Bebek, Senjata Rahasia Pembuat Wine


Para bebek dipekerjakan untuk menjaga kebun anggur lestari. (foto: vergenoegd.co.za)
SERIBU enam ratus bebek tercatat sebagai pekerja di Vergenoegd Low The Wine Estate. Di perusahaan pembuat wine yang berlokasi di tepi Sungai Eerste, luar Kota Cape Town, Afrika Selatan, itu, bebek menjadi senjata rahasia dalam menjaga produksi wine lestari dan berkelanjutan.
Di Afrika Selatan, dilansir CNN Travel, industri anggur mempekerjakan sekitar 270 ribu orang. Industri anggur di negeri itu menghasilkan sejumlah wine yang diincar. Selain manusia, para bebek juga ikut dalam usaha menghasilkan wine nan enak di Afrika Selatan.
BACA JUGA:
“Kami menyebut bebek-bebek kami sebagai pasukan di kebun anggur,” kata Direktur Pelaksana Vergenoegd Low The Wine Estate, Corius Visser. Produsen wine tersebut menerapkan kembali metode berusia ratusan tahun dalam mengelola kebun anggur mereka. Dengan mengambil inspirasi kebiasaan bebek menghilangkan hama pada persawahan di Asia, perusahaan anggur itu mempekerjakan 1.600 bebek sebagai bagian dari usaha mewujudkan proses pembuatan anggur nan lestari dan berkelanjutan.

Para bebek digring mengeliling kebun anggur untuk membersihkan hama. (foto: vergenoegd.co.za)
“Mereka memakan kutu daun, keong, dan ulat-ulat kecil. Para bebek ini menjaga kebun anggur benar-benar bebas hama,” imbuh Visser.
Winery tersebut, dikabarkan CNN Travel, ‘mempekerjakan’ itik pelari yang dikenal tak mampu terbang. Bebek jenis ini dicirikan dengan bentuk tubuhnya yang tegal dan indra penciuman nan tajam. Pasukan bebek itu kemudian digiring dalam sebuah sirkuit selama 14 hari melintasi kebun anggur. Sambil berjalan, pasukan bebek itu memupuki dan mematuki tanah.
Seperti pekerja pada umumnya, pasukan bebek juga punya waktu istirahat. Mereka akan mendapat cuti tahunan kala masa panen. Di saat itu, mereka akan dibolehkan makan anggur. Visser menjelaskan, kala masa cuti itu, para bebek bisa memakan apa saja yang ada di peternakan, berenang di danau terdekat, hingga berkembang biak secara terbatas. Telur-telur bebek menjadi konsumsi di restoran kebun anggur, tapi tak pernah diberikan ke para bebek. “Itu akan seperti memakan rekan kerjamu,” kata manajer ruang cicip perkebunan, Gavin Moyes, dalam wawancara pada 2020, seperti dikabarkan CNN Travel.
BACA JUGA:
Vergenoegd Low The Wine Estate telah menanam anggur sejak abad ke-17. Itu membuatnya menjadi pelopor di industri wine di negara tersebut. “Kini dunia bergerak dari berkebun cara konvensional ke cara yang lebih organik,” kata Visser. Bagi Vergenoegd, dikatakan Visser, itu merupakan sebuah tujuan besar. “Meninggalkan efek minimal di Bumi, tanah, dan lingkungan merupakan sebuah pekerjaan besar,” imbuhnya.
Selain memanfaat bebek untuk pembasmian hama, Vergenoegd juga menerapkan pembangkit listrik tenaga matahari serta konservasi 25 hektare lahan basah di area pertanian.
Kini, Vergenoegd Low berharap dapat meyakinkan winery lainnya untuk menerapkan pendekatan serupa. Visser mengatakan pihaknya berencana menjual 750 bebek ke perkebunan anggur lain. Ia juga berencana menambah jumlah burung tersebut dengan metode ternak. “Kami nantinya bisa ada di posisi tak hanya sebagai pemilik itik pelari di Afrika Selatan, tapi di seluruh dunia,” harapnya.

Sebagai sebuah metode eksperimental, usaha ini butuh biaya. Menaikkan harga wine produksi Afrika Selatan di pasar dunia akan mendanai Vergenoegd Low dan inisiatif hijau perkebunan anggur lainnya.
“Jika bisa mencapai hal itu, kami bisa memberikannya kembali ke masyarakat kami, tanah kami, dan menjadi lebih berkelanjutan,” kata Visser.(dwi)
BACA JUGA: