Azan "Pitu" Masjid Agung Sang Cipta Rasa Berawal untuk Usir Penyakit

Azan merupakan penanda dimulainya waktu salat. Biasanya azan dikumandangkan melalui media speaker atau di atas menara masjid. Kumandang azan pun diharapkan mampu mengajak umat Islam untuk menjalankan salat tepat waktu.

Biasanya orang yang mengumandangkan azan hanya dilakukan seorang saja. Namun, berbeda halnya di Masjid Agung Sang Cipta Rasa, Kasepuhan, Kota Cirebon, Jawa Barat. Di masjid ini, kumandang azan dilakukan oleh 7 orang. Hanya saja, azan pitu tidak untuk semua waktu salat. Azan pitu dilakukan hanya saat salat Jumat.

"Namanya azan pitu. Masih ada sampai sekarang, karena inilah khasnya masjid ini. Azan pitu peninggalan Sunan (Gunung Djati) dulunya," kata Ahmad Mubarok, salah seorang pengurus Masjid Agung Cipta Rasa, saat diwawancarai, beberapa waktu lalu, di Kota Cirebon.

Ahmad menceritakan, awalnya azan pitu bertujuan untuk mengusir penyakit. Pada masa awal berdirinya masjid, setiap muadzin mengalami jatuh sakit. Penyakit tersebut tidak jelas akibatnya, dan orang yang menderita itu susah untuk disembuhkan.

Kondisi tersebut membuat resah umat Islam. Setelah Sunan Gunung Djati bermusyawarah dengan para tetua dan memohon petunjuk dari Allah, muncullah jalan keluar, yakni tujuh orang melantunkan azan sekaligus. Sejak itulah tradisi kumandang azan pitu dilakukan di Masjid Agung Sang Cipta Rasa.

Ahmad menjelaskan, azan pitu juga menjadi daya tarik. Menurutnya, selalu ada saja jamaah yang datang dari luar Cirebon yang sengaja datang untuk mengetahui tradisi azan pitu tersebut. Biasanya mereka datang pada hari Jumat, untuk melihat langsung azan yang dikumandangkan oleh 7 orang.

Berita ini berdasarkan laporan Fredy Wansyah, reporter dan kontributor merahputih.com untuk wilayah Cirebon dan sekitarnya. Dapatkan informasi lainnya dari Yogyakarta dalam artikel: Bangunan Masjid Agung Sang Cipta Rasa Cirebon Tahan Gempa.