Tidak Bersaing, Fintech di Indonesia Saling Kolaborasi

Rabu, 25 September 2019 - P Suryo R

ERA digital membawa perubahan pada gaya transaksi masyarakat. Jika sebelumnya kita perlu membawa dompet yang "tebal" kemanapun pergi kini semua serba cashless. Masyarakat lebih menggemari pembayaran dengan digital payment. Hal tersebut mendorong lahirnya fintech (financial technology). Meskipun jumlahnya cukup banyak, fintech yang berkembang di Indonesia cukup dinamis dan concern terhadap financial inclusion.

Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan, Nurhaida menuturkan terjadi peningkatan financial inclusion di Indonesia. "Sejak tahun 2017 hingga 2019 ada peningkatan. Financial inclusion saat ini menyentuh angka 49 persen. Negara kita jauh lebih baik dibandingkan negara lain di Asia Pasifik," urainya ditemui di acara Indonesia Fintech Summit and Expo 2019, Selasa (24/9).

Baca Juga:

Produk Finansial Mana yang Harus Dimiliki? Berikut Pilihannya!

fintech
Aldi Hartopratomo CEO GoPay, Harianto Gunawan Director of Enterprise Payment OVO, Tommy Singgih Director Mastercard. (Foto: MP/Iftinavia Pradinantia)

Dinamisnya fintech di Indonesia tak lepas dari cara mereka untuk saling berkolaborasi.

"Tantangan utama kita adalah mengubah kebiasaan mengubah kebiasaan tunai menjadi digital. Untuk bisa menangani itu kunci utamanya adalah kolaborasi," ujar Direktur Mastercard, Tommy Singgih.

Selain mengedukasi masyarakat untuk mampu bertransaksi secara digital, para pengusaha fintech juga bekerja sama dalam mengembangkan fasilitas penunjang untuk masyarakat. "Yang kita bicarakan bukan lagi persaingannya tetapi bagaimana kita bisa membangun infrastruktur bersama," ucap Vice Chairman AFTECH dan CEO GoPay, Aldi Haryopratomo.

ponsel
Kapasitas ponsel pintar yang beredar di masyarakat belum besar. (Foto: Pixabay/hurk)

Menurut pria yang akrab disapa Aldi tersebut, ada begitu banyak orang Indonesia yang belum memiliki akses layanan keuangan. Mereka harus memperhatikan daya akses masyarakat di seluruh pelosok Indonesia.

Ada berbagai hal yang membuat rendahnya akses layanan keuangan di seluruh pelosok Indonesia. CEO Dana,Vincent Henry Iswaratioso melihat faktor mendasarnya ada pada penggunaan ponsel. "Di Indonesia ada 171 juta internet user tetapi ternyata smartphone yang digunakan oleh masyarakat kapasitasnya tidak besar. Jadi harus dibuat accessibilitynya yang luas," jelasnya. (avia)

Baca Juga:

Masalah Utama Selalu Berkaitan dengan Finansial dan Perbankan

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan