Transpuan Surabaya Tetap Ulurkan Tangan untuk Ohida Meski Menahan Lapar
Jumat, 12 Juni 2020 -
ENGGAK cengeng, para transpuan di kota Surabaya ini tetap tegar kendati di situasi pandemi. Hal itu karena di masa paceklik seperti sekarang, penghasilan keseharian mereka merosot drastis.
Wajah-wajah lelah dan bias peluh mereka nampak jelas, namun dalam kondisi itu mereka tetap rela meringankan beban membantu para penderita Aids di Surabaya sekaligus mengulurkan tangan bagi yang terimbas pandemi COVID-19.
Baca juga:
Suara Disko dan Diskoria Gelar Pesta Virtual 'Siar Suara Gelombang Maya'

Penanganan Ohida (Orang hidup dengan AIDS) ini merupakan program wajib yang mereka tangani sejak lama. Bahkan, koordinasinya pun rutin dilakukan setiap pekan.
Feby Damayanti, Divisi kesehatan Perwakos (Persatuan Waria Kota Surabaya) mengatakan, di masa pandemi COVID-19 ini banyak transpuan anggota Perwakos mengeluh kepada dirinya lantaran mata pencaharian mereka tersendat.
"Yah Mas, piye lagi di masa pandemi ini teman-teman ngeluh karena penghasilannya menurun. Tapi mereka yah tetap ngamen, cari orderan make up sampai nyanyi aja udah sepi job. Tapi satu tugas kita membantu pengidap AIDS itu tetap kita tangani, karena itu wajib bagi kita," tutur Feby kepada merahputih.com saat dikonfirmasi langsung, Kamis (11/06).
Terkait penghasilan, sambungnya, rata-rata menurun hingga 60 persen. Bahkan, mereka yang biasa bekerja di salon pun terasa imbasnya.
"Pegawai salon juga merosot penghasilannya, yang biasa panen di H-10 Lebaran, wedding usai Lebaran. Bahkan tata rias lain, sekarang menurun hingga 75 persen penghasilannya akibat PSBB di pandemi Covid-19 ini," tandas Feby.
Baca juga:

Bagaimana cara mereka bertahan hidup? Feby memaparkan, mereka kerap menghemat pengeluaran harian. Bahkan, sampai ada yang menjual aset-aset yang mereka miliki hingga terpaksa mengonsumsi mie instan setiap hari. "Enggak cuma nahan pengen beli ini beli itu aja. Sisa-sisa aset mereka buat kerja pun ikut terjual," tuturnya.
Memasuki masa new normal ini, Feby optimis ada harapan baru untuk membangkitkan ekonomi anggota Perwakos. Namun, tetap tidak meninggalkan tanggung jawabnya sebagai relawan dan pemerhati penderita AIDS di Surabaya.
"Semoga memasuki new normal ini kami bisa kembali bangkit menata perekonomian dengan lebih baik. Yah, meski kami hanya bisa melakukan itu-itu saja, tata rias, ngamen, jadi kapster bahkan jadi pembicara terkait transpuan. Namun, kewajiban kami kepada penderita AIDS, tetap kami penuhi. Meski kami ada proyek maupun enggak, itu wajib dan kami harus konsisten," tegas Feby.
Feby juga berpesan sekaligus mengutarakan isi hatinya sebagai transpuan di tengah masa pandemi tersebut.
"Pesan saya di masa pandemi COVID-19 ini adalah sebuah bencana, kami selaku transpuan yang tinggal di Surabaya ini bagian dari dampak pandemi. Kami akan terus berjuang untuk keberlangsungan hidup kami," katanya.
"Dan bersyukur kepada Tuhan karena kami masih bisa bertahan hidup dalam situasi bencana ini. Dan menjadikan kami komunitas yang kuat dan siap menghadapi dunia yang tak semuanya pro dengan kami," tutup Feby. (*)
Baca juga:
Bilik Swab Inovatif, Solusi Terbaik Tenaga Medis Tangani COVID-19
Artikel ini ditulis berdasarkan laporan Andika L, kontributor merahputih.com untuk wilayah Surabaya dan sekitarnya.