Laporan Khusus Jenderal Soedirman

Cara Jenderal Soedirman Melatih Ketahanan dan Kesetiaan (4)

Yudi Anugrah NugrohoYudi Anugrah Nugroho - Senin, 29 Januari 2018
Cara Jenderal Soedirman Melatih Ketahanan dan Kesetiaan (4)

Duduk di posisi paling kiri, Soedirman masa muda. (Foto: Mengikuti Jejak Panglima Besar)

Ukuran:
14
Audio:

KEPANDUAN mungkin asing di telinga pelajar jaman now. Ya, bagaimana kalau Pramuka? Pasti tahu kan. Nah, kepanduan serupa Pramuka di masa lalu.

Kegiatan kepanduan sempat menjadi tren di tahun 1930-an. Hampir seluruh pemuda di masa itu berlomba-lomba masuk kepanduan. Tak terkecuali, Pak Dirman. Soedirman ikut kepanduan untuk berlatih ketahanan fisik dan kesetiaan.

Soedirman Ikut Kepanduan

Sepulang sekolah Wiworotomo, lelaki kerempeng kelahiran Bodas Karangjati, Purbalingga, 24 Januari 1916, bergegas memulai kegiatan baru.

Seperti pemuda lainnya, dirinya pun keranjingan ikut kepanduan. Dia kenal gerakan tersebut dari pergumulannya di organisasi Ikatan Pelajar Wiworotomo. Soedirman kemudian mendaftar Kepanduan Bangsa Indonesia (KBI).

Gerakan kepanduan muncul ketika seorang hoofd observartor, P Smith, mendirikan cabang organisasi kepanduan, Nederlandse Padvinderij Organisatie (NPO) di Batavia pada 1912. Para anggota awal masih sebatas orang-orang Eropa.

Ketika NPO melebur menjadi De Vereniging De Nederlandsch Indische Padvinders (NIPV) pada 1917, peluang bagi kalang non Eropa, termasuk bumiputera semakin terbuka luas, karena mempersilakan semua golong ikut ambil bagian.

“Tapi tidak banyak anak Indonesia masuk menjadi pandu, hanyalah sebagian saja dari lapisan bangsa kita bagian atas (hogere stand) berkesempatan bergabung,” tulis Himodigdojo pada “Gerakan Kepanduan di Indonesia” dimuat 5 Tahun Pandu Rakjat Indonesia.

Baca Juga: Meneladani Kehidupan dan Perjuangan Jenderal Soedirman (1)

Baca Juga: Misteri dan Teka-Teki Tanggal Kelahiran Jenderal Soedirman (2)

Baca Juga: Kisah Jenderal Soedirman Kecil, Polemik Orang Tua Hingga Jajal Sekolah Eropa (3)

Kepanduan menjadi semakin populer di kalangan bumiptera setalah Pangeran Adipati Mangkunegara VII mendirikan Javaansche Padviders Organisatie (JPO). Meski begitu, JPO masih bercorak kedaerahan, kental dengan tradisi kebangsawanan Jawa.

Kemunculan JPO memantik para organisasi dan tokoh bumiputera mendirikan kepanduan. Terpikat dengan baris-berbaris JPO, Sumodirdjo, mantri guru di Suronatan, kemudian memperbincangkan kegiatan tersebut bersama Kyai Haji Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah.

Ahmad Dahlan terpikat lalu mendirikan Muhammadiyah Padvinderij. Dalam catatan Encyclopaedae van Nederland Indie, Vol VI, tercatat anggota Muhammadiyah Padvinderij mencapai 10.000, kebanyakan merupakan murid sekolah Muhammadiyah. Pada tahun 1925, RH Hadjid, mengusulkan agar nama tersebut diganti menjadi Hizbul Wathan berarti harapan tanah air.

Di samping Muhammadiyah, kelompok organisasi lain pun turut mendirikan kepanduan, seperti National Islamietische Panvinderij (Natipij), Sarekat Islam Afdeeling Pandu (SIAP), dan Kepanduan Bangsa Indonesia (KBI).

Setelah mengikuti KBI, Soedirman kemudian memantapkan pilihan untuk pindah haluan masuk kepanduan Muhammadiyah, Hizbul Wathan. Maklum, di desanya organisasi Muhammadiyah begitu besar.

Disiplin, tangguh, dan bertanggung jawab menjadi dasar gerakan kepanduan, bukan semata baris-berbaris. Soedirman pun mulai terasah kedisplinan dan ketangguhannya saat mengikuti kepanduan Hizbul Wathan.

Ketika mengadakan jambore di lereng gunung Slamet, kondisi hawa nan dingin menusuk kulit membuat para anggota Hizbul Wathan menggigil. Mereka tidak tahan tinggal di kemah. “Mereka pergi ke rumah penduduk tidak jauh dari kemah tersebut, hanya Soedirman sendiri tetap di kemahnya,” ungkap Teguh Soedirman pada “Sikap dan Pola Pandang Panglima Besar Soedirman dalam Menjalankan Fungsinya yang Cukup Strategis”.

Dia tetap bertahan tak mau menyerah, menurut Teguh, karena setia memegang teguh Janji Pandu dan Undang-Undang Hizbul Wathan, “Setia menjalankan kewajibanku terhadap Tuhan dan Undang-Undang Tanah Airku”.

Menteri Daerah Hizbul Wathan

Keberanian dan keuletannya saat mengikuti kepanduan, membuat dirinya terpilih menjadi ketua. Kepercayaan itu dipegang dengan sangat baik. Dia terus setia mengikuti kepanduan tanpa pernah merasa lelah.

Kebulatan tekad tersebut berbuah manis saat Jambore Pandu Hizbul Wathan tahun 1933. Secara aklamasi, Soedirman terpilih menjadi Menteri Daerah Hizbul Wathan untuk daerah Banyumas (setara kwartir daerah).

Saat memegang jabat tersebut, Soedirman tak sekadar melakukan perintah, tapi menjadi contoh bagi anggotanya. (Yudi Anugrah/bersambung)

#Jenderal Soedirman #Lapsus Jenderal Soedirman
Bagikan

Berita Terkait

Indonesia
Prabowo Jadikan Kediaman Jenderal Soedirman Rumah Pemenangan 2024
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto mengungjungi Yogyakarta, Rabu (3/5). Setibanya di sana ia langsung menjenguk mantan komandannya, Subagyo Hadi Siswoyo, eks KSAD ke 20 dan eks Danjen Kopassus era 1994-1995.
Mula Akmal - Rabu, 03 Mei 2023
Prabowo Jadikan Kediaman Jenderal Soedirman Rumah Pemenangan 2024
Bagikan