Wayang Orang Bharata Lahir dari Sapta Marga TNI

Sabtu, 08 Agustus 2015 - Eddy Flo

MerahPutih Budaya - Popularitas kesenian khususnya wayang orang pada era 1960-an, memang digunakan untuk kepentingan golongan. Ada yang berniat menyebarkan ideologi ataupun hanya berkesenian biasa, tapi siapa sangka dibalik lahirnya Wayang Orang Bharata, ada campur tangan Tentara Nasional Indonesia (TNI) dulu bernama Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI).

“Dulu kami dikenal dengan nama wayang orang Pancamukti pada tahun 1962, dan dikelola perwira angkatan darat, Mayor Suyono. Karena kebetulan lokasi kami di seberang komplek angkatan darat Siliwangi. kelompok kami mendapatkan kebebasan dan perlindungan untuk berkesenian,”Ungkap M Yunus Humas dan kepala Rumah Tangga Wayang Orang Bharata.

"Tapi pada tahun 1970’an Mayor Suyono sering mendapat tugas kemana-mana, berdampak pada bubarnya wayang orang Pancamukti karena tidak ada yang mengurusi, "Imbuhnya.

Pada 5 Juli 1972 mantan pemain Pancamukti berkumpul mendirikan Wayang Orang Bharata, dengan Almarhum Jaduk Jayakusuma sebagai pemimpinnya. Sejak didirikan hampir setiap hari pentas, ketoprak mendapatkan jadwal Selasa dan Jumat malam sedangkan wayang orang setap hari Senin, Rabu, Kamis, Sabtu dan Minggu.

Karena semakin besar, Mayor Jendral Sudharmo Jayadiwangsa memprakarsai pemmbentukan yayasan, yang bertujuan untuk mengayomi, melindungi dan mensejahterakan. Setelah Mayjen Sudharmo menjadi duta besar untuk Sri Lanka, tugasnya dilanjutkan oleh wakilnya Laksamana Muda Yatijan. Bersama temannya kemudian membuat tempat tinggal sebanyak 68 unit, sekaligus padepokan wayang orang Bharata di Sunter, RT 012/02 kelurahan Sunteragung tahun 1982.

Kecintaan para perwira ABRI pada kesenian bukan semata-mata tanpa sebab, karena dalam Sapta Marga poin keenam menyebutkan bahwa, kami prajurit Tentara Nasional Indonesia mengutamakan keperwiraan di dalam melaksanakan tugas, serta senantiasa siap sedia berbakti kepada negara dan bangsa.

Dengan melestarikan kesenian Indonesia, berarti mereka telah berbakti kepada negara dan bangsa. Bahkan Mayjen Sudharmo mewajibkan anaknya harus bisa berkesenian, Karena begitu dia mencintai seni khususnya kesenian wayang.(hdi)

 

Baca Juga:

Wayang Orang Bharata, Serpihan Budaya yang Tersisa di Jakarta

 

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan