakan penyelenggaraan festival film secara hibrida diprediksi masih akan menjadi tren di 2022, seiring dengan akselerasi teknologi digital di masa pandemi.
“Kita harus membangun penyesuaian mulai dari infrastruktur mau pun mental set. Karena beda pertunjukan langsung di depan kamera dan komunikasi lewat perjumpaan langsung,” kata Hikmat mengutip laman ANTARA, Minggu (5/12).
Metode hibrida, menurut Hikmat, ada banyak manfaat yang diberikan. Misalnya untuk bercakap, tidak ada batas negara dengan sineas internasional, dan juga harus menyiapkan infrastruktur salah satunya koneksi internet.
Baca juga:

Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa pandemi dan akselerasi digital memberi pelajaran bagi penyelenggara festival film bahwa platform digital akan terus dimasukkan ke dalam bagian dari penyelenggaraan, karena ada banyak hal yang bisa dijagnkau lewat bantuan digitalisasi.
Hal itu menjadikan festival film menjadi wadah yang lebih inklusif bagi ekosistem perfilman nasional pada umumnya, hingga masyarakat.
“Expanding the circle. Bahwa festival bukan hanya ‘untuk orang film’. Festival film adalah platform kebudayaan. Meskipun core-nya film, ini adalah eksibisi kebudayaan. Bukan hanya gelombang massa, tapi minat-minat yang beragam itu diakomodasi. Inklusif itu harus dikonkritkan, bukan hanya menjadi sebuah value,” ungkapnya.
Senada dengan Hikmat, Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan Teknologi Hilmar Farid mengatakan, tren penyelenggaraan festival film secara hibrida sangatlah mungkin. Mengingat masyarakat sudah mulai terbiasa dengan kegiatan di ruang digital.
Baca juga:

“Sekarang orang sudah menjadikannya kultur baru bahwa mengikuti festival itu tidak harus hadir secara fisik, tapi bisa mengakses melalui beberapa saluran, Begitu juga dengan diskusinya. Sekarang jauh lebih accessbile dan diverse dalam banyak hal,” kata Hilmar.
Hilmar pun mengatakan pihaknya selalu waspada mengikuti perkembangan ancaman varian COVID-19. Ia kemudian membandingkan dengan kondisi tahun lalu dan menilai bahwa pelaku industri perfilman sudah lebih siap menghadapi tantangan di masa mendatang. (and)
Baca juga:
Bagikan
Andreas Pranatalta
Berita Terkait
Film Street Fighter Tayang 2026: Lebih Brutal dari Versi Game?

Wuthering Heights 2026: Margot Robbie dan Jacob Elordi Hadirkan Cinta Tragis di Layar Lebar

Mark Kerr: Kisah Kelam Sang Juara UFC di Film The Smashing Machine

Disney Siapkan Film Animasi Baru 'Hexed', Siap Tayang November 2026

Suzy, Yoo Jung Hoo, hingga Kim Dan akan Bintangi Adaptasi Live-Action 'Men of the Harem'

Dari Komedi hingga Thriller, Film dan Serial Seru akan Hadir di Netflix selama September 2025

Wajib Ditonton! 4 Film yang Jadi Cerminan Aparat Penegak Hukum dan Politik di Indonesia

6 Film Ikonik Mengenai Kebobrokan Hingga Brutalitas Polisi yang Wajib Kamu Tonton

Netflix Rilis Teaser ‘Mantis’, Film Spin-off ‘Kill Boksoon’, Tampilkan Im Siwan dalam Mode Garang

Cerita di Balik Kolaborasi Eva Celia dan Bilal Indrajaya untuk Lagu 'Rangga Cinta'
