Borobudur Writers And Cultural Festival, Gabungkan Seni Sastra dan Pertunjukan


BWCF diadakan di Magelang dan Yogyakarta. (Pixabay/masbebet)
BOROBUDUR Writers And Cultural Festival (BWCF) 2018 digelar pada 22-25 November di Yogyakarta dan Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah. Sebagai festival yang menggabungkan perayaan sastra dan seni pertunjukan, Borobudur Writers & Cultural Festival 2018 menyelenggarakan seminar, simposium, dan peluncuran buku, tetapi juga pertunjukan seni.
Acara tahunan tersebut mengangkat tema utama Diary and Traveling, tema kuratorial pertunjukan seni tahun ini adalah Migrasi. Tema ini diangkat untuk merayakan catatan mengenai Nusantara yang ditulis para pengelana asing.
Migrasi termasuk dalam ruang lingkup diskusi adalah migrasi dalam dimensi yang lebih besar. Ini termasuk diaspora, pengembaraan, perjalanan ke negeri asing, urbanisasi, pelarian diri, emigrasi, dan sebagainya, karena tindakan ini berdampak pada politik, masalah sosial, dan gangguan iklim.
Baca Juga:

Kegiatan BWCF secara memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi tujuan wisata alternative, yang tidak hanya memanjakan wisatawan dengan pemandangan yang indah, tetapi juga memperkaya mereka dengan pengetahuan dan sejarah. BWCF sebagai sebuah forum yang bertujuan untuk merawat khazanah literasi klasik nusantara secara populer.
Tiap tahun panitia berusaha menghadirkan tema-tema yang out of the box, unik dalam sejarah literasi Nusantara yang jarang dibedah. Kegiatan inspirasi bagi masyarakat terutama generasi muda untuk terus berkarya serta meningkatkan rasa cinta dan kebanggaan sebagai bangsa Indonesia. Mencintai budaya adalah wujud rasa bangga dan cinta kita terhadap Indonesia.
BWCF pertama kali digelar pada tahun 2012 yang lingkupnya internasional. Kegiatan tahunan ini merupakan pertemuan antara penulis fiksi dan nonfiksi, musisi, penari, pelukis, wartawan seni dan budaya, sejarahwan, sosiologis, arkeologis, filologis, antropologis, ilmuwan, humanis, dan theologian. Kegiatan ini mewadahi berbagai peserta dari berbagai negara dan latar belakang budaya untuk bertemu dengan peserta lainnya dengan latar belakang budaya yang berbeda.
Di penghujung kegiatan biasanya akan diserahkan penghargaan Sang Hyang Kamahayanikan untuk individu-individu yang dianggap layak menerimanya karena membantu mengembangkan kesenian, kebudayaan dan kemanusiaan dalam lingkungannya. (DGS)
Baca Juga:
Ruang Kreatif Publik Pos Bloc di Gedung Filateli, Pasar Baru
Bagikan
Berita Terkait
LinkedIn Merilis Fitur Stories, Mirip Instagram dan Snapchat

Disambut Videografer Profesional, Fujifilm Rilis Kamera Terbaru Tiga Tahun Lalu

Tiga Tahun Lalu Instagram Punya Stiker di Komentar Stories

Ketika 'Among Us' Turun Harga

Layanan Penerbangan Singapura ke Indonesia Dibatalkan Hingga Mei 2020

Netflix Tambah Fitur Download

Jakarta Indonesia Pet Show 2019, Surganya Pecinta Hewan

Di Tahun 2019 Vans Rilis Berle Pro

Mengenang Restoran Rindu Alam Puncak

Paduan Budaya Tionghoa dan Betawi dalam Festival Pecinan 2019
