Body Battery, Gadget Terkini Deteksi Keletihan Tubuh


Mendeteksi body battery pada manusia.(Sumber: Instagram/@garminid)
TUBUH manusia pada dasarnya mempunyai sistem seperti benda elektronik. Terdapat daya berupa baterai yang akan habis setelah digunakan. Itu akan bertambah ketika kita mengisi ulang dayanya. Namun dengan serangan COVID-19, seseorang akan kesulitan mengidentifikasi apakah 'baterai'-nya terisi atau nyaris habis.
Faktanya, banyak masyarakat yang terkonfirmasi sebagai pasien orang tanpa gejala (OTG) dan mengidap happy hypoxia. Itu merupakan kondisi terjadinya pengurangan jumlah oksigen di dalam tubuh tanpa gejala yang kerap terjadi tanpa disadari. Bisa dikatakan, tidak sedikit masyarakat yang tidak sadar saat tubuhnya sudah lelah dan rentan terhadap serangan penyakit.
BACA JUGA:
“Terkadang orang menganggap dirinya fit lalu memforsir tubuh mereka untuk melakukan segala aktivitas, bahkan pekerjaan berat," ujar Country Manager Garmin, sebuah jam tangan Indonesia, Rian Krisna saat konferensi pers virtual, Rabu (29/9).
Untuk mendeteksi kapasitas diri, kita bisa memanfaatkan sebuah teknologi bernama Body Battery. Dengan demikian kita dapat lebih baik dalam mengenali tubuh sehingga kita bisa lebih bijak dalam merencanakan intensitas aktivitas harian kita serta menentukan kapan harus beristirahat.

Rian Krisna ajarkan cara deteksi kapasitas diri lewat mengenal body battery (Sumber: Istimewa)
Body Battery merupakan indikator jumlah energi atau daya yang dimiliki pengguna dengan menggabungkan data aktivitas, tingkat stres, masa pemulihan dan istirahat. Body Battery mempunyai kemampuan menginterpretasikan perubahan detak jantung untuk mengetahui hubungan antara saraf simpatetik, saraf yang bertanggung jawab mempercepat kerja organ tubuh manusia, dengan saraf parasimpatik, yang bekerja sebaliknya.
Lebih jauh, naik turunnya Body Battery manusia dapat dipengaruhi banyak hal termasuk gaya hidup. Biasanya istirahat yang cukup dan kualitas tidur yang baik dapat mempertahankan bahkan meningkatkan Body Battery. Sedangkan jadwal kerja yang padat, intensitas olahraga yang tinggi, dan konsumsi alkohol yang berlebihan dapat membuat tingkat Body Battery kita menurun.

Monitoring 'baterai' tubuh. (Sumber: Instagram/@garminid)
Pada kesempatan yang sama, Sports Medicine Specialist dr. Grace Joselini Corlesa, MMRS, Sp.KO menyampaikan bahwa kondisi kesehatan manusia juga dipengaruhi oleh stres yang dialami, “Setiap orang mempunyai jumlah energi yang berbeda setiap harinya, serta respon yang berbeda pula terhadap aktivitas yang sama. Misalnya kebiasaan baru (new normal) yang mengharuskan kita tetap berada di rumah, bagi sebagian orang hal itu menyenangkan, tetapi ada juga yang merasa stres saat tidak bisa kemana-mana," tutur Grace.
Dengan mendeteksi Body Battery dapat membantu menjaga kesehatan dan meningkatkan performa pengguna, hanya dengan menggunakan smartwatch pada pergelangan tangan.(Avia)
Bagikan
Berita Terkait
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak

Harga Huawei Pura 80 Series di Indonesia, Segera Rilis dengan Desain Elegan dan Baterai Tahan Lama

Huawei Pura 80 Ultra Punya Kamera Telefoto Ganda, Bisa Zoom Jarak Jauh Tanpa Buram!

Desainnya Bocor, Samsung Galaxy S26 Pro Disebut Mirip Seri Z Fold

iPhone 17 Pro dan Pro Max Pakai Rangka Aluminum, Kenapa Tinggalkan Titanium?

Samsung Sedang Kembangkan HP Lipat Baru, Bakal Saingi iPhone Fold

Sense Lite, Inovasi Baru JBL dengan Teknologi OpenSound dan Adaptive Bass Boost

Chip A19 dan A19 Pro Milik iPhone 17 Muncul di Geekbench, Begini Hasil Pengujiannya

Xiaomi 16 Pro Bisa Jadi Ancaman Buat Samsung Galaxy S26 Pro, Apa Alasannya?

OPPO Find X9 dan X9 Pro Bakal Hadir dengan Baterai Jumbo, Meluncur 28 Oktober 2025
