Demo Mahasiswa 1966, Ketika Suara Anak Muda Mengubah Sejarah Indonesia

Hendaru Tri HanggoroHendaru Tri Hanggoro - Jumat, 31 Januari 2025
Demo Mahasiswa 1966, Ketika Suara Anak Muda Mengubah Sejarah Indonesia

Massa demonstran mahasiswa 1966 yang menuntut Tritura. (Foto: Repro buku Orde Baru Koreksi Total Terhadap Perjalanan Sejarah Bangsa)

Ukuran:
14
Audio:

MerahPutih.com - Halo, Guys! Pernah enggak kamu kena macet lantaran demonstrasi? Kendaraan yang membawamu cuma maju sedikit demi sedikit.

Lalu kamu kesal dan nyeletuk, "Ngapain sih pada demo? Kayak orang bener aja!"

Padahal dalam sejarah Indonesia, demonstrasi itu beberapa kali terbukti ampuh mengubah jalannya sejarah! Demonstrasi juga berkaitan dengan kebutuhan dan kepentingan orang banyak.

Ini misalnya terjadi pas tahun 1966.

Para mahasiswa turun ke jalan sejak 10 Januari. Mereka protes karena harga barang yang naik, kebijakan pemerintah yang enggak mau membubarkan PKI, dan kinerja Kabinet Dwikora I yang mengecewakan.

Demonstrasi mahasiswa digerakkan oleh Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) di Jakarta pada 10 Januari 1966.

KAMI adalah organisasi gabungan (federasi) dari beberapa perkumpulan mahasiswa ekstrauniversitas (di luar struktur kampus) yang dibentuk di Jakarta pada 26 Oktober 1965 dan didukung oleh Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI).

"Sepanjang tahun 1966 KAMI melancarkan aksi-aksi dan demonstrasi-demonstrasi yang mendapat dukungan dari masyarakat karena sifat mereka yang nonkonformis dan tuntutan-tuntutan yang mereka bawakan," kata Francois Raillon, peneliti sejarah Indonesia dari Prancis, dalam buku Politik dan Ideologi Mahasiswa Indonesia.

Oya, nonkonformis itu istilah keren buat menggambarkan orang atau kelompok yang enggak mau ikut-ikutan arus utama atau kebiasaan umum.

Dalam konteks sejarah, seperti demonstrasi mahasiswa tahun 1966, mereka disebut nonkonformis karena berani menentang kebijakan pemerintah yang dianggap enggak sesuai dengan kepentingan rakyat.

Mahasiswa enggak cuma ikut-ikutan, tapi berani berdiri dan menyuarakan pendapat mereka sendiri.

Baca juga:

Mengenal Tritura, Suara Rakyat di Tengah Krisis Ekonomi dan Politik

Mengapa yang Berdemonstrasi Harus Mahasiswa?

Mahasiswa mengeluarkan tiga tuntutan rakyat yang berisi pembubaran Partai Komunis Indonesia (PKI), perombakan (retool) Kabinet Dwikora, dan penurunan Harga.

Saat itu, PKI dianggap sebagai dalang peristiwa G30S/Gestapu yang mengakibatkan tujuh jenderal ABRI/TNI-AD gugur.

Mahasiswa menganggap Kabinet Dwikora yang dibentuk oleh Presiden Sukarno pada 2 September 1964 enggak mampu menyelesaikan masalah G30S/Gestapu.

Keadaan makin runyam karena harga bensin, ongkos transportasi, dan kebutuhan pokok naik drastis. Ongkos bus yang tadinya Rp 200 naik jadi Rp 1.000. Isi kantong sebagian besar rakyat dan mahasiswa pun makin tipis.

Demonstran berkumpul di FKUI pada 10 Januari 1966
Mahasiswa memulai aksi demo dari kampus UI di Salemba. (Foto: Repro buku Orde Baru Koreksi Total Terhadap Perjalanan Sejarah Bangsa)

Sebelum rakyat bergerak sendiri dan menimbulkan huru-hara, mahasiswa bergerak duluan.

"Lebih baik kalau mahasiswa yang bergerak," kata Soe Hok Gie, salah satu peserta demo tersebut, dalam catatan hariannya yang dibukukan dan diberi judul Catatan Seorang Demonstran.

Menurut Gie, mahasiswa adalah sekelompok orang pilihan.

"'The happy selected few' yang dapat kuliah dan karena itu mereka harus juga menyadari dan melibatkan diri dalam perjuangan bangsanya," ungkap Gie.

Selain KAMI, organisasi mahasiswa intrauniversitas (di dalam struktur kampus) kayak Dewan Mahasiswa Universitas Mahasiswa (DM-UI) ikutan bergabung dalam demonstrasi itu.

Mahasiswa memulai aksi demo dari kampus UI di Salemba. Di sini, ribuan mahasiswa berkumpul mendengarkan pidato dari para wakil mahasiswa.

"Setelah pidato-pidato anti-PKI dan kenaikan harga, para demonstran menuju ke Sekneg (Sekretariat Negara)," cerita Gie.

Sekneg terletak enggak jauh dari Istana Negara dan Istana Merdeka, kediaman dan tempat kerja Presiden Sukarno.

Buat menuju Sekneg yang jaraknya 5,5 kilometer, mahasiswa berjalan kaki. Di sepanjang perjalanan, mahasiswa meneriakkan yel-yel pengobar semangat.

Baca juga:

Demam Barang Jepang di Indonesia pada 1930-an, Sejarah Hubungan Indonesia dan Jepang sebelum Masa Pendudukan

Cara Demo Mahasiswa

Sampai di sekitar Sekneg, mahasiswa diadang oleh anggota Tjakrabirawa (pasukan pengawal presiden, pendahulu paspampres) dan kendaraan lapis baja militer seperti panser. Namun, mahasiswa enggak gentar.

"Tank-tank, panser-panser, dan senjatanya Tjakrabirawa sudah bermunculan di mana-mana. Tapi anak-anak memang tak bisa dihalaukan begitu saja. Gadis-gadis dengan 'senjata' yel-yel 'Hidup ABRI' berlomba menaiki panser-panser sedang rekan-rekan putranya tiduran di antara ban-bannya," kenang Christianto Wibisono, salah satu tokoh KAMI dalam Aksi-Aksi Tritura: Kisah Sebuah Partnership.

Di sini, mahasiswa menunggu berjam-jam buat bertemu dengan wakil pemerintah.

Demonstrasi bukanlah hal yang mudah. Bayangkan kamu berjam-jam berdiri di tengah keramaian, berteriak-teriak, tentu saja melelahkan, dan membuat lapar.

Demonstrasi mahasiswa indonesia pada Januari 1966 berlangsung di bulan puasa
Mereka bersujud pada-Nya di tengah matahari, mereka berpuasa, mereka menyembah Tuhan, dan mereka berjuang untuk rakyat yang melarat. (Foto: Repro buku Orde Baru Koreksi Total Terhadap Perjalanan Sejarah Bangsa)

Apalagi saat demonstrasi itu berlangsung, sebagian besar mahasiswa sedang menjalani ibadah puasa Ramadan tahun 1966.

"Betapa mengharukannya. Mereka bersujud pada-Nya di tengah matahari, mereka berpuasa, mereka menyembah Tuhan, dan mereka berjuang untuk rakyat yang melarat," kata Gie.

Saking banyaknya jumlah mahasiswa yang menunggu wakil pemerintah, kemacetan lalu-lintas pun terjadi.

Setelah menunggu lama, mahasiswa akhirnya kedatangan Wakil Perdana Menteri (Waperdam) III Chaerul Saleh pada pukul 15.00.

Mahasiswa menyampaikan Tritura dan keluhan lainnya di hadapan Chaerul Saleh.

"Mahasiswa sekarang tak bisa pergi kuliah sebab ongkos bis tak terbayar. Mahasiswa juga tak bisa bayar uang kos. Orangtua mahasiswa juga tak mampu membiayai. Sebelum harga-harga diturunkan kita akan mogok kuliah," kata Cosmas Batubara, seorang mahasiswa.

Chaerul Saleh berjanji bakal membawa Tritura dan keluhan ke Presiden Sukarno. Dia mengatakan enggak bisa bikin keputusan sendiri.

Namun, mahasiswa kecewa dengan jawaban tersebut. Mereka menyoraki Chaerul dan mengejeknya sebagai 'Menteri Goblok'.

Baca juga:

Sejarah Program Makan Bergizi Zaman Sukarno, Menggugah Kesadaran Gizi Anak Sekolah

Dukungan Buat Demo Mahasiswa

Mahasiswa kemudian membubarkan diri sembari menyebarkan pengumuman bahwa tarif bus tetap Rp 200. Mereka juga memutuskan buat mogok kuliah.

Keputusan ini didukung oleh ABRI, yang menjadi lawan politik terberat PKI.

"Saya bangga mahasiswa turun ke jalan, membiarkan kuliah berantakan demi membela harkat dan martabat masa depan bangsanya," kata R.Hartono, salah seorang Komandan Kompi yang kemudian jadi Kepala Staf Angkatan Darat dalam buku Orde Baru Koreksi Total Terhadap Perjalanan Sejarah Bangsa.

Masyarakat juga mendukung aksi mahasiswa. Ada banyak orang yang berbaik hati memberikan makanan dan minuman kepada para demonstran.

Ibu-ibu dan anak-anak remaja datang mengantarkan nasi bungkus dan buah-buahan.

"Masyarakat memberikan applause yang antusias dan simpati mendalam melihat pengorbanan mahasiswa," sebut Christianto Wibisono.

Peserta demo 1966 menempeli dan mencoret mobil
Mahasiswa langsung mencorat-coret mobil itu dengan kapur. (Foto: Repro buku Orde Baru Koreksi Total Terhadap Perjalanan Sejarah Bangsa)

Hari-hari sepanjang Januari, demonstrasi mahasiwa kian membesar. Jumlah peserta demo mencapai puluhan ribu mahasiswa dari berbagai kampus di Jakarta.

Sasaran demonstrasi mahasiswa enggak lagi di sekitar Istana, tapi juga menyebar ke berbagai tempat kayak ke Gedung DPR di Senayan dan beberapa kementerian atau lembaga. Bahkan hingga ke Bogor ketika Kabinet Dwikora menggelar rapat.

Para mahasiswa berkumpul dahulu di titik tertentu, terutama kampus FK UI, dari situ baru bergerak dengan berjalan kaki.

Jaraknya jauh-jauh loh. Misalnya buat ke Gedung DPR Senayan, mahasiswa harus berjalan kaki 15 kilometer dari Salemba.

Khusus demo ke Bogor, mahasiswa mendapat bantuan truk, mobil, dan bus dari masyarakat.

"Seluruh kendaraan yang sanggup menampung agak banyak penumpang, direkrut di depan Salemba," kenang Christianto Wibisono.

Yang mengharukan, beberapa supir truk bahkan bersemangat banget mengemudikan truknya menuju Bogor.

Sementara itu, jika demonya masih di sekitar Jakarta, sebagian kecil mahasiswa ada yang bersepeda.

"Tanggal 13 Januari 1966, dengan bersepeda mahasiswa pergi ke Jaksa Agung, untuk memprotes tuduhan Jaksa Sulaiman, S.H., bahwa demonstrasi-demonstrasi mahasiswa adalah liar," catat Soe Hok Gie dalam artikelnya, "Di Sekitar Demonstrasi-Demonstrasi Mahasiswa di Jakarta" yang termuat dalam buku Zaman Peralihan.

Karena jumlah mahasiswa banyak, jalanan macet. Banyak mobil terjebak di jalan.

Nah, di antara mobil-mobil itu ternyata kepunyaan pejabat negara. Makanya mahasiswa langsung mencorat-coret mobil itu dengan kapur.

Isi coretannya antara lain "Dekat jauh dua ratus", 'Turunkan Harga bensin', 'DPR banci', 'Retool menteri-menteri goblok', dan 'Chaerul Menteri Goblok'.

Enggak cukup dengan corat-coret, mahasiswa menempel selebaran yang menyentil politik kenaikan harga pemerintah dan kelakuan pejabat lelaki yang gemar menikah lebih dari satu perempuan.

Selain itu, mahasiswa juga mulai bikin yel-yel buat menyentil politik-politik pemerintah.

Yel-yel itu dibuat dengan memelesetkan sejumlah irama lagu. Misalnya irama 'Tek Kotek Kotek Anak Ayam' diubah jadi 'Blok, goblok, goblok, goblok, Kita ganyang Menteri goblok'.

Demonstrasi mahasiswa mulai berangsur kendor menjelang dan selama Lebaran 1966 pada 23-24 Januari 1966.

Baca juga:

Apa sih Guna Sejarah? Dari Mengangkat Orang-Orang Kecil sampai Fondasi untuk Bangun Masa Depan

Kelompok AntiDemo dan Korban Jiwa

Namun, setelah Lebaran, demonstrasi malah memanas. Kali ini, kelompok-kelompok yang antidemo mahasiswa mulai berani keluar.

Mereka mulai mengecilkan perjuangan mahasiswa dengan mengatakan bahwa demo-demo mahasiswa itu liar, ditunggangi asing, dan hanya bikin rusuh atau macet.

Beberapa orang juga mencoba menyusup masuk ke peserta demo, memprovokasi massa supaya bakar-bakaran.

Namun, mahasiswa enggak terpancing. Bahkan sebagian mereka melarang mahasiswa lainnya buat minum gratisan dari pedagang.

Pemakaman Arief Rachman Hakim mahasiswa ui yang tertembak pada demo 1966
Pemakaman Attaur Rachman Sjair atau yang biasa dikenal Arief Rachman Hakim, mahasiswa FK UI. (Foto: Nationaal Archief)

Selain berhadapan dengan propaganda dan provokasi dari kelompok antidemo, mahasiswa juga harus melawan serangan fisik dari kelompok tersebut.

Presiden Sukarno juga mulai enggak suka dengan demonstrasi mahasiswa. Dia menganggap yel dan ejekan mahasiswa keterlaluan.

Presiden juga memerintahkan pembubaran KAMI pada 25 Februari 1966. Mulai saat itu, penggerak demo ditangkapi, dipukuli, dan dipenjara.

Bahkan, sehari sebelumnya, mahasiswa ditembaki. Korban jiwa mulai berjatuhan di Banjarmasin, Jakarta, dan Yogyakarta.

Mereka adalah Attaur Rachman Sjair atau yang biasa dikenal Arief Rachman Hakim, mahasiswa FK UI, dan Zubaedah, pelajar yang tergabung dalam kelompok Kesatuan Aksi Pelajar-Pelajar Indonesia (KAPPI).

Kematian dua demonstran justru memancing jumlah demonstrasi yang lebih besar.

Pada 11 Maret 1966, ketika sidang kabinet berlangsung, mahasiswa kembali berdemo di Jakarta. Ada pasukan tanpa tanda pengenal yang ikut serta ke Istana Negara, yang kemudian diketahui berada di bawah komando Kemal Idris.

Situasi ini membuat Presiden Sukarno panik dan melarikan diri ke Istana Bogor, yang akhirnya memicu lahirnya Surat Perintah 11 Maret 1966 dan mengakhiri kekuasaan Sukarno.

Demonstrasi juga berhasil menurunkan harga kebutuhan pokok buat sementara waktu. Semua harus ditebus dengan keringat, cucuran darah, dan air mata.

"Sampai hari itu korban di pihak kesatuan aksi di seluruh Indonesia tercatat 6 orang, Hasanuddin Noer (Banjarmasin), Arief Rachman Hakim dan Zubaedah (Jakarta), Aris Munandar dan Margono (Yogyakarta)," catat Christianto Wibisono.

Apakah perjuangan sudah berakhir?

Tentu saja belum. Perjuangan itu bakal diteruskan oleh generasi-generasi setelahnya, yaitu kamu.

Apakah kamu siap melanjutkannya? (dru)

Baca juga:

Manusia sebagai Subjek, Objek, dan Saksi Sejarah, Mengungkap Kisah di Balik Perubahan Zaman

#Sejarah
Bagikan
Ditulis Oleh

Hendaru Tri Hanggoro

Berkarier sebagai jurnalis sejak 2010 dan bertungkus-lumus dengan tema budaya populer, sejarah Indonesia, serta gaya hidup. Menekuni jurnalisme naratif, in-depth, dan feature. Menjadi narasumber di beberapa seminar kesejarahan dan pelatihan jurnalistik yang diselenggarakan lembaga pemerintah dan swasta.

Berita Terkait

Lifestyle
12 September Memperingati Hari Apa? Peristiwa Bersejarah hingga Perayaan Unik Dunia
Apa saja yang terjadi pada 12 September? Ini sejarah lengkapnya termasuk Hari Purnawirawan, Tragedi Tanjung Priok, dan peristiwa dunia.
ImanK - Kamis, 11 September 2025
12 September Memperingati Hari Apa? Peristiwa Bersejarah hingga Perayaan Unik Dunia
Lifestyle
9 September Memperingati Hari Apa? Ini Deretan Fakta Mengejutkan
9 September memperingati hari apa? 1. Hari Berdirinya Korea Utara, 2. Double Ninth Festival, 3. Hari Olahraga Nasional, selengkapnya
ImanK - Senin, 08 September 2025
9 September Memperingati Hari Apa? Ini Deretan Fakta Mengejutkan
Lifestyle
7 September Memperingati Hari Apa? Munir Meregang Nyawa di Udara
7 September memperingati hari apa? 1. Hari Kemerdekaan Brasil, 2. ari Udara Bersih Internasional, 3. National Beer Lovers Day, selengkapnya
ImanK - Sabtu, 06 September 2025
7 September Memperingati Hari Apa? Munir Meregang Nyawa di Udara
Lifestyle
6 September Memperingati Hari Apa? Ini Daftar Perayaan dan Fakta Uniknya
6 September Memperingati Hari Apa: 1. Festival Janmashtami, 2. Hari Baca Buku Nasional, 3. Hari Tradisi Melempar Telur, selengkapnya
ImanK - Jumat, 05 September 2025
6 September Memperingati Hari Apa? Ini Daftar Perayaan dan Fakta Uniknya
Lifestyle
5 September Memperingati Hari Apa? Ini Daftar Peringatan dan Peristiwa Pentingnya
5 September memperingati hari apa? Yup, setiap tahunnya menjadi hari yang sarat makna bukan hanya bagi umat Islam di Indonesia
ImanK - Kamis, 04 September 2025
5 September Memperingati Hari Apa? Ini Daftar Peringatan dan Peristiwa Pentingnya
Lifestyle
4 September Memperingati Hari Apa? Ini Fakta Menarik yang Jarang Diketahui
4 September Memperingati Hari Apa: 1. Hari Pelanggan Nasional, 2. International Hijab Solidarity Day, 3. Hari Kacang Macadamia Nasional, selengkapnya
ImanK - Rabu, 03 September 2025
4 September Memperingati Hari Apa? Ini Fakta Menarik yang Jarang Diketahui
Indonesia
Ketua DKJ Tegaskan Perusakan Benda dan Bangunan Bersejarah Adalah Kejahatan Serius yang Melampaui Batas Kemanusiaan
Sejarah bukan benda mati, melainkan sesuatu yang membuat diri kita ada hari ini
Angga Yudha Pratama - Senin, 01 September 2025
Ketua DKJ Tegaskan Perusakan Benda dan Bangunan Bersejarah Adalah Kejahatan Serius yang Melampaui Batas Kemanusiaan
Lifestyle
2 September Memperingati Hari Apa? Ini Fakta Uniknya
2 September memperingati hari apa? 1. Hari Kemerdekaan Vietnam, 2. Hari Kelapa Sedunia, 3. Hari Kemerdekaan Transnistria, selengkapnya
ImanK - Senin, 01 September 2025
2 September Memperingati Hari Apa? Ini Fakta Uniknya
Fun
29 Agustus Memperingati Hari Apa? DPR RI Ulang Tahun!
29 Agustus memperingati hari apa: 1. Hari Ulang Tahun DPR RI, 2. Hari Melawan Uji Coba Nuklir Internasional, 3. Hari Olahraga Nasional India, selengkapnya
ImanK - Kamis, 28 Agustus 2025
29 Agustus Memperingati Hari Apa? DPR RI Ulang Tahun!
Lifestyle
27 Agustus Memperingati Hari Apa? Ini Deretan Kejadian Penting Dunia
27 Agustus Memperingati Hari Apa? 1. Pekan Keadilan Sosial di Australia, 2. Tumpek Kandang di Bali, 3. Hari Kemerdekaan Moldova, selengkapnya
ImanK - Selasa, 26 Agustus 2025
27 Agustus Memperingati Hari Apa? Ini Deretan Kejadian Penting Dunia
Bagikan