Banyak Anak Banjir Berkah, Benarkah?

Andrew FrancoisAndrew Francois - Sabtu, 12 November 2022
Banyak Anak Banjir Berkah, Benarkah?

Berangkat dari budaya gotong royong. (Foto: Pexels/Samer Daboul)

Ukuran:
14
Font:
Audio:

BANYAK anak, banyak rezeki. Ungkapan ini tak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Menurut Latifatul Izzah, peneliti dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember, ungkapan ini mengemuka sejak masa cultuurstelsel atau sistem tanam paksa berlangsung dalam kurun 1830-1870.

"Kebijakan cultuurstelsel yang diterapkan oleh pemerintah kolonial Belanda pada masyarakat petani di wilayah Jawa khususnya Karesidenan Madiun berdampak pada tingginya angka demografis," sebut Latifatul dalam "Munculnya Filosofi 'Banyak Anak Banyak Rizki' pada Masyarakat Jawa Masa Cultuurstelsel", termuat di Prosiding Seminar Nasional 2017 Himpunan Sarjana Kesusastraan Indonesia Komisariat Universitas Negeri Yogyakarta.

Peningkatan angka demografis dibikin sengaja. Tujuannya memenuhi kebutuhan tenaga kerja pada sektor agroindustri atau tanaman perkebunan yang laku di pasaran dunia.

Pemerintah Kolonial mengerek produksi tanaman perkebunan untuk mencukupi keuangan mereka. Mereka juga membebankan pajak kepada para petani yang tidak bisa menanam tanaman yang laku di pasaran dunia.

Baca juga:

Pentingnya Membenahi Diri Sebelum Menjadi Orangtua

Orangtua dulu berharap anak dapat diandalkan ketika mereka tua. (Foto: Pexels/Andrea Piacquadio)

Karena itulah, petani harus memiliki tenaga kerja untuk menghindari mereka dari beban pajak. Tenaga kerja dapat diperoleh dari mempunyai banyak anak. "Kondisi ini mengakibatkan munculnya filosofi 'Banyak Anak Banyak Rizki'," terang Latifatul.

Selanjutnya konteks sosial-politik-ekonomi tersebut berkelindan dengan budaya gotong-royong masyarakat Indonesia. Budaya ini cenderung mengharapkan bantuan dari orang terdekat.

Ketika zaman berubah, pandangan banyak anak banyak rezeki masih bertahan. Imbasnya pada pola didik dan kebiasaan berharap orangtua pada anaknya, yang menganggap bahwa dengan banyaknya anak, orangtua akan mendapat banyak rezeki ketika anak sudah tumbuh dewasa dan mulai berpenghasilan atau bekerja.

Banyak anak yang dijadikan sebagai jaminan kesejahteraan orangtua pada masa tua, menganggap bahwa anak kelak dapat diandalkan untuk memenuhi berbagai kebutuhan orangtua ketika sudah senja. Kebiasaan itu sejalan dengan ungkapan bahwa banyak anak banyak rezeki.

Baca juga:

Orangtua Jadi Tameng Pelindung Anak dari Kejahatan Siber

Generasi milenial kini lebih terencana dalam berkeluarga. (Foto: Pexels/Andrea Piacquadio)

Namun, memiliki banyak anak tak selalu berarti banyak rezeki di masa dewasa ini. Bahkan, banyak anak banyak rezeki bisa jadi penyebab munculnya sandwich generation. Mereka yang hidup terjepit antara harus membiayai kebutuhan dirinya, kebutuhan orangtua, dan kebutuhan keluarganya sendiri.

Lebih buruk lagi, anak tak selalu bisa diandalkan untuk dapat membiayai orangtua ketika di masa tua. Sementara, saat masa sekolah, orangtua sudah habis biaya untuk membiayai pendidikan anak, dan akhirnya tidak sempat waktu untuk mengumpulkan dana pensiun.

Ungkapan kuno itu mulai kurang relevan lagi sekarang karena nilai berbagai barang sudah meningkat drastis ketimbang beberapa tahun lalu. Belanda pun sudah tak lagi menjajah Indonesia. Memiliki banyak anak pada masa kini harus betul-betul menyiapkan keuangan untuk membiayai pendidikan, kebutuhan pangan, sandang, dan lainnya yang sudah berkali-kali lipat lebih mahal.

Ini pula yang akhirnya kini mendorong generasi milenial atau muda untuk hidup lebih baik dari para orangtua, terutama dalam aspek finansial dan pola mendidik anak. Program Keluarga Berencana (KB) oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI), mendorong masyarakat untuk memiliki maksimal dua anak.

Saat ini, mulai banyak pula diskusi finansial yang mendorong generasi muda untuk memiliki dana pensiun demi masa tua yang lebih baik dan independen. Kebiasaan mengharapkan anak agar dapat diandalkan untuk membiayai orangtua pada masa senjanya juga perlahan surut. (waf)

Baca juga:

Asyiknya Nonton Konser sama Orangtua

#Lipsus November Anak-anak #November Warga +62 Banjir Berkah
Bagikan
Ditulis Oleh

Andrew Francois

I write everything about cars, bikes, MotoGP, Formula 1, tech, games, and lifestyle.

Berita Terkait

Fun
Musim Piala Dunia Jadi Berkah untuk Pakar Bola di Tongkrongan
Mulai dari sering diajak nobar hingga bisa dapet gebetan.
Ananda Dimas Prasetya - Rabu, 30 November 2022
Musim Piala Dunia Jadi Berkah untuk Pakar Bola di Tongkrongan
Fun
4 Makanan Tionghoa Pembawa Berkah
Makanan juga punya fungsi sakral atau dianggap memiliki peruntungan tertentu.
Hendaru Tri Hanggoro - Rabu, 30 November 2022
4 Makanan Tionghoa Pembawa Berkah
Fun
Berkah Tak Jadi Nonton Konser
Jangan bersedih terlalu lama karena tidak mendapatkan tiket konser juga ada berkahnya.
Hendaru Tri Hanggoro - Rabu, 30 November 2022
Berkah Tak Jadi Nonton Konser
Fun
Berkah Jalan Bareng Orangtua
Di balik ketidakasyikan jalan-jalan bersama orangtua ada sesuatu yang kelak akan berguna.
Hendaru Tri Hanggoro - Rabu, 30 November 2022
Berkah Jalan Bareng Orangtua
Fun
Macet di Sini, Berkah di Sana
Di balik kemacetan dan kesulitan orang, ada saja orang lain yang mendapat berkah.
Hendaru Tri Hanggoro - Rabu, 30 November 2022
Macet di Sini, Berkah di Sana
Fun
Cara Menyiasati Banjir Cashback
Banyaknya cashback dapat membuatmu berbelanja dengan mengeluarkan uang seminimal mungkin.
Hendaru Tri Hanggoro - Rabu, 30 November 2022
Cara Menyiasati Banjir Cashback
Fun
10 Kalimat yang Patut Orangtua Ucapkan pada Anak
P Suryo R - Rabu, 30 November 2022
10 Kalimat yang Patut Orangtua Ucapkan pada Anak
Fun
Ada Berkah Terselubung Bila Kamu Tak Masuk Circle Pertemanan
Banyak berkah yang bisa kamu rasakan tanpa harus masuk ke 'circle pertemanan'
Febrian Adi - Selasa, 29 November 2022
Ada Berkah Terselubung Bila Kamu Tak Masuk Circle Pertemanan
Fun
Ini yang dibutuhkan Ketika Anak Tumbuh Remaja
ketika tumbuh menjadi seorang remaja, mereka perlu merasa aman dan terlindungi.
P Suryo R - Selasa, 29 November 2022
Ini yang dibutuhkan Ketika Anak Tumbuh Remaja
Fun
Mengungkap Faktor Penyebab Konflik Antara Ibu dan Anak Perempuan
konflik antara ibu dan anak perempuannya tidaklah sesederhana yang terlihat.
P Suryo R - Senin, 28 November 2022
Mengungkap Faktor Penyebab Konflik Antara Ibu dan Anak Perempuan
Bagikan