Kepoin Keunikan 5 Aksara Nusantara!
Kehidupan masyarakat Yogya tempo dulu. (Foto/tembi.net)
TIAP tanggal 8 September, warga dunia termasuk Indonesia memperingati Hari Aksara Internasional.
Peringatan tersebut kali pertama dicetuskan UNESCO saat pertemuan para menteri pendidikan tentang Pemberantasan Buta Huruf di Teheran, Iran, pada 8-19 September 1965.
Melalui konferensi tersebut, UNESCO menetapkan tanggal 8 September sebagai Hari Aksara Internasional dengan semangat untuk memberantas buta huruf di seluruh dunia.
Indonesia sebagai negara dengan kekayaan kebudayaan memiliki beragam aksara di masing-masing daerah.
Tak hanya aksara Latin, dari penjuru Sabang hingga Merauke, terhampar keanekaragaman aksara masing-masing daerah.
Berangkat dari data tersebut, merahputih.com mengulas beberapa aksara di Nusantara untuk memperkaya khazanah keberaksaraan.
Penasaran? Berikut ulasan aksara-aksara Nusantara;
Pallawa
Aksara Pallawa dikenal di Indonesia pada zaman awal sejarah di Indonesia. Akasara ini pertama ditemukan pada Prasasti Mulawarman di Kutai, Kalimantan Timur yang diperkirakan sudah ada sejak abad ke-5. Selain itu aksara Pallawa juga digunakan di Prasasti Tarumanegara yang berasal dari pertengahan abad ke-5.
Pallawa sendiri berasal dari India Selatan. Aksara ini dinamakan sebagai aksara Pallawa karena berasal dari Dinasti Pallava yang berkuasa di India Selatan antara abad ke-4 hingga abad ke-9.
Kawi
Aksara Kawi ini diperuntukkan untuk menulis Bahasa Jawa kuno dan Sansekerta. Tak heran jikan aksara ini menjadi cikal bakal lahirnya aksara-aksara kuno di Nusantara seperti Aksara Jawa dan Bali. Kawi diketahui memiliki 47 huruf. Namun dalam penggunaannya tidak dapat diketahui secara pasti karena hanya ditemukan sedikit sekali.
Aksara Kawi merupakan aksara Brahmi historis yang digunakan di wilayah Asia Tenggara dari abad ke-8 hingga abad ke-16 masehi.
Hanacaraka
Jauh sebelum belanda masuk ke Indonesia, masyarakat Jawa memiliki aksara sendiri. Aksara tersebut mereka hasilkan setelah meresapi aksara kawi yang telah beredar terlebih dahulu di daerah tersebut. Aksara ini senada dengan aksara yang ada di Bali.
Diketahui, aksara Jawa adalah hasil resapan dari aksara Kawi yang umum di pakai di kawasan Asia Tenggara. Aksara ini digunakan pada periode Hindu-Buddha dalam hal literatur keagamaan dan terjemahan Sansekerta yang ditulis pada daun lontar.
Sasak
Aksara Sasak ini banyak digunakan oleh masyarakat Suku Sasak yang ada di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Dalam aksara Sasak, terdapat 4 bagian yaitu Carakan, Rekan, Swalalita dan Wyanjana. Aksara Sasak ini memang memiliki banyak kesamaan seperti Aksara Jawa dan Bali.
Lontara
Aksara ini biasanya digunakan untuk menulis literatur mengenai tata pemerintahan dan kemasyarakatan. Naskah-naskah beraksara Lontara ini biasanya ditulis di badan daun lontar dengan menggunakan lidi atau kalam. Aksara ini juga pernah digunakan untuk menulis berbagai dokumen seperti hukum perdagangan, peta, surat perjanjian dan buku harian.
Aksara yang memiliki 23 konsonan ini masih bisa didapatkan di beberapa lingkup kecil masyarakat Bugis. Biasanya aksara ini masih bisa ditemukan dalam berbagai upacara adat seperti pernikahan. (*)
Baca Juga: Silang Pendapat Penggubah Aksara Tua Lontara Bugis-Makassar