CEO Clubhouse Tegaskan Data Pengguna Tidak Bocor


Clubhouse dikabarkan mengalami kebocoran data pengguna. (Foto: Unsplash/Dmitry Mashkin)
MINGGU lalu muncul laporan yang menyebutkan bahwa data pribadi pengguna Clubhouse bocor. Sigap, CEO Clubhouse Paul Davison membantah hal tersebut, dia menegaskan bahwa laporan itu palsu atau tidak benar.
Dikutip dari The Verge, Laporan dari Cyber News data pribadi pengguna Clubhouse dilaporkan bocor dan diposting ke salah satu forum peretasan. Informasi data pribadi yang bocor dikabarkan meliputi ID pengguna, nama pengguna, akun Twitter dan Instagram, serta jumlah pengikut.
Baca Juga:
Neuralink: Kami Bisa Menghidupkan Kembali Dinosaurus seperti di Jurassic Park

Laporan ini kemudian ditanggapi oleh CEO Clubhouse melalui Town Hall Meeting, “Tidak, ini informasi menyesatkan dan palsu, ini adalah artikel clickbait, kami tidak diretas. Data yang dirujuk adalah semua informasi profil publik dari aplikasi kami. Jadi jawabannya pasti tidak.”
Sehingga data-data yang diduga telah bocor ini merupakan data publik, dapat dilihat secara terbuka oleh pengikut (followers) di akun pengguna Clubhouse. Sementara data sensitif seperti informasi kesehatan, informasi nomor kartu kredit, lokasi pengguna tidak ada catatan kebocoran.
Maraknya kebocoran data pribadi dari akun media sosial menjadi pembahasan yang cukup ramai. Dikabarkan data Facebook sekitar 533 juta pengguna telah bocor di forum peretasan. Pihak Facebook kemudian menanggapi laporan tersebut bahwa data yang bocor merupakan data lama tahun 2019 yang di bobol lewat celah keamanan pada waktu itu.
Baca Juga:
Sony Akan Hadirkan Game-Game Populer PlayStation untuk Smartphone

Sementara pada Microsoft, anak perusahaannya, LinkedIn mengalami kebocoran data pengguna sebanyak 500 juta yang diposting juga di forum peretasan. Tetapi pihak Microsoft menjelaskan bahwa tidak ada kebocoran data pribadi pengguna akun LinkedIn.
Terlepas benar atau salah, jika data-data tersebut jatuh ditangan orang yang salah dan dimanfaatkan untuk kepentingannya, tetap saja dapat merugikan pengguna media sosial tersebut.
Seperti informasi nomor telepon di media sosial, jika ada data nomor telepon tersebar sebanyak 100 ribu, data tersebut dapat diperjualbelikan dan dimanfaatkan menjadi sarana penawaran kartu kredit atau aksi penipuan. Hal ini sering terjadi juga di Indonesia. pengguna tidak merasa memberikan nomor ke orang lain, tetapi nomor tersebut banyak menawarkan kartu kredit atau bahkan pesan penipuan. (rzk)
Baca Juga:
Ponsel Pintar Masa Depan akan Dilengkapi Pendeteksi COVID-19
Bagikan
Berita Terkait
Uji Ketahanan Xiaomi 17 Pro: Layar Dragon Glass 3.0 Tangguh, tapi Ada Bagian yang Bikin Kecewa

iPhone Air Kurang Laku di Pasaran, Apple Siapkan Model 'Flip' Tahun Depan

OPPO Find X9 dan Find X9 Pro Segera Rilis Global, ini Varian Warna yang Hadir

Edit Video 360 Enggak Pakai Ribet, Cukup Pakai AI Gratis ini!

POCO F8 Ultra Sudah Raih Sertifikasi NBTC, Kemungkinan Debut Global dalam Waktu Dekat

Bocoran OPPO Reno 15 Pro Max Terungkap, Berikut Spesifikasi Lengkapnya!

DxOMark Sebut iPhone 17 Pro Punya Kamera Selfie Terbaik, Kalahkan Google dan Honor

Kemkomdigi Putus Akses Akses layanan dan aplikasi Zangi

Belum Penuhi Kewajiban PSE Privat, Alasan Komdigi Blokir Zangi, Aplikasi yang Dipakai Ammar Zoni untuk Ederkan Narkoba di Penjara

Apa Itu Zangi, Aplikasi yang Dipakai Bandar Narkoba Ammar Zoni dan Kini Diblokir Komdigi
