5 Fakta Menarik dari Film 'Kingdom of the Planet of the Apes'
Kingdom of the Planet of the Apes. (Foto: IMDb)
MerahPutih.com - Franchise Planet of the Apes menghadirkan film baru bertajuk Kingdom of the Planet of the Apes pada Mei 2024. Film garapan sutradara Wes Ball itu disebut sebagai pembuka era baru dalam kisah ikonik ini.
Kingdom of the Planet of the Apes mengambil latar waktu beberapa dekade setelah masa kepemimpinan Caesar, di mana manusia hidup dalam bayang-bayang dan spesies kera harus berhadapan dengan pemimpin tirani yang berupaya untuk membangun kerajaan barunya.
Simak lima fakta menarik dari film Kingdom of the Planet of the Apes:
Sutradara di balik Kingdom of the Planet of the Apes
Penggarapan Kingdom of the Planet of the Apes dipimpin oleh Wes Ball, seorang sutradara yang mulai dikenal pada 2014 lewat waralaba film populernya, The Maze Runner, dan meraup lebih dari USD 348 juta secara global.
Pada 2019, Wes pertama kali ditawarkan tentang kemungkinan menghidupkan kembali franchise ikonik Planet of the Apes, tetapi awalnya dia tidak tertarik. Namun, satu minggu setelahnya, sebuah konsep yang sangat menarik muncul di benaknya.
Cerita yang menurutnya sangat menarik ini berlatar ratusan tahun setelah kematian Caesar di akhir War for the Planet of the Apes, dan merupakan kisah dengan petualangan yang lebih kompleks.
Baca juga:
Pekan Perdana, 'Kingdom of the Planet of the Apes' Raih Rp 2 Triliun
Animator Indonesia dalam proses produksi film
Teknologi yang digunakan untuk menghidupkan karakter kera dan juga suasana film tersebut dicapai melalui teknologi Performance Capture berkat Weta FX.
Animator Indonesia yaitu Sashya Subono Halse menjadi bagian dari tim animator tersebut. Sashya yang sebelumnya merupakan pengajar di bidang animasi di Indonesia, melanjutkan pendidikannya di Selandia Baru hingga menjadi bagian dari Weta FX selama lebih dari empat tahun.
Animator yang berfokus pada Facial Motion Animation ini telah berkontribusi dalam beberapa film ikonik seperti, Guardians of the Galaxy Vol. 3 (2023) dan Avatar: The Way of Water (2022).
Adaptasi teknologi dari Avatar: The Way of Water
Wes Ball mengakui proses produksi Kingdom of the Planet of the Apes sangat sulit dari segi teknis dan merupakan pembelajaran besar bagi sutradara. Salah satu tantangan terbesar adalah penambahan elemen air dalam cerita tersebut.
Ada sejumlah adegan yang memerlukan para kera untuk terlihat basah dan juga berada di dalam air. Erik Winquist, selaku Visual Effect Supervisor, menangani bagaimana air mengubah penampilan bulu mereka.
Winquist dapat menggambarkan adegan tersebut dengan menggabungkan teknologi yang sudah pernah digunakan dalam film Avatar: The Way of Water.
Baca juga:
Kekuasaan Kera di Bumi Bakal Berlanjut di Kingdom of the Planet of the Apes
Para aktor belajar 'menjadi kera' selama enam minggu
Sebelum proses syuting dimulai, para aktor mempelajari karakteristik dan pergerakan kera selama enam minggu, yang dipimpin oleh pelatih gerakan Alain Gauthier.
Ketika para pemeran tiba untuk pelatihan, tugas pertama Gauthier adalah membuat mereka sangat sadar akan tubuh mereka.
Dia menyusun serangkaian latihan untuk memperkuat dan mengembangkan jalur saraf baru, memberi mereka alat untuk bergerak layaknya seekor kera. Gauthier memulai pelatihan dengan lambat, menantang mereka untuk bertindak secara fisik.
Andy Serkis, yang telah menciptakan karakter Caesar di tiga film sebelumnya, diundang sebagai konsultan khusus untuk menyempurnakan suara dan karakterisasi.
Berbagai sesi disiapkan di panggung performance capture di mana Serkis dan para pemeran dapat melihat karakter digital mereka di layar dan melakukan penyesuaian kecil namun penting.
Baca juga:
'Kingdom of the Planet of the Apes', Era Baru Kerajaan Kera
Pembangunan set asli untuk pendalaman karakter
Sutradara Wes Ball ingin sebagian besar aksi berlangsung di set praktis di dunia fisik tetapi tetap dengan bantuan latar yang akan dibuat secara digital dalam beberapa adegan.
"Dalam film ini, kami membawa orang-orang ke dunia yang tidak ada. Tentu saja, ada banyak efek visual, tetapi semuanya dimulai dengan berdiri di tempat nyata dan memberi para aktor sesuatu untuk bereaksi," kata Ball.
Owen Teague, pemeran Noa mengaku kagum dengan pengaturan set yang dibuat secara detail dan realistis.
"Saya ingat saat masuk ke sarang Klan Elang, di mana bagian atas menara kami adalah konstruksi kayu empat lantai atau kayu balok yang diikat bersama, yang begitu detail dan begitu realistis sehingga Anda lupa bahwa tempat itu adalah set," kata Owen. (*)
Bagikan
Ananda Dimas Prasetya
Berita Terkait
Film The Moment Jadi Debut Layar Lebar Charli XCX, Angkat Kisah di Balik Album 'Brat'
Trailer Perdana Film Live-Action 'Street Fighter' Dirilis, Siap Suguhkan Aksi Laga Intens
Film Marti Supreme Tayang 25 Desmber 2025, Timothée Chalamet Perankan Legenda Pingpong
Lukisan Pertama 'Star Wars' Terjual Rp 64,9 Miliar dalam Lelang, Catat Rekor Harga Memorabilia
Vino G Bastian Refleksi Diri lewat Peran Aktor Kena Kutukan di ‘Lupa Daratan’, Mengenang Dukungan di Masa Awal Karier
'Lupa Daratan' Kisahkan Aktor tak Bisa Akting Mematahkan Kutukan, Komedi Mengocok Perut Berbalut Cerita Brotherhood
Nonton Film Bioskop dari Rumah: HBO Max dan Viu Umumkan Paket Bundling di Asia Tenggara
Manga 'Look Back' Diadaptasi Jadi Film Live-Action, Kore-eda Hirokazu Siap Hadirkan Fujino ke Layar Lebar di 2026
Film ‘Ready or Not 2: Here I Come’ akan Hadir April 2026, Trailer Baru Tampilkan Teror Lebih Mencekam
Angga Dwimas Sasongko Hadirkan ‘Ratu Malaka’, Perpaduan Aksi dan Budaya Asia Tenggara