BPN Prabowo-Sandi Bantah Pakai Strategi Populisme Sayap Kanan Demi Pilpres 2019


Direktur Program SMRC Sirojudin Abbas. (MP/Ponco Sulaksono)
MerahPutih.Com - Konstelasi politik Indonesia menjelang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 cenderung menampilkan politik identitas yang kental, antara religius dan nasionalis.
Belakangan justru muncul gelombang populisme sayap kanan, yang diduga dimotori Pasangan Prabowo-Sandi. Kebangkitan populisme sayap kanan seperti yang terjadi Eropa dan Amerika Serikat, menurut sejumlah pengamat berpotensi menimbulkan perpecahan karena membenturkan dan menimbulkan kecurigaan antargolongan serta antarkelas.
Terkait tudingan, strategi populisme sayap kanan, Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga menampik menggunakan strategi itu dan mengklaim menjalankan kampanye yang baik untuk memenangkan hati masyarakat.
"Saya bisa pastikan dari kami BPN tidak memainkan itu. 'One man one vote', jadi dimenangkan hatinya dengan cara yang baik," ujar juru kampanye BPN Intan Fauzi di Jakarta, Kamis (6/12).

Menurut Intan, selama ini apabila terdapat pandangan kubu Prabowo menyerang sementara kubu Jokowi bertahan, hal tersebut menunjukkan kelihaian dan kedewasaan dalam berdemokrasi.
Pengamat politik Sirojudin Abbas di Jakarta menyatakan populisme sayap kanan sebelumnya telah bangkit di Eropa, seperti di Prancis saat Marie Le Pen dicalonkan menjadi capres serta di AS saat Donald Trump memenangkan pemilu.
Menurut dia, populisme sayap kanan dimunculkan di Indonesia oleh calon presiden Prabowo Subianto yang dalam berkampanye menggabungkan sentimen politik berbasis agama dengan retorika populis kerakyatan.
"Risiko perpecahan terbuka kalau tim Prabowo melanjutkan mirip seperti dilakukan di negara AS dan Eropa," ucap Abbas.
Strategi kampanye seperti itu, kata Sirojudin Abbas sebagaimana dilansir Antara, diarahkan untuk membuat kontra antara penguasa dan rakyat serta elite dan masyarakat miskin.
"Strategi ini secara sadar dijalankan. Risikonya di masyarakat ada rasa ketidakpercayaan antarkelompok," ucap Abbas.
Ia berpendapat pengalaman Pilkada DKI pada 2016 populisme sayap kanan telah berkembang dan berhasil memenangkan Anies dan Sandiaga. Akibat Pilkada DKI, ujar Abbas, masyarakat terpecah belah, bahkan umat Islam.(*)
Baca berita menarik lainnya dalam artikel: Penembakan Pekerja di Papua Harus Dihentikan Agar Pembangunan Terus Berjalan
Bagikan
Berita Terkait
Kebijakan KPU Batasi Akses Ijazah Capres/Cawapres, Pengamat Politik: Berpotensi Langgar Keterbukaan Publik

Viral Video Prabowo Diputar di Bioskop, Kini Sudah Tidak Tayang di Solo

KPU tak Buka Ijazah Capres-Cawapres ke Publik, Pengamat: Berpotensi Langgar Undang-undang

Legislator Sebut Munculnya Prabowo di Bioskop Jadi Bagian dari Inovasi Pemerintah

Jubir Presiden Pastikan Surpres Prabowo Tentang Pergantian Kapolri Hoaks

Prabowo Langsung ke Bali dari Abu Dhabi, Dengarkan Curhat Korban Banjir

Legislator Sarankan Komisi Reformasi Polri Langsung Diketuai Presiden Prabowo

Prabowo Undang Tokoh Gerakan Nurani Bangsa ke Istana, Romo Magnis Datang Nyaris Telat

Kursi Menko Polkam dan Menpora Masih Kosong, Prabowo: Tunggu Waktunya

Gibran Tegaskan Reshuffle Kabinet Merah Putih Sudah Diperhitungkan Matang oleh Prabowo untuk Optimalkan Kinerja Pemerintah dan Pelayanan Publik
