Dua Dekade, Bluetooth masih belum 'Bersahabat'


Pemrogram awal mengadopsi "Bluetooth" sebagai nama kode untuk teknologi nirkabel. (freepik/rawpixel.com)
DALAM dua dekade sejak pertama kali disertakan dalam produk yang tersedia untuk masyarakat umum, Bluetooth telah digunakan begitu luas sehingga seluruh generasi konsumen mungkin tidak dapat mengingat waktu tanpanya.
ABI Research memperkirakan ada 5 miliar perangkat berkemampuan Bluetooth akan dikirimkan ke konsumen tahun ini. Angka itu diperkirakan akan meningkat menjadi 7 miliar pada 2026.
Bluetooth sekarang ada dalam segala hal mulai dari ponsel cerdas, lemari es hingga bola lampu, memungkinkan semakin banyak produk untuk terhubung satu sama lain dengan lancar, kadang-kadang.
BACA JUGA:
Terlepas dari penyebarannya, teknologi ini masih rentan terhadap masalah yang merepotkan, apakah itu perjuangan dalam menyiapkan perangkat baru untuk terhubung, mengganti headphone antar perangkat, atau hanya terlalu jauh di luar jangkauan untuk terhubung.

"Saya memiliki hubungan cinta-benci dengan Bluetooth, karena ketika berfungsi, itu luar biasa, dan ketika tidak, kamu ingin 'menarik rambut hingga copot'," kata profesor Interaksi Manusia-Komputer Chris Harrison di Carnegie Melon University, Pennsylvania, AS.
"Janjinya adalah membuat koneksi semulus dan semudah mungkin. Sayangnya, Bluetooth tidak pernah benar-benar mencapainya," dia menambahkan seperti diberitakan CNN (10/7). Alasan untuk kesulitan itu kembali ke dasar dari teknologi yang relatif murah.
Kemunculan bluetooth

Bluetooth dikatakan meminjam namanya dari raja Skandinavia abad kesembilan, Harald 'Bluetooth' Gormsson, yang dikenal karena gigi matinya yang berwarna abu-abu kebiruan. Dia berhasil menyatukan Denmark dan Norwegia pada 958 M.
Pemrogram awal mengadopsi 'Bluetooth' sebagai nama kode untuk teknologi nirkabel mereka yang menghubungkan perangkat lokal, dan akhirnya nama itu menempel.
Teknologi ini, kata Harrison, dibedakan dari wi-fi karena memerlukan jarak dekat secara inheren. Sinyal Bluetooth berjalan melalui gelombang udara yang tidak berlisensi, yang secara efektif terbuka untuk umum bagi siapa saja untuk digunakan. Berbeda dengan gelombang udara yang diprivatisasi yang dikendalikan oleh perusahaan seperti AT & T atau Verizon.
Hal ini mungkin telah memudahkan pengembangan dan adopsi yang lebih luas, tetapi hal tersebut memerlukan biaya. Bluetooth harus berbagi dan bersaing dengan banyak produk lain yang menggunakan pita spektrum tanpa izin, seperti monitor bayi, remote TV, dan lainnya. Hal ini dapat menimbulkan interferensi yang dapat mengganggu keefektifan Bluetooth.
Harrison menyebutkan, alasan lain mengapa bluetooth bisa sangat sulit digunakan, termasuk masalah keamanan siber yang dapat muncul saat mentransmisikan data secara nirkabel.
Jika memasang speaker bluetooth di gedung apartemen New York, misalnya, kamu tidak ingin sembarang orang dalam radius 15 meter dapat terhubung dengannya. Namun, kata Harison, pabrikan tidak pernah menyelesaikan proses discovery mode yang mulus.
BACA JUGA:
"Kadang-kadang perangkat akan mulai secara otomatis dan berada dalam mode ini, 'Saya siap untuk mode memasangkan'. Terkadang kamu harus mengklik semacam urutan alien untuk memasukkan perangkat ke mode khusus ini," dia menjelaskan.
Namun, pelaku bisnis dan konsumen terus merangkul bluetooth. Apple, mungkin yang paling menonjol. Mereka membuang port headphone biasanya dan memperkenalkan earbud nirkabel berkemampuan Bluetooth yang populer, AirPods. Perusahaan teknologi lain pun kemudian meluncurkan produk serupa.
Terlepas dari kekurangannya, Harrison tidak melihat permintaan untuk bluetooth berkurang dan mengakui bahwa dia sendiri menggunakannya dengan mulus, sekitar 70 persen dari seluruh penggunaan.
"Bluetooth belum mencapai puncaknya. Bluetooth akan menjadi perekat yang menghubungkan semua itu bersama," kata Harrison. Di memprediksi adopsi luas internet of things, atau perangkat pintar, bekerja sama dalam jarak dekat hanya akan menambah pertumbuhannya di kemudian hari.(aru)
BACA JUGA:
Menakjubkan, Gambar Galaksi Tangkapan Teleskop Webb
Bagikan
Berita Terkait
POCO F8 Ultra Sudah Raih Sertifikasi NBTC, Kemungkinan Debut Global dalam Waktu Dekat

Bocoran OPPO Reno 15 Pro Max Terungkap, Berikut Spesifikasi Lengkapnya!

DxOMark Sebut iPhone 17 Pro Punya Kamera Selfie Terbaik, Kalahkan Google dan Honor

Anomali Apple: iPhone Air Kurang Laris, Tapi Produksi iPhone 17 Malah Diborong Habis

Presiden Prabowo Gelar Rapat Terbatas di Kertanegara, Bahas Pengembangan STEM dan Swasembada Energi-Pangan

iPhone 18 Pro Bakal Dilengkapi Kamera Aperture Variabel, Kerja Sama dengan 2 Perusahaan Tiongkok

ChatGPT bakal Izinkan Konten Erotis untuk Pengguna Dewasa

Engsel iPhone Fold yang Bakal Meluncur Tahun Depan Cuma Rp 1 Juta, Harga HP-nya DIperkirakan Tembus Rp 30 Juta

OPPO Find X9 Series Meluncur Global 28 Oktober, ini Spesifikasi Lengkapnya

Samsung Bakal Hentikan Seri Edge, Bagaimana Nasib Galaxy S26?
