WHO: Booster Vaksin COVID-19 Tidak Adil

Rabu, 13 Oktober 2021 - Muchammad Yani

MENDISTRIBUSIKAN suntikan booster vaksin COVID-19 di beberapa negara sementara terjadi kekurangan inokulasi di seluruh Afrika sangat tidak adil, menurut direktur jenderal World Health Organization (WHO).

"Tidak bermoral, tidak adil dan tidak bisa dibenarkan dan itu harus dihentikan," kata kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus kepada Becky Anderson dari CNN pada hari Selasa (12/10).

"Memulai booster benar-benar yang terburuk yang bisa kita lakukan sebagai komunitas global. Ini tidak adil dan juga tidak bisa dibenarkan karena kita tidak akan menghentikan pandemi dengan mengabaikan salah satu benua, dan benua yang tidak memiliki kapasitas produksi dengan cara lain," dia menjelaskan.

Baca juga:

Penambahan Pasien Sembuh Dua Kali Lipat Kenaikan Angka Positif COVID-19

WHO telah merekomendasikan dosis vaksin tambahan untuk orang dengan gangguan kekebalan, tetapi sangat menentang meluasnya penggunaan suntikan booster sampai lebih banyak warga dunia divaksinasi dengan suntikan COVID-19 dosis pertama.

Amerika Selatan, Amerika Utara, Eropa, Asia, Oseania semuanya telah memberikan dosis vaksin tunggal kepada lebih dari 50 persen populasi mereka, sedangkan hanya 7 persen populasi Afrika yang telah menerima dosis, kata Tedros.

WHO sangat menentang meluasnya penggunaan suntikan booster vaksin COVID-19. (Foto: n1info.com)
WHO sangat menentang meluasnya penggunaan suntikan booster vaksin COVID-19. (Foto: n1info.com)

Pada bulan September, Food and Drug Administration (FDA) AS mengizinkan dosis booster vaksin Pfizer untuk orang-orang tertentu.

Selain itu European Medicine Agency (EMA) telah mengarahkan negara-negara Uni Eropa untuk mengeluarkan rekomendasi resmi tentang penggunaan dosis booster, dengan mempertimbangkan data efektivitas yang muncul dan data keamanan yang terbatas.

Baca juga:

LinkAja Terintegrasi dengan PeduliLindungi Melalui QR Code

EMA mengatakan bahwa orang dengan sistem kekebalan normal, dosis penguat BioNTech/Pfizer dapat dipertimbangkan setidaknya 6 bulan setelah dosis kedua untuk orang berusia 18 tahun ke atas.

Badan tersebut saat ini juga sedang mengevaluasi data untuk mendukung dosis booster untuk vaksin Moderna.

Israel menjadi negara pertama yang mulai memberikan suntikan booster kepada beberapa penduduk pada Agustus 2021, dengan menawarkan dosis tambahan kepada lansia yang lebih dari 5 bulan melewati vaksinasi terakhir mereka. Menyusul Jerman pada September memberikan dosis booster kepada warga rentan, seperti penghuni panti jompo.

Booster harus menunggu setidaknya 10 persen dari populasi dunia divaksinasi. (Foto: scmp.com)
Booster harus menunggu setidaknya 10 persen dari populasi dunia divaksinasi. (Foto: scmp.com)

Sebelumnya, Tedros telah meminta para pemimpin negara-negara berpenghasilan tinggi untuk menunda pendistribusian dosis booster hingga setidaknya 10 persen dari populasi dunia divaksinasi.

“Untuk mewujudkan itu, kita membutuhkan kerja sama semua orang, terutama segelintir negara dan perusahaan yang mengendalikan pasokan vaksin global,” demikian Tedros Ghebreyesus. (aru)

Baca juga:

WHO telah Keluarkan Rekomendasi Vaksin Malaria untuk Anak Berisiko

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan