Anak Mencandu Gawai Karena Orangtua


Orangtua harus melepaskan gawai bila anaknya tidak mau kecanduan gawai. (Foto: Pexel/ylanite koppens)
SERINGNYA seseorang menggunakan gawai sudah menjadi hal lumrah sekarang ini. Bahkan, penggunaan gawai berlebihan juga terjadi kepada anak-anak. Dengan gawai mereka sering memainkan game. Beberapa anak pun sudah memiliki akun sosial media walaupun masih terbilang dini.
Tidak mengherankan kecanduan gawai sudah menjadi hal yang sangat serius. Ditambah lagi karena gawai tidak jarang ada anak yang memiliki gangguan secara psikis. Karena terlalu sering menggunakan gawai anak malah sulit untuk berkonsentrasi dengan dunia nyata. Mereka pun sampai rela merengek dan menyakitkan diri sendiri lantaran dibatasi menggunakan gawai.
"WHO sudah mengategorikan ini (gawai) sebagai kecanduan. Beberapa anak sudah masuk ke rumah sakit jiwa," ujar Anastasya Rima, selaku Sekjen Asah Pena dan Kabid Perlindungan anak LPAI (Lembaga Perlindungan Anak Indonesia), Senin (23/7) di Jakarta Pusat dalam acara seminar bertajuk 'Membangun Budaya Literasi Anak'.

Karena itu penting sekali mencegah anak menjadi pecandu menggunakan gawai. Akan tetapi akan percuma jika tidak ada dukungan orangtua dalam prakteknya. Menurut Anastasya kecanduan anak terhadap gawai juga karena adanya kebiasaan orangtua yang juga tidak bisa lepas menggunakan gawai. Sang anak pun secata otomatis akan mengikuti perilaku orangtuanya.
Namun, tetap saja masih banyak orangtua yang berbicara tidak sesuai tindakan. Mereka melarang anak menggunakan gawai tapi mereka sendiri sulit untuk menahan diri menjadi pecandu gawai. "Permasalahannya adalah mau gak orangtua berhenti main ini (gawai)," sambungnya.
Intinya orangtua harus menjadi teladan yang baik bagi anak. Karena segala perilaku anak sebenarnya memang berawal dari kebiasaan ayah dan ibu kandung mereka. Anak cenderung mengikuti perilaku orangtuanya karena menjadikan orangtua mereka sebagai panutan.

Orangtua harus mencontohkan anak agar terhindar darikecanduan gawai. (Foto: Pixabay/StockSnap)
Untuk itu kata Natasya orangtua harus mencoba membangun kembali hubungan mereka dengan anak. Caranya dengan bersosialisasi di saat waktu luang. Bahkan Natasya menambahkan tidak mengapa jika anak kembali dikenalkan dengan permainan dulu khas Indonesia. "Sediakan permainan yg dulu kita mainkan. Belikan mainan-mainan seperti kita dulu," ujarnya lagi.
Kendati demikian, mungkin anak memang cenderung tertarik dengan gawai. Akan tetapi, jika saja orangtua lebih peka terhadap anak, mereka akan mengetahui betapa membutuhkannya anak mereka dengan kasih sayang orangtua. "Pada intinya anak merindukan interaksi dengan orangtuanya," tukasnya. (ikh)
Bagikan
Berita Terkait
Karakter Film 'Jumbo' Hadirkan Warna Baru di Playlist Anak Spotify

Psikolog Anjurkan Orang Tua Beri Jadwal Pakai Gawai untuk Anak

Diamond Kids Fest 2024 Dukung Eksplorasi Cita-Cita Anak

Bank DKI Berikan Bantuan ADHIV Melalui Komisi Penanggulangan AIDS DKI

Vaksin Polio Semarakkan Hari Anak Nasional di Jakarta

Hari Anak Nasional, Jokowi: Harus Disiapkan Kepintaran, Juga Karakternya

RAN Siapkan Album untuk Sambut Hari Anak Nasional

Pj Heru Berpesan agar Anak Indonesia Bijak dalam Berinternet dan Media Sosial

Pendapatan Apple Kembali Menurun Meski Penjualan iPhone Mencapai Rekor

Seribu Lebih Narapidana Anak Dapat Remisi saat Peringatan HAN 2023
