Vinicius Junior Sering Bikin Ulah, Toni Kroos Akui tak Nyaman dengan Sikapnya

Kamis, 20 November 2025 - Soffi Amira

MerahPutih.com - Mantan pemain Bayern Munich dan Real Madrid, Toni Kroos, memilih untuk meninggalkan sepak bola di puncak kariernya.

Menit-menit terakhirnya terjadi di perempat final Euro 2024 antara Spanyol dan Jerman, tetapi seharusnya ia diusir keluar lapangan dalam 10 menit pertama.

Musim terakhirnya bersama Real Madrid sangat luar biasa. Setelah kepergiannya, mantan rekan setimnya di Real Madrid, Vinicius Junior, bukan lagi pemain yang sama tanpa umpan-umpan khas Kroos ke ruang kosong.

Baca juga:

Jude Bellingham Balik ke Birmingham City, Malah Diejek karena Ikuti Gaya Lionel Messi

Toni Kroos Ungkap Rasanya Berbagi Lapangan dengan Vinicius Junior

>Carlo
Toni Kroos bicara soal Vinicius Junior. Foto: Dok. Real Madrid

Meski fokus pada kegiatan lain, Kroos tetap memperhatikan perkembangan sepak bola dan tidak pernah menghindari topik-topik sulit.

Kali ini, ia menjelaskan bagaimana rasanya berbagi lapangan dengan Vinícius Junior, yakni seorang pemain yang terbiasa berkonfrontasi dengan lawan, menunjuk ke arah tribun, dan melebih-lebihkan kontak fisik. Lalu, bagaimana perilaku tersebut memengaruhi rekan-rekan setimnya.

Kroos secara pribadi mengakui, bahwa hal tersebut sering membuatnya tidak nyaman.

"Pada saat-saat itu, saya berkali-kali mengatakan kepadanya bahwa sudah cukup, karena Anda merasa bahwa, karena cara dia berperilaku, tim akhirnya menderita," katanya.

Baca juga:

Karim Benzema Masih Buka Pintu Kembali ke Real Madrid, Cuma Butuh 1 Syarat!

"Dapat dimengerti bahwa hal ini dapat membuat orang kesal — entah itu lawan, wasit, atau penonton. Ia bahkan mengatakan bahwa perilaku Vinícius berdampak pada kinerja tim secara keseluruhan. Sebagai sebuah tim, Anda mendapat kesan bahwa segalanya berbalik melawan tim karena apa yang terjadi di sekitarnya."

Kroos juga menggambarkan rasa frustrasinya mengetahui betapa hebatnya Vinicius tanpa semua sandiwara itu. Ia juga menambahkan, bahwa pemain Brasil itu bisa menjadi musuh terburuknya sendiri.

"Saya mencoba berkali-kali untuk menenangkannya di lapangan, terutama agar dia tidak keluar dari ritmenya sendiri, karena terkadang hal itu terjadi. Saya selalu mengatakan kepadanya: 'Kamu begitu hebat sehingga kamu tidak membutuhkan semua itu," ujarnya. (sof)

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan