AI Dapat Cegah Penyakit Jantung


AI menganalisis data faktor kesehatan yang dipersonalisasi untuk memprediksi serangan jantung. (Foto: freepik/onlyyouqj)
KECERDASAN buatan atau artificial intelligence (AI) bermanfaat untuk sejumlah bidang dalam kehidupan, salah satunya kesehatan. Penelitian terbaru mengungkapkan AI dapat membantu memprediksi dan bahkan mencegah kematian akibat serangan jantung mendadak melalui analisis catatan kesehatan elektronik.
Para ilmuwan melihat catatan dari 25.000 orang yang meninggal mendadak dan 70.000 orang dirawat di rumah sakit karena serangan jantung. Para pasien tersebut berada di Paris dan Seattle.
Baca Juga:
Para peneliti menggunakan AI untuk membuat “persamaan kesehatan dipersonalisasi” yang mengidentifikasi risiko kematian seseorang akibat serangan jantung mendadak, demikian kata American Heart Association dalam siaran pers tentang penelitian tersebut yang diberitakan WebMD, Selasa (7/11).
Informasi tersebut akan dipresentasikan akhir pekan ini di Simposium Sains Resusitasi 2023 di Philadelphia. Kematian jantung mendadak merupakan 10 persen hingga 20 persen penyebab kematian secara keseluruhan.

“Kami mengusulkan pendekatan baru yang tidak terbatas pada faktor risiko kardiovaskular biasa, namun mencakup semua informasi medis yang tersedia dalam catatan kesehatan elektronik,” kata Xavier Jouven, MD, penulis utama studi tersebut dan yang juga menjabat sebagai profesor di Paris Cardiovascular Research Center.
Para peneliti melihat informasi lebih dari 1 juta diagnosis rumah sakit dan 10 juta resep. Data dikumpulkan dari rekam medis sebelum kematian hingga 10 tahun.
Baca Juga:
“Dengan menggunakan AI untuk menganalisis data, para peneliti membuat hampir 25.000 persamaan dengan faktor kesehatan yang dipersonalisasi untuk mengidentifikasi orang-orang yang berisiko sangat tinggi mengalami kematian jantung mendadak,” kata asosiasi jantung tersebut.

Persamaannya mencakup rincian medis, informasi pengobatan, dan gangguan seperti penyalahgunaan alkohol.
Analisis AI mengidentifikasi individu dengan peluang kematian mendadak lebih dari 90 persen, mewakili lebih dari 25 persen kematian akibat penyakit jantung mendadak.
“Penggunaan AI diperlukan untuk mendeteksi rangkaian informasi medis yang terdaftar selama bertahun-tahun pada subjek tertentu yang akan membentuk lintasan yang terkait dengan peningkatan risiko kematian jantung mendadak,” kata Jouven.
“Kami berharap dengan daftar faktor risiko yang dipersonalisasi, pasien dapat bekerja sama dengan dokter untuk mengurangi faktor risiko tersebut dan pada akhirnya mengurangi potensi kematian jantung mendadak." (aru)
Baca Juga:
Bagikan
Berita Terkait
Rilis Terbatas Oktober, Samsung Galaxy Z Trifold Jadi Ponsel Lipat Terunik Berkat G Dual-infold

DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong

Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat

Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular

Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran

Teaser Samsung Galaxy S25 FE Sudah Dirilis, Resmi Meluncur 4 September 2025

Apple Bakal Rombak Desain hingga 2027, iPhone 17 Jadi Seri Pertama yang Berevolusi

Bocoran Baru Samsung Galaxy S25 FE, Dipastikan Pakai Chipset Exynos 2400 dan Baterai 4.900mAh

Bocoran Terbaru Samsung Galaxy S26 Ultra: Bawa Kapasitas Baterai 5.000mAh dan Fast Charging 60W
