Bermula dari Pokdarwis, Kini Desa Wisata Dieng Kulon Dikenal Mancanegara


Desa Wisata Dieng Kulon, Banjarnegara (Foto: desadiengkulon.go.id)
MerahPutih.Com - Desa wisata Dieng Kulon berawal dari Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis). Adalah Pokdarwis Dieng Pandawa yang mulai merintis pengempangan Desa Wisata Dieng Kulon. Kelompok yang diketuai Alif Faozi itu berusaha mengumpulkan warga dan para pemuda untuk meningkatkan kunjungan wisatawan.
Upaya yang dilakukan di antaranya melakukan pemetaan kunjungan wisatawan yang saat itu kebanyakan wisatawan dari Jakarta ke Yogyakarta dan Borobudur hanya menjadikan Dieng sebagai pelengkap, bukan tujuan utama.
Selain itu, Pokdarwis Dieng Pandawa pun mencoba mengembangkan berbagai makanan khas Dataran Tinggi Dieng maupun kerajinan tangan yang dapat dijadikan sebagai oleh-oleh bagi wisatawan.
Dalam hal ini, Pokdarwis Dieng Pandawa mendampingi delapan kegiatan usaha kecil dan menengah (UKM) yang ditekuni warga Dieng Kulon dengan berbagai produk, salah satunya UKM Tri Sakti.

Pokdarwis Dieng Pandawa mengembangkan "homestay" guna memenuhi kebutuhan akomodasi bagi wisatawan yang menginap di Dieng karena konsep pengembangan pariwisatanya berbasis kemasyarakatan. "'Homestay' dibuat dengan menggunakan kamar di rumah sehingga kami pun harus menganggap wisatawan itu sebagai saudara," kata Alif.
Dengan adanya "homestay", kata dia, lama tinggal wisatawan juga akan bertambah karena sebelum adanya fasilitas tersebut, wisawatan akan segera meninggalkan Dieng setelah seharian mengunjungi sejumlah destinasi.
Kegiatan usaha "homestay" di Dieng Kulon yang sebelumnya hanya lima rumah, sekarang sudah mencapai lebih dari 200 rumah dan dicontoh oleh warga di desa-desa lain sekitar Kawasan Wisata Dataran Tinggi Dieng.
Seiring dengan berkembangnya desa wisata di Dieng Kulon, masyarakat setempat saat sekarang lebih banyak menggeluti usaha di bidang industri pariwisata karena pendapatan yang diperoleh lebih tinggi jika dibandingkan dengan hasil pertanian kentang yang harganya fluktuatif dan sangat tergantung pada kondisi cuaca.
Dengan demikian, sektor pertanian yang semula menjadi mata pencaharian utama sebagian besar warga Dieng Kulon, saat ini justru menjadi usaha sampingan meskipun mereka tetap berstatus sebagai petani.
Berdasarkan data Pokdarwis Dieng Pandawa, pendapatan bulanan rata-rata warga Dieng Kulon yang mengelola "homestay" saat ini sudah mencapai lebih dari Rp4 juta per "homestay", pelaku UKM makanan khas Dieng rata-rata sebesar Rp25 juta/UKM, dan pemandu wisata sebesar Rp3 juta/orang.
Sementara pendapatan usaha sampingan seperti kerajinan tangan rata-rata sebesar Rp1,5 juta/orang dan kegiatan seni budaya rata-rata Rp4 juta/kelompok.

"Itu belum termasuk usaha lainnya. Bahkan jika ada kegiatan besar seperti agenda wisata tahunan berupa 'Dieng Culture Festival', pendapatan yang diperoleh akan lebih besar lagi," kata Alif.
Alif Faozi sebagaimana dilansir Antara mengatakan berdasarkan hasil analisis yang dilakukan Pokdarwis Dieng Pandawa bersama sejumlah pakar ekonomi atas perintah Gubernur Jawa Tengah, perputaran uang di Dieng Kulon selama tiga hari pergelaran "Dieng Culture Festival IX Tahun 2018", 3-5 Agustus, hampir mencapai Rp60 miliar.
Menurut dia, pergelaran "Dieng Culture Festival IX Tahun 2018" didatangi sekitar 160.000 wisatawan dari berbagai daerah dan berdasarkan kuisioner yang disebar ke sejumlah pengunjung rata-rata mengaku mengeluarkan uang sebesar Rp200 ribu hingga Rp300 ribu per hari.
"Masyarakat sangat merasakan perputaran uang selama penyelenggaraan kegiatan tersebut," katanya.
Dalam kesempatan terpisah, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Dinparbud) Kabupaten Banjarnegara Dwi Suryanto mengatakan pihaknya terus mengembangkan desa wisata untuk meningkatkan perekonomian masyarakat.
Menurut dia, penetapan desa wisata itu berorientasi pada beberapa hal di antaranya desa yang dekat dengan daya tarik wisata seperti berada di sekitar Kawasan Wisata Dataran Tinggi (KWDT) Dieng yang saat ini telah ada empat desa wisata dan akan dikembangkan menjadi delapan desa wisata.
"Desa yang berdekatan dengan daya tarik wisata harapannya bisa mengambil manfaat dengan adanya daya tarik wisata yang dekat dengan wilayah masing-masing. Orientasi lainnya adalah desa yang memiliki daya tarik wisata sendiri, memiliki daya tarik budaya, dan memiliki keunikan tersendiri," katanya.
Dwi Suryanto mengharapkan dengan adanya penetapan desa wisata akan menumbuhkan perekonomian masyarakat desa tersebut maupun daerah sekitarnya termasuk menumbuhkembangkan ekonomi kreatif warga setempat.(*)
Baca berita menarik lainnya dalam artikel: Hukuman Tiga Pemain Persija Direvisi Komdis PSSI, Bagaimana Persib?
Bagikan
Berita Terkait
10 Pemenang Anugerah Desa Wisata Indonesia 2022
