ArtScience Museum Hadirkan Fiksi Ilmiah Karya Perempuan Asia


Cannot Be Broken and Won’t Live Unspoken (2022). (Foto: Anne Samat)
PAMERAN seni kontemporer terbaru ArtScience Museum bertajuk "New Eden: Mitologi Fiksi Ilmiah yang Diubah" melakukan penayangan perdana pada 21 Oktober. Pameran menyingkap perspektif baru tentang genre fiksi ilmiah dengan menghadirkan 24 seniman dan kolektif perempuan dari Asia.
New Eden memadukan narasi yang ditemukan dalam genre fiksi ilmiah sastra dan sinematik Barat, lalu dituangkan ke ide-ide yang berakar pada tradisi spiritual Timur yang telah berevolusi selama ribuan tahun.
Pameran ini menemukan keselarasan antara gagasan spekulatif dalam fiksi ilmiah dan konsep-konsep yang tertanam dalam kerangka spiritual Asia seperti Buddhisme, Hinduisme, Taoisme, dan Shintoisme. Di samping sistem kepercayaan Asia Tenggara yang beragam.
Pameran ini juga bertentangan dengan genre fiksi ilmiah yang secara historis didominasi oleh Barat dan cenderung didominasi oleh pria. Pameran mengedepankan suara bervariasi dari para perempuan, termasuk Cao Fei, Patty Chang, Lee Bul, Mariko Mori, Moon and Jeon, Sputniko! dan The House of Natural Fiber.
Baca juga:
Marina Bay Sands Ajak Wisatawan Indonesia Nikmati Singapore Night Race

"Meskipun fiksi ilmiah telah menjadi topik yang menarik dalam dunia seni dalam beberapa tahun terakhir, jarang sekali fiksi ilmiah didekati dari sudut pandang Asia dan melalui karya wanita. New Eden mengubah narasi ini," kata Wakil Presiden ArtScience Museum, Marina Bay Sands, Honor Harger, dalam keterangan pers yang diterima Merahputih.com.
New Eden terbentang ke dalam delapan bagian dan menampilkan hampir 70 karya seni kontemporer, artefak bersejarah, dan cuplikan film. Karya itu menyoroti hubungan antara imajinasi fiksi ilmiah dengan filosofi dan mitologi Asia.
Dengan konsep fiksi ilmiah populer seperti alam semesta paralel, perjalanan antardimensi, dan transendensi yang berakar kuat pada filosofi Asia, New Eden menarik garis di antara tradisi budaya ini, menunjukkan bahwa beberapa kiasan fiksi ilmiah kemungkinan besar berasal dari Asia.
Baca juga:
Berencana Melancong ke Singapura? Wajib Baca 7 Peraturan Ini

"Pameran ini merupakan pameran interdisipliner besar yang menggali persinggungan antara fiksi ilmiah dan filosofi spiritual Asia melalui praksis kreatif para seniman dan kolektif perempuan Asia," ujar Harger.
"Pameran ini bergerak di antara mitologi kuno, seni kontemporer, dan sinema pascamodern, merayakan dunia impian, visi masa depan, dan realitas fantastis para seniman Asia, yang menunjukkan bahwa perempuan dan aspirasi alternatif menyerukan masa depan yang lebih inklusif," lanjutnya.
Harapannya, melalui pameran New Eden ini dapat menunjukkan bahwa perempuan dan aspirasi alternatif yang menyerukan masa depan dan fiksi ilmiah dapat menjadi lebih inklusif. (and)
Baca juga:
Pembatalan Layanan Penerbangan Singapura ke Indonesia hingga Akhir Mei
Bagikan
Andreas Pranatalta
Berita Terkait
Dari Bali hingga Korea, Art Jakarta 2025 Hadirkan Arus Baru Seni Kontemporer

Kisruh Royalti Lagu, Pelaku Usaha dan Seniman Desak DPRD Solo Bubarkan LMKN

Ruang Seni Portabel Pertama Hadir di Sudirman, Buka dengan Pameran ‘Dentuman Alam’
Gamelan Ethnic Music Festival 2025 Siap Digelar, Seniman dari 7 Daerah Bakal Ikut Meramaikan

Seniman Tato Korea Selatan Perjuangan Revisi Tattooist Act, Janjikan Praktik Sesuai Standar Kesehatan dan Keamanan

ArtMoments Jakarta 2025 Tampilkan 600 Seniman dan 57 Galeri, Angkat Tema 'Restoration'

Menyembuhkan Luka Batin lewat Kuas dan Warna: Pelarian Artscape Hadirkan Ruang Aman untuk Gen Z Hadapi Stres

ARTSUBS 2025 Hadirkan Ragam Material dan Teknologi dalam Ruang Seni yang Lentur

Emte Rilis ‘Life As I Know It’, Rayakan Kesendirian lewat Pameran Tunggal
