Dirut PGN ke AS, Pelesiran?

Andika PratamaAndika Pratama - Jumat, 22 Oktober 2021
Dirut PGN ke AS, Pelesiran?

Logo PT Perusahaan Gas Negara Tbk. Foto: Istimewa

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

MerahPutih.com - Kepergian Direktur Utama PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) Muhammad Haryo Yunianto ke Amerika Serikat (AS) untuk bertemu manajemen Swift Energy Co dikritisi oleh sejumlah pihak.

Swift Energy diketahui merupakan perusahaan pemilik area lapangan Shale Gas Fasken, dan berkantor pusat di Houston, Texas, AS.

Baca Juga

PKS Nilai Usul Golkar soal Pembubaran Kementerian BUMN Mengada-ada

Direktur Eksekutif 98 Institute, Heriyono Nayottama mengatakan, berdasarkan informasi yang diperolehnya, Haryo Yunianto akan berada di Negeri Paman Sam tersebut selama dua minggu.

"Sepengetahuan saya, selama Haryo Yunianto menjabat dia tidak pernah ketemu para investor pemegang saham PGN, tapi ini tiba-tiba kenapa dia pergi ke AS," kata Heriyono di Jakarta, Jumat (22/10).

Dia menambahkan, kondisi PGN saat ini bisa dikatakan sangat babak belur dan tidak etis bila seorang dirut melakukan kunjungan ke luar negeri.

"Apa urgensi ketemu jajaran manajemen Swift Energy? Kenapa tidak mereka saja yang disuruh datang ke Indonesia menemui manajemen PGN?" tanya dia.

Komentar Heriyono, diduga kepergian Haryo Yunianto ke AS hanya untuk sekedar pelesiran.

"Sangat aneh, semestinya dia fokus terhadap kondisi kinerja PGN, terutama yang di dalam negeri. Lapangan Fasken mau diapakan lagi, jelas-jelas secara kasat mata investasi tersebut merugi akibat kebijakan direksi sebelumnya," tegas dia.

Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) PT Perusahaan Gas Negara Tbk. Dokumentasi PT PGN
Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) PT Perusahaan Gas Negara Tbk. Dokumentasi PT PGN

Sebelumnya, imbuh Heriyono, pada pertengahan Juli 2021, Presiden Joko Widodo juga mengeluarkan imbauan kepada para pejabat negara untuk tidak bepergian ke luar negeri, terkait situasi krisis Covid-19.

"Hanya menteri Luar Negeri yang boleh ke luar negeri. Perlu diingat, dirut BUMN juga menjadi bagian tidak terpisahkan sebagai pejabat negara karena digaji oleh negara," kata dia.

Heriyono menegaskan, Menteri BUMN Erick Thohir harus segera memanggil Haryo Yunianto untuk diminta penjelasannya pergi ke luar negeri.

"Jika penjelasannya tidak masuk akal, Erick Thohir sudah selayaknya aegera mencopot Haryo Yunianto dan mengganti dengan figur yang lebih kredibel," terang dia.

Heriyono pun akhirnya mempertanyakan keputusan Erick Thohir mengangkat Haryo Yunianto menjadi dirut PGN dalam RUPS pada 3 Mei 2021.

"Secara prestasi sebenarnya tidak ada rekam jejak yang mumpuni, baik saat dia menjadi direktur di PT Pembangunan Jaya Ancol maupun saat duduk sebagai presdir PT Patra Jasa hingga sempat menjadi direktur di PT Pertamina (Persero), kecuali rumor bahwa dia sangat dekat dengan ring kekuasaan," ungkap dia.

Sekedar informasi, PGN merupakan pemilik 36 persen saham di area Shale Gas Fasken melalui anak usahanya, PT Saka Energi Indonesia.

Saka Energi pada 15 Juli 2014 menuntaskan transaksi akuisisi 36 persen hak partisipasi lapangan tersebut senilai USD 175 juta. Rinciannya, pembayaran tunai USD 125 juta dan porsi Swift untuk biaya pengembangan lapangan USD 50 juta.

Saat itu PGN dipimpin oleh Hendi P Santoso sebagai dirut. Belakangan diketahui pembelian lapangan tersebut bermasalah karena diketahui tidak sesuai ekspektasi dan disinyalir PGN bisa menderita kerugian hingga ratusan juta dollar AS. (Pon)

Baca Juga

Bos-Bos BUMN Siap-Siap Dicopot, Intip Kriteria Perombakan Erick Thohir

#Perusahaan Gas Negara
Bagikan
Ditulis Oleh

Ponco Sulaksono

Berita Terkait

Bagikan