3 Kejadian Memilukan Sepanjang Sejarah Piala Dunia


Patrick Battiston hampir wafat di tengah lapangan. (Sumber Foto: Honour of Football)
MerahPutih.com - Sepanjang perhelatan Piala Dunia, selalu ada kejadian menarik di luar dan di dalam lapangan. Baik kejadian yang melahirkan tawa dan senyum, hingga tragedi memilukan.
Setidaknya ada tiga tragedi memilukan sepanjang pagelaran Piala Dunia yang pertama kali digelar tahun 1930 di Uruguay. Tragedi ini akan selalu dikenang sebagai nilai sejarah dari eksistensi turnamen sepak bola paling akbar di dunia tersebut.
Baca Juga
Febri Hariyadi Akui Jarang Nonton Piala Dunia, tetapi Kini Jagokan Brasil
Berikut tiga tragedi paling memilukan sepanjang sejarah Piala Dunia.
1. Battle of Santiago, Brutalnya Cile vs Italia di 1962

Pada perhelatan Piala Dunia 1962 di Cile, terjadi insiden perkelahian antar pemain di dalam lapangan. Ketika itu, tuan rumah bertemu dengan Italia, pada laga Grup 2, 2 Juni 1962.
Pertandingan tersebut ternyata berubah menjadi medan perkelahian pemain. Pukulan dan tendangan melayang dari kedua tim. Bahkan, pihak kepolisian terpaksa masuk ke dalam lapangan untuk menenangkan perkelahian.
Laga tersebut sampai saat ini dikenal dengan sebutan "Battle of Santiago", lantaran pertandingan itu digelar di Ibu Kota Cile, Santiago.
Komentator BBC, Agus Coleman menyebut, laga tersebut sebagai pertandingan paling bodoh, mengerikan, menjijikan, dan memalukan di sepanjang sejarah sepak bola. Wasit yang memimpin laga itu, Ken Ashton, menggambarkan laga tersebut dengan mengerikan.
"Saat itu, saya seperti tidak menjadi wasit di pertandingan sepak bola, tapi saya bertindak sebagai hakim di dalam pertempuran-pertempuran yang dipenuhi manuver-manuer militer," kata wasit asal Inggris tersebut.
Namun, insiden tersebut justru melahirkan kontroversi. Di mana, Ashton hanya mengeluarkan dua kartu merah. Semuanya untuk pemain Italia. Gli Azzurri pun kalah 0-2 dari Cile.
2. Patrick Battiston Nyaris Tewas di Laga Prancis Vs Jerman Barat Piala Dunia 1982

Satu pertandingan di Piala Dunia 1982 Spanyol nyaris menimbulkan korban jiwa.
Pertandingan itu mempertemukan Jerman Barat kontra Prancis, pada laga semifinal Piala Dunia 1982 di Stadion Roman Sanchez Pizjuan, Sevilla, 8 Juli lalu. Pertandingan berjalan sengit.
Tragedi yang dimaksud berawal dari kedudukan kedua tim yang sama kuat 1-1. Kapten sekligus bintang timnas Prancis ketika itu, Michel Platini, mengirimkan bola dengan umpan lambung untuk Patrick Battiston.
Battiston bersiap menyambut bola umpan lambung Platini, namun kiper Jerman Barat Toni Schumacher keluar dari sarangnya. Benturan kedunya pun tak bisa dihindari.
Schumacher terlihat mengangkat pinggulnya untuk memberikan benturan kepada Battiston. Battiston yang menerima benturan mengalami pingsan di tengah lapangan. Ia tak sadarkan diri.
Beruntung, nyawanya terselamatkan oleh tim medis. Ia ditandu keluar lapangan dengan bantuan penjepit leher. Ia menerima perawatan dengan patah gigi, tulang rusuk, dan tulang belakang. Battiston pun sempat mengalami beberapa koma di rumah sakit. Namun, kembali nyawanya terlelamatkan.
Dalam pertandingan tersebut, Schumacher tidak menerima kartu apapun dari wasit. Pertandingan dilanjutkan kembali. Alhasil, Jerman Barat menang atas Prancis melalui tendangan adu penalti dengan skor 5-4, usai bermain imbang 3-3.
3. Gol Bunuh Diri Pencabut Nyawa Andres Escobar

Satu tragedi yang paling memilukan dan dikenang sepanjang sejarah Piala Dunia adalah kematian bek tengah timnas Kolombia, Andres Escobar. Ia dibunuh saat Piala Dunia 1994 masih berlangsung.
Penyebabnya karena Escobar melakukan gol bunuh diri saat Kolombia takluk 1-2 dari tuan rumah Amerika Serikat, pada laga kedua Grup A di Rose Bowl, Los Angeles, 22 Juni 1994. Escobar merugikan seseorang kaltel narkoba saat bermain judi.
Kisah dimulai ketika pada 2 Juli 1994, publik pencinta sepak bola dunia digemparkan dengan pemberitaan pembunuhan Pablo Escobar. Pemain yang berposisi sebagai bek tengah itu dibunuh di suatu klub malam Kolombia. Ia ditembak orang tak dikenal.
Seperti diberitakan BBC, seorang saksi mengatakan kejadian tersebut terjadi pada pukul 03.30 dini hari WIB. Ada sekelompok orang meneriakan nama Escobar dengan bentuk penghinaan. Escobar tak terima dan melakukan pembelaan, namun seorang pria tiba-tiba mengeluarkan pistol kaliber 38 mm. Pria tersebut menembaki Escobar sebanyak 12 kali.
Pria tersebut menembak Escobar sambil berteriak "Thanks for the own-goal, hijueputa!" yang berarti terima kasih atas gol bunuh diri-mu, anak pelacur.” Rekan-rekan pria itu meneriakan "Goal", seperti seorang komentator bola menyambut gol.
Sang pelaku lari meninggalkan lokasi kejadian dengan mobil pribadinya. 45 menit kemudian Escobar dinyatakan meninggal dunia pada umur 27 tahun, setelah sempat dilarikan ke rumah sakit. Jasad Escobar kemudian dikebumikan di Montesacro Cemetery, Medellin.

Pihak Kepolisian Kolombia akhirnya menangkap Humberto Castro Munoz pada malam hari setelah kejadian. Ia merupakan pelaku pembunuhan Pablo Escobar.
Ia disuruh oleh majikannya, Santiago Gallon untuk menghabisi nyawa Escobar untuk membalas kerugian besar karena kalah taruhan. Castro Munoz sendiri merupakan kaki tangan kartel narkoba di Kolombia.
Pihak Kepolisian Kolombia akhirnya mengeluarkan bukti bahwa pembunuhan Escobar dilatarbelakangi gol bunuh dirinya ke gawang Amerika Serikat. Jika itu tidak terjadi, Kolombia akan sukses melangkah ke babak selanjutnya di Piala Dunia 1994.
Pengadilan menjatuhkan hukuman 43 tahun penjara terhadap Castro Munoz. Namun seiring berjalannya waktu, Castro Munoz hanya menjalani 11 tahun masa hukuman. Ia mendapat remisi 26 tahun karena berkelakuan baik selama di penjara. Ia pun bebas pada tahun 2005. (*/Bolaskor)
Baca Juga
Sadio Mane Cedera, Tidak Ada Personel Trio Firmansah di Piala Dunia 2022
Bagikan
Andika Pratama
Berita Terkait
Maroko Jadi Negara Pertama Dari Afrika Lolos Piala Dunia 2026, Tampil Buat ke-7 Kali

Tijjani Reijnders Ungkap Mimpi Besar Keluarga, Eliano Tampil di Piala Dunia bersama Timnas Indonesia dan Lawan Belanda

Jadwal lengkap Timnas Indonesia di Grup B Putaran 4 Piala Dunia 2026

Kylian Mbappe Kembali Kena Masalah, Diinvestigasi terkait Bonus Piala Dunia 2022

Drama 6 Gol Tersaji Saat Bayern Muenchen Pecundangi Flamengo

Transformasi Sang Badak, Harapan Italia Akhiri Kutukan Gagal Lolos Piala Dunia

Simak Nih! Jay Idzes Sampaikan Pesan Emosional untuk Seluruh Rakyat Indonesia Usai Skuad Garuda Kalah Setengah Lusin Gol dari Jepang

FIFA Tegaskan Piala Dunia 2026 Jadi yang Paling Besar dan Bukan Sekadar Turnamen

Minta Maaf Dibantai Jepang 6 Gol, Jay Idzes Harap Suporter Timnas Bersabar Percaya Proses

Timnas Indonesia Hancur Lebur 0-6 dari Jepang, Patrick Kluivert Berjanji Bangkit di Kualifikasi Piala Dunia 2026
