Benarkah Bahasa Membuat Pelancongan Terkendala?


Bahasa adalah salah satu kendala para wisatawan. (Foto: Pexels/Belle Co)
BAHASA seringkali menjadi kendala ketika seseorang memutuskan akan melakukan perjalanan wisata. Hasil survei yang dilakukan Booking.com yang dimuat dalam laman Arah Destinasi, memperkuat kondisi tersebut. Booking.com, melakukan penelitian terhadap 20.500 wisatawan global untuk mengungkap hambatan dan kegelisahan yang mencegah orang memanfaatkan setiap perjalanan menjadi pengalaman tanpa batas.
Dari penelitian tersebut diperoleh hasil sekitar 28% responden setuju bahwa bahasa menahan mereka dari merencanakan perjalanan. Kemudian satu dari lima pelancong merasa takut tersesat karena tidak dapat berbicara bahasa lokal. Sekitar 34% wisatawan khawatir kesulitan menemukan akomodasi karena kendala bahasa. Sedangkan 26% pelancong merasa cemas berada dalam situasi asing ketika bepergian.

Karena kendala bahasa tersebut ada sekitar 37% orang yang mengkhawatirkan tidak mendapatkan akomodasi penginapan yang baik dan bagus. Meskipun demikian mereka berusaha dapat mempelajari dan memahami bahasa lokal. Alasannya pun beragam seperti agar dapat membaca ulasan dari pelancong lokal (35%), dapat membuka percakapan dengan warga lokal (23-24%) yang berhubungan dengan memesan makanan favorit mereka (22%).
Seperti yang dituliskan dalam laman Arah Destinasi yang menyebutkan Booking.com sedang merintis kemitraan di AS, Jepang, China, Taiwan, Hong Kong, Inggris, Kanada, Selandia Baru, dan Australia dengan perangkat penerjemah offline bernama ili. Penerjemah ini digadang sebagai penerjemah offline paling cepat di dunia.

Selain bahasa, hasil dari penelitian tersebut menunjukkan satu dari lima orang tidak pernah benar-benar merasa bebas ketika berlibur. Bahkanhanya satu dari 10 responden yang merasa benar-benar bebas atau berhasil menjadi limitless traveler.
Meski demikian, ada keinginan kuat di antara responden untuk menjadi limitless traveler sebesar 44%. Lebih dari 78% ingin memanfaatkan setiap kesempatan dalam perjalanan, sehingga tidak akan ada penyesalan. Kemudian 62% responden itu ingin merasakan budaya baru, kemudian 51% ingin mencicipi makanan lokal, lalu 39% ingin merasakan tinggal di tempat baru, dan 33% ingin bertemu orang baru yang bisa memperkaya nilai-nilai perjalanan mereka.

Satu dari dua wisatawan berpikir bahwa hal terbaik dari berwisata adalah mendapat pengalaman perjalanan yang unik. Mereka ingin mencoba ikut suatu petualangan wisata yang belum pernah mereka lakukan untuk mendorong keinginan mereka menjadi limitless traveler. Beberapa hal yang muncul terkait keinginan tersebut adalah sebagai berikut, volun tourism sebesar 39%, wiskul 38%, perjalanan misteri 38%, perjalanan sabatikal seperti riset, karya akademik atau yang lainnya 36%, dan menelusuri akar keluarga atau leluhur 36%.
Survei itu juga mengukur rentang usia para pelancong. Usia muda atau generasi milenial sekitar 18 sampai 24 tahun menempati urutan teratas dengan 27%. Disusul dengan generasi baby boomer yang berusia 55-64 tahun dengan 20% berniat melakukan backpacking dan 18% berniat melakukan perjalanan darat. Bahkan generasi baby boomer yang melakukan perjalanan sendiri naik sebesar 40% pada tahun lalu. Kemudian 52% wisatawan saat ini sudah menggunakan teknologi digital untuk mendukung wisatanya. (*)
Bagikan
Berita Terkait
Liburan Seru di Luar Negeri, Cobain Airbnb Experiences mulai dari Malaysia hingga Jepang

WNI Kini Bisa Kunjungi China Tanpa Visa, ini Syarat yang Wajib Dipenuhi

Airbnb Kenalkan Layanan Terbaru untuk Pengalaman Menginap yang Lebih Seru

Tripadvisor Umumkan 10 Pantai Terbaik Dunia 2025, Salah Satunya Ada di Bali

Airbnb Paparkan Tren Pariwisata Indonesia 2025, Gen Z Senangi Petualangan, Pengalaman Unik, dan Keberlanjutan

Liburan Petualangan nan Menantang di Australia Barat

Solo Traveling Jadi Ekspresi Self-Love di Hari Valentine, Jepang Destinasi Paling Favorit

Traveling di 2025, Pelancong Mencari Petualangan Alam

Wisata Halal Nyaman dan Terjangkau ke Luar Negeri Makin Banyak Diminati

Tak Perlu Repot Lagi Masalah 'Overpacking' dalam Koper saat Berlibur
