3 Langkah Mengendalikan Dorongan Belanja Daring


Ada tiga langkah berdasarkan prinsip psikologis yang dapat mengendalikan dorongan belanjamu. (123RF/oneinchpunch)
SEMUA barang yang dijual daring tampak menarik. Hanya dengan 'klik' semua yang bisa kamu beli langsung diantar. Hasilnya? Tagihan kartu kredit membengkak. Pada saat itulah, kamu baru sadar bahaya dorongan belanja daring.
Seperti perilaku impulsif lain, kamu tidak berpikir panjang ketika belanja daring. Semua yang tampak menarik, baru, unik, keren, lucu, memanggil-manggil untuk dimiliki.
Menurut psikoterapis Donald Altman, yang juga mantan biksu, ada tiga kata yang bisa membantu kamu mengontrol perilaku impulsif belanja daring. Penulis buku Simply Mindful: A 7-Week Course and Personal Handbook for Mindful Living itu mengatakan penasihat keuanganmu hanya akan mengatakan hal-hal seperti, "Ini tidak baik. Kamu telah melampaui anggaran. Kamu harus berhenti menghabiskan uang sebanyak ini."
BACA JUGA:
"Untungnya, ada tiga kata ajaib yang secara radikal dapat meningkatkan pandangan keuangan Anda. Dan ya, itu adalah kata-kata yang tidak akan pernah dikatakan penasihat keuangan: Hargai hal-hal biasa," ujar Altman dalam artikelnya di Psychologytoday.com (3/8).
Dengan kata lain, nilai kembali apa yang sudah kamu miliki. "Penelitian menunjukkan bahwa menilai kembali dan menghargai apa yang sudah ada dalam hidupmu dapat membawa kebahagiaan. Namun, kita sering tidak menyadari fakta itu," dia menjelaskan.

Sebuah studi yang diterbitkan dalam Psychological Science meneliti The Unexpected Value of Rediscovery dan pentingnya pengalaman biasa. Pada dasarnya, para peneliti ingin tahu apa yang menurut orang lebih menarik untuk ditinjau di beberapa titik kehidupan masa depan: pengalaman biasa atau luar biasa? Ketika subjek meninjau kembali pengalaman biasa dan luar biasa mereka tiga bulan kemudian, subjek menemukan pengalaman biasa lebih bermakna dan menarik.
Hal-hal biasa dapat membantu kamu dapat melangkah dari "Treadmill Hedonis" yang menginginkan lebih dan lebih. Caranya yaitu dengan menghargai hal-hal yang tampaknya biasa yang mungkin secara impulsif ingin kamu ganti dengan barang-barang baru yang sekarang tampak menarik.
BACA JUGA:
Berikut praktik mudah yang akan membuat kamu menilai kembali apa yang sudah dimiliki, praktik yang dapat menghentikan belanja kompulsif. Gunakan praktik ini kapan pun kamu tergoda untuk menekan tombol 'beli sekarang' di ponsel.

1. Jeda dan ambil napas panjang, perlahan, dalam
Napas panjang menenangkan dan mengatur. Ini akan memungkinkan korteks frontal otak untuk kembali awas dan membantu menguatkan niat. Tindakan memberi jeda ini akan memutus siklus reaktif sehingga kamu dapat mengalihkan fokus ke arah lain.
2. Apa yang akan kamu beli?
Jika kamu sudah memiliki sesuatu yang serupa, alihkan fokus ke objek biasa yang sudah dimiliki, seperti pakaian, furnitur, gawai, peralatan, atau barang lain yang ada.
3. Catat atau renungkan pengalaman positifmu dengan benda-benda itu
Luangkan waktu untuk menikmati kegembiraan yang kamu rasakan pertama kali atas benda-benda lama itu. Ingat-ingatlah sesuatu yang paling kamu sukai dari suatu objek, seperti warna, bentuk, atau desainnya. Ingat juga, pengalaman positif yang kamu alami saat memakai atau menggunakan benda tersebut. Juga, pikirkan tentang manfaat yang diperoleh dari penggunaan maksimal dari apa yang kamu miliki dan bagaimana hal itu dapat menghindari pemborosan yang tidak perlu.
Dengan menilai kembali dan merasa sangat senang dengan apa yang ada dalam hidup, kamu dapat mengosongkan keranjang belanja digital itu dan mengetahui bahwa kesejahteraanmu meninkat dengan secara sadar memilih apa yang akan dibawa ke dalam hidup.(aru)
BACA JUGA:
Bagikan
Berita Terkait
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

IdEA Beri Peringatan Keras Soal Fenomena 'Rojali' dan 'Rohana' yang Bikin Transaksi Turun Drastis

Menko Airlangga Bantah Penurunan Daya Beli, Klaim Belanja Online Terus Naik

Menyembuhkan Luka Batin lewat Kuas dan Warna: Pelarian Artscape Hadirkan Ruang Aman untuk Gen Z Hadapi Stres

Mengenal Burnout yang Diduga Pemicu Diplomat Arya Daru Pangayunan Mengakhiri Hidupnya, ini Cara Mengatasinya

Gen Z Juga Suka Nabung, Simpan Uang di Dompet Digital

Bukan Sekadar Mood Swing Biasa! Ini Beda Bipolar dan Depresi yang Wajib Diketahui

Dinkes DKI Jakarta Ungkap 15 Persen ASN Terindikasi Memiliki Masalah Kesehatan Mental

Ingat! Depresi Bukan Aib, Jangan Resistan Terhadap Pengobatan

Komunal Dorong Diversifikasi Cerdas lewat Deposito BPR
