Air Mata Hujan Bulan Juni untuk Ari Malibu


AriReda saat tampil dalam sebuah acara (Foto:arireda.com)
MerahPutih.Com - Bagi mendiang Ari Malibu setiap hujan di bulan Juni selalu membawa rindu. Rindu untuk bersenandung, rindu kepada rinai yang mengguyur sejuk pada bumi. Personil kelompok musik AriReda itu bersama sang sahabat Reda Gaudiamo menggubah puisi Sapardi Djoko Damono jadi lagu yang menggelanyut dan kini menjadi kenangan abadi.
"Tak ada yang lebih tabah, dari hujan bulan Juni, dirahasiakannya rintik rindunya, kepada pohon berbunga itu". Bait lagu itu mungkin sudah tidak asing lagi bagi pecinta sastra di tanah air.
Bagian dari bait puisi berjudul Hujan Bulan Juni, karya Sapardi Djoko Damono yang dimusikalisasi puisikan oleh musisi senior Ari Malibu dan Reda Gaudiamo (AriReda) hingga terkenal.

Puisi tentang penantian seseorang kepada yang dicintai itu, begitu memukau saat dinyanyikan oleh musisi yang biasa menyanyikan tembang folk dan balada AriReda.
Hingga tidak bosan-bosannya untuk mendengarkan bait demi baitnya. Dengan suara khasnya dari Reda ditemani petikan gitar nan ciamik dari Ari Malibu, mampu menyihir penikmatnya olah suara dan olah rasanya itu.
Dan di bulan Juni ini juga atau tepatnya di Malam Takbiran Lebaran 2018, Ari Malibu menghembuskan nafas terakhirnya setelah beberapa bulan berjuang melawan penyakit kanker . Tepatnya pada pukul 20.25 WIB di Rumah Sakit (RS) Kramat 128 pukul 20.25 WIB.
Ari meninggal pada usia 57 tahun seperti diungkapkan rekan duetnya, Reda Gaudiamo, melalui Instagram.
Sebagaimana dilansir Antara Penyanyi yang lahir di Makassar Ia akan dimakamkan di TPU Tanah Kusir Atas usai shalat Jumat pada siang nanti.
"Ari Malibu telah menyelesaikan perjalanannya," tulis Reda yang berduet dengan Ari dalam musikalisasi puisi Sapardi Djoko Damono.

"Di malam penuh takbir, dikelilingi keluarga dan sahabat, ia menutup mata. Pulang ke rumah penciptanya. Lepas sudah semua sakit yang menyiksa selama ini. So long, true fighter," tulis Reda.
AriReda terbentuk pada 1982, saat itu mereka sering menyanyikan tembang-tembang John Denver seperti Fly Away, serta Simon&Garfunkel, hingga pada 1987, keduanya diajak terlibat dalam proyek apresiasi seni yang diprakarsai oleh Fuad Hassan yang saat itu menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan tujuan untuk membantu publik lewat lagu hingga mereka dikenal sering membawakan tembang-tembang dari puisi Sapardi Djoko Damono.
Untuk membantu pengobatan penyakitnya Ari Malibu, sejumlah seniman seperti Reda, Syaharani, Oppie Andarista dan Sha Ine Febrianti, tampil dalam konser amal untuk Ari di Bentara Budaya, Jakarta pada akhir Mei 2018. Konser itu untuk membantu pengobatan penyakit kanker yang telah menggerogoti fisiknya sejak beberapa bulan lalu.
Pada 1976, grup yang bergaya musik folk/pop sempat menjadi juara nasional Bintang Radio dan TV saat membawakan lagu "Pergi untuk Kembali" karya Minggoes Tahitu dan satu lagu rakyat Maluku "Waktu Hujan Sore-Sore".

Diketahui jika musikalisasi puisi Sapardi Djoko Damono itu dimulai pada 1988, kemudikan puisi "Aku Ingin" diaransemen ulang oleh Dwiki Dharmawan dan menjadi bagian dari "Soundtrack Cinta dalam Sepotong Roti" (1991), dibawakan oleh Ratna Octaviani.
Selanjutnya, album "Hujan Bulan Juni" (1989) muncul, selanjutnya pada 1996 muncul album "Hujan Dalam Komposisi".
Musikalisasi puisi Pada Suatu Hari Nanti dari Sapardi Djoko Damono memiliki magis tersendiri jika mengasah rasa dari bait demi baitnya, seperti, Pada suatu hari nanti jasadku tak akan ada lagi tapi dalam bait-bait sajak ini kau tak akan kurelakan sendiri pada suatu hari nanti suaraku tak terdengar lagi tapi di antara larik-larik sajak ini kau akan tetap kusiasati pada suatu hari nanti impianku pun tak dikenal lagi namun di sela-sela huruf sajak ini kau tak akan letih-letihnya kucari RIP Ari, mengutip Reda Gaudiamo melalui instagramnya, Pulang ke rumah penciptanya. Lepas sudah semua sakit yang menyiksa selama ini. So long, true fighter.
Sebagai homage untuk Ari Reda, dalam estetika klasik terbersit satu khazanah bahwasan Vita Brevis, Ars Longa, hidup itu singkat tapi seni (musik) itu abadi. Dan kita setiap kali terpesona pada Hujan Bulan Juni, saat itulah nama Ari Reda selalu dikenang.(*)
Baca berita menarik lainnya dalam artikel: Imam Besar Masjid Istiqlal Ajak Umat Islam Bertakbir Kemenangan
Bagikan
Berita Terkait
Dere Ceritakan Keresahan dalam Lirik Lagu 'Bianglala'

Mariani Oelong Mendekati EP Terbaru Lewat Single 'Jangan Main Main'

Chintya Gabriella Berikan Motivasi Lewat Single 'Cerita Besar'

T. Rucira Coba Refleksikan Pencarian Diri Sendiri dalam Single 'Byar'

Sapardi Djoko Damono Jadi Gambar Google Doodle
