The Jansen Hidupkan Kembali 'Banal Semakin Binal' Lewat Antologi Visual

Sabtu, 15 November 2025 - Ananda Dimas Prasetya

MerahPutih.com - Di tengah sorotan atas Durja Bersahaja yang baru saja mengokohkan posisi The Jansen sebagai salah satu band punk rock paling solid di Indonesia, duo asal Bogor itu justru mengambil langkah tak terduga.

Alih-alih terus melaju dengan materi terbaru, mereka menengok kembali karya yang menjadi tonggak penting dalam perjalanan mereka: Banal Semakin Binal.

Album yang sempat membuka babak baru punk rock lokal tersebut kembali dihidupkan sebagai penegasan bahwa musik punk dapat melampaui batas ruang, waktu, serta relevan dengan dinamika kehidupan sehari-hari.

Baca juga:

The Jansen Mulai Era Baru Lewat Album 'Durja Bersahaja'

Bersama KithLabo, The Jansen merencanakan perilisan lima video musik dari album Banal Semakin Binal secara bertahap. Rangkaian itu dimulai dari:

Seluruh video akan dirilis melalui kanal YouTube resmi The Jansen.

“Ini bukan mundur ke belakang,” ujar Cintarama Bani Satria atau Tata, sang vokalis sekaligus gitaris. “Lebih tepatnya ini perayaan satu dekade perjalanan kami, sekaligus cara buat ngasih napas baru ke lagu-lagu lama yang dulu berhenti sebagai audio. Buat gue, setiap lagu punya perjalanan sendiri. Mungkin dulu waktunya belum datang, dan sekarang baru ketemu jalannya.”

Baca juga:

Perbedaan Piringan Hitam 'Binal Semakin Banal' The Jansen di Indonesia dan Singapura

The Jansen Lepas Album 'Banal Semakin Binal' dalam Format Piringan Hitam

Proyek ini dirancang sebagai antologi visual yang menggambarkan estetika The Jansen secara menyeluruh — bukan hanya sebagai band, tetapi sebagai entitas dengan cara pandang terhadap seni yang khas.

Kelima video lirik tersebut menjadi kombinasi antara eksperimen bunyi, nuansa kilas balik, dan interpretasi ulang yang sengaja dibuat jauh dari pola video lirik konvensional. Untuk mewujudkan konsep tersebut, The Jansen bekerja sama dengan tiga sutradara:

1. Robby Wahyudi Onggo (Robonggo)

Menangani video Planetarium dan Kau Pemeran Utama di Sebuah Opera. Robby menghadirkan sentuhan visual lo-fi bernuansa vintage yang hangat dan intim.

2. Yustinus Kristianto (Iyus)

Menggarap Ku Bukan Mesin Lotremu dan Berkelana dalam Ruang dan Mimpi. Keduanya dipresentasikan dengan gaya nostalgia era awal 2000-an, lengkap dengan estetika grafis serba retro dan kultur internet zaman itu.

3. Badrus Zeman

Vokalis Lorjhu’ sekaligus pengajar film di IKJ ini mengarahkan Langit Tak Seharusnya Biru dengan menggunakan kamera 8 mm. Pendekatan tersebut menghasilkan nuansa klasik seluloid yang penuh karakter dan membawa penonton kembali ke atmosfer kejayaan film analog. (Far)

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan