Surga bagi Hedonis di Ibu Kota belum Mati!

Minggu, 01 April 2018 - Dwi Astarini

MENELUSURI surga para hedonis di Jakarta gampang-gampang sulit. Sangat mudah bagi pria yang sudah terbiasa mencari kenikmatan hedonisme di Ibu Kota. Namun, akan sangat sulit bagi pria yang tidak pernah mencicipi sebelumnya. Butuh pendamping untuk mencarinya.

Bak cendawan, saat satu tempat ditutup, akan muncul di tempat lain. Seperti hukum pasar, ada permintaan, maka ada penawaran. Seperti di kawasan barat dan utara Jakarta yang bertebaran surga hedonisme, pria hanya tinggal memilihnya.

Merahputih.com yang ditemani pria, sebut saja bernama Dedi, menelusuri jalan protokol di kawasan keramaian perniagaan Jakarta. Hari sudah bergeser menuju sore hari, lalu lintas masih ramai dengan kesibukan warga Jakarta.

Mobil yang dari tadi menembus kepadatan lalu lintas Jakarta setelah berputar kemudian berbelok ke kiri, ke jalan yang lebih kecil. Jalan itu diimpit bangunan-bangunan ruko yang menyajikan kemiripan satu sama lain. Neon sign yang pasti terang di malam hari itu bertuliskan, 'karaoke dan massage'. Tak butuh waktu lama, seorang pria kemudian mengarahkan mobil menuju tempat parkir yang agak tersembunyi di dekat tujuan kami.

Tujuan kami ialah sebuah spa yang melegenda di kalangan para pria hedonis yang disebut dengan nama RTA. Tujuan kami memang agak tersembunyi, tapi ada plang bertuliskan nama tempat itu yang dari kejauhan jalan raya sudah terlihat.

hedonis
Fasilitas spa yang membuat nyaman. (Foto: groupon)

Dari beberapa informasi yang Merahputih.com dapatkan, tempat itu menjadi bagian dari keriuhan kehidupan hedonis lebih dari dua dasawarsa. Bahkan lewat media internet, situs-situs informasi bagi pria-pria hedonis kerap menjadi trending topic.

Memasuki tempat yang menyandang predikat tempat spa dan massage, seolah memasuki dunia lain. Hanya berbatas pintu, suasananya sudah sangat berbeda. Musik keras dan menghentak langsung menyergap indera pendengaran kami.

Di lantai itu, terdapat sebuah lounge dengan beberapa sofa panjang. Seperti sebuah diskotek kecil dengan penerangan layaknya kelab malam.

Pemandangan segar dan indah, gadis-gadis seksi berpakaian minim tersaji di hadapan kami. Mereka duduk-duduk manja, bercengkrama dengan rekan mereka.

Dedi yang menjadi 'guide' terlihat sudah biasa dengan suasana itu. Ia kemudian mengambil posisi duduk agak menjauh dari para gadis seksi itu. Di keremangan, kami dapat melihat dengan leluasa ke arah gadis-gadis itu. Tidak ada istilah 'membeli kucing dalam karung' di sini.

Belum lagi minuman pesanan kami datang, seorang perempuan paruh baya menghampiri kami. Seolah kami sudah berteman lama, ia tidak ragu membuka percakapannya. Bisa jadi ini yang menjadi 'mami' dari para gadis itu.

Meskipun Dedi sudah beberapa kali ke spa itu, ia berlaku seolah-olah baru pertama kali datang ke tempat itu. Ada dua atau tiga mami yang terlihat mendekati para tamu yang baru datang. 'Mami' ini berpenampilan seperti kebanyakan pekerja kantoran yang memiliki posisi lumayan tinggi.

Mereka juga sangat santun dan ramah. Meskipun tujuan jelas menghubungkan 'anak-anak' mereka dengan para tamu, tidak ada kesan memaksa. Mereka sangat halus menawarkan anak asuh mereka yang dapat memberikan cinta sesaat. Mami mengatakan bahwa anak-anaknya masih berasal dari Pulau Jawa.

Gadis-gadis cantik nan seksi itu memiliki perawakan tinggi, berkulit putih, dan badan yang langsing bak seorang model. Mereka ialah para terapis yang memiliki 'kelebihan' lain daripada sekadar memijat. Mami menegaskan bahwa anak-anaknya ramah dan pengertian pada tamu-tamunya. Ia menjamin tamu pasti puas dengan layanan anak-anaknya.

Mami membuka paket yang tidak mungkin ditolak pria normal mana pun. Hanya bermodalkan lima lembar uang rupiah berwarna merah, pelanggan sudah mendapatkan paket lengkap. Kemudian mami menjabarkan full service sudah berupa body massage, mandi kucing, bercinta, dan diakhiri mandi bersama.

Dedi hanya tersenyum dengan promosi yang disampaikan mami. Ia mengangguk-angguk sambil berkata akan memanggil mami lagi kalau sudah selesai makan. Mami pun berlalu dan berjanji akan kembali.

Terapis cantik berpakaian minim menanti dipilih. (foto: stickboybkk)

Kepada kami, Dedi kemudian membeberkan di lantai dasar memang seperti itu. Tamu akan memilih 'terapis' yang disuka, tidak ada 'kucing dalam karung'. Semuanya transparan dan terlihat dengan jelas. Jika sudah ada terapis yang cocok, tamu akan dipersilahkan mami membayar di kasir terlebih dahulu.

Kemudian, Dedi masih bercerita tamu akan dibawa ke lantai satu pada bangunan yang sudah cukup tua itu. Suasananya terasa lebih temaram ketimbang lantai dasar. Di lantai itu, ruangan disekat untuk melakukan pemijatan yang menjadi bagian dari full service itu. Secara umum, tempat itu bersih meskipun terlihat seperti bangunan tua.

Ruangannya berukuran sekitar 5x6 meter dengan alas tidur yang dilengkapi cermin pada dindingnya untuk melihat seluruh badan bila rebahan. Kemudian terdapat shower untuk mandi yang tanpa sekat dengan alas tidur. Tentunya tak lupa penyejuk udara untuk mengusir gerahnya udara Jakarta.

Dedi masih bercerita, sebelum memasuki ruangan terapi, biasanya terapis akan meminta perlatannya. Peralatan sudah disiapkan petugas yang berada di meja sebelum memasuki area kamar bersekat itu. Para terapis membawa peralatan seperti handuk, sprei baru, minyak pijat, sabun, dan tak lupa 'sarung'.

Dedi tersenyum mengakhir ceritanya. Ia kemudian memanggil mami yang tadi diajaknya berbincang. Sang mami pun datang dengan terapis pilihan Dedi. Ia pun berlalu ke lantai satu.

Tak Ada Massage

Pengalaman lucu juga yang dituturkan pria yang sebut saja bernama Gunawan. Ia karib dipanggil Gugun. Memburu kesenangan yang berbau hedonisme bukanlah hal yang baru bagi Gugun. Ia yang sudah mencoba berbagai tempat berselubung spa belum pernah mendatangi sebuah tempat spa legendaris bernama MKA di kawasan barat Jakarta.

Tempat spa itu dekat dengan kampus dan pusat perbelanjaan yang berada di kawasan ramai pertemuan arus dari timur, utara, dan pusat. Gugun mengatakan lokasinya berada di pojokan sebuah jalan yang menjadi perlintasan menuju ke belakang sebuah pusat perbelanjaan. Karena menjadi jalan lintasan, Gugun menyarankan jangan membawa kendaraan pribadi. Terlalu terbuka untuk dikenali orang, katanya.

Sebelum memasuki tempat spa, kata Gugun harus melewati security check terlebih dahulu. Apalagi untuk tamu baru seperti dirinya, pemeriksaan menjadi sebuah keharusan. Bila membawa tas harus diperiksa oleh pihak security. Bahkan tamu harus melewati pemeriksaan layaknya berada di bandara.

Menurut Gungun waktu terbaik untuk mendatangi tempat itu ialah menjelang sore, sebab spa itu baru buka pada pukul 14.00. Berbeda dengan spa legendaris RTA yang sudah buka sebelum tengah hari. Menjelang rush hour menjadi waktu yang tepat, tamu belum terlalu padat.

Tamu akan masuk memasuki pintu yang terhubung dengan ruangan kosong yang membawa pada pintu kedua. Melewati pintu kedua itulah, menurut Gugun, kesenangan bermula. Jelas terihat pemandangan yang memanjakan pria-pria normal mana pun.

Sederetan perempuan muda duduk di bawah sinar lampu. Mereka muda, cantik, dan seksi. Dari segi fisik, terlihat mereka datang dari berbagai pelosok wilayah Nusantara. Ada sekitar 15 orang di hadapannya, dari mulai yang berwajah indo, oriental hingga wajah cantik asli Indonesia.

Ada resepsionis yang hanya pajangan, kata Gugun, tidak membantu banyak para tamu. Untungnya, ada 'mami' yang menjadi ibu asuh dari para perempuan muda itu. Namun, berbeda dengan spa di RTA yang maminya mengerti tamunya yang butuh kenyamanan.

Di sini waktu seolah tak boleh berlalu begitu saja, argo terus berdetak. Mami langsung menawarkan para anak asuhnya tanpa basa basi terlebih dahulu. Soal harga tidak jauh berbeda dengan spa RTA. Bedanya, di spa MKA, layanan langsung dipatok 1 jam untuk bersama terapis yang seksi itu. Mami meminta Rp 500 ribu untuk layanan 1 jam tanpa menjelaskan jenis layanan yang akan diberikan anak asuhnya.

Kata Gugun, harga sebanyak itu agak membingungkan juga untuk ukuran massage per 1 jam tanpa kejelasan layanan. Bisa jadi, kata Gugun, karena kualitas dari sang terapis berwajah cantik dengan postur tubuh ideal dengan dibalut pakaian minim.

Berbeda dengan maminya, anak asuh yang menjadi terapis cenderung ramah. Selalu menanggapi setiap pembicaraan tamunya. Namun terapis cantik itu baru dapat dibawa ke kamar di lantai dua setelah membayar layanan di muka terlebih dahulu. Kamarnya agak kecil jika dibandingkan dengan spa RTA dengan fasilitas yang sama, tapi lebih terasa nyaman.

Di meja di dalam kamar terdapat dua botol air mineral dan satu 'sarung', tapi tidak ada satu pun peralatan massage. Itu lah yang Gugun katakan lucu, sebuah spa tanpa peralatan massage. Ia kemudian diminta membersihkan diri dengan shower yang ada di dalam kamar yang hanya ditutupi gorden plastik.

Kemudian terapis cantik yang dipilih Gugun menggunakan pin yang didapatkan dari meja resepsionis lantai dua dan menutup pintu kamar. Lampu kamar pun dimatikan hanya menyisakan lampu yang sedikit menyinari ruangan.

Ada spa tanpa layanan pijat. (foto: ekspress-k)

Gugun bercerita ia sempat bingung dengan situasi itu. Ia membayangkan mendapatkan layanan seperti spa-spa yang pernah ia datangi sebelumnya. Logikanya, tak ada massage atau pijat dengan penerangan yang sangat minim. Benar saja, bukan massage yang didapat Gugun. Terapis tersebut langsung mengajaknya bercinta.

Cungkok

Kehadiran para gadis terapis tak bisa dilepaskan dari keberadaan spa. Spa berbau hedonisme memang mengedepankan perempuan-perempuan muda sebagai daya tariknya. Mereka datang dari berbagai wilayah di Indonesia. Kebanyakan mereka masih muda dan memiliki tubuh yang langsing. Bahkan bila dibandingkan dengan model, mereka tak kalah cantiknya.

Namun, para perempuan muda itu tak hanya datang dari Indonesia saja. Bahkan beberapa spa sempat menderetkan perempuan-perempuan asal Tiongkok dan Uzbekistan. Kehadiran para terapis impor itu menempatkan spa MKK yang berada di kawasan perniagaan di barat Jakarta sebagai pelopornya.

Yang paling banyak ialah para perempuan yang bekerja sebagai terapis dari Tiongkok yang kemudian dikenal dengan istilah cungkok. Ketika layanan terapi dengan cungkok terpromosi dari mulut ke mulut penikmat hedonisme, mereka kemudian menjadi buruan dalam menu pria hedonis.

Padahal, untuk mendapatkan layanan cungkok tidak murah, lebih dari hitungan Rp 1 juta. Sayangnya, pelayanan yang diberikan para terapis asal Tiongkok itu tidak senyaman terapis lokal. Kebanyakan mereka melayani dengan cepat, seolah argo meter terus berputar. Kendala lainnya ialah masalah bahasa yang membuat komunikasi tidak terlalu lancar.

Menurut sumber Merahputih.com yang pernah terjun ke bisnis spa plus plus itu, ia mendapatkan pasokan dari spa lain yang tidak jauh dari lokasinya. Kedua spa yang menjadi tujuan para pria hedonis itu mendapatkan para cungkok dari agensi yang sudah mereka kenal.

Agensi yang berhubungan dengan mereka dikenal memang menjadi penyalur para cungkok untuk spa-spa bagi para hedon yang ada di Jakarta. Tak mengherankan jika kemudian demam terapis asal Tiongkok merebak di Jakarta, beberapa tahun yang lalu.

Hal itu pula yang kemudian membuat sebuah spa yang berada di utara Jakarta kemudian memonopoli agen. Agen penyalur cungkok itu hanya diperbolehkan menyalurkan kepada spa itu. Hal tersebut kemudian membuat tempatnya dahulu bekerja menghentikan layanan dengan cungkok itu.

Meskipun sudah tidak ada terapis impor, tempatnya bekerja itu masih tetap ramai. Klub malam dan karaokenya masih tetap ramai didatangi pencari hiburan malam. Begitu juga dengan spanya tak pernah kekurangan tamu.

Untuk ukuran spa kebanyakan, spa MKK merupakan spa yang lebih mewah dan bagus. Spa itu tidak hanya dilengkapi dengan kolam air panas, air dingin, dan air normal, juga dengan peralatan fitnes. Pun dengan dua kamar privat yang dilengkapi jacuzzi dan sauna di dalam kamar. Hanya saja untuk mendapatkan terapis di sana berdasarkan nomor. Tidak ada yang tahu wujud si terapisnya.

Jakarta Tempatnya

Sudah menjadi rahasia umum, hiburan 'lain' tersedia di Jakarta. Terutama di malam hari. Bisa dibilang itu merupakan sisi gelap Ibu Kota. Yang paling marak hingga saat ini ialah panti pijat.

Bukan sekadar layanan menghilangkan rasa pegal, melainkan ada layanan plus yang diincar pria hidung belang, yaitu layanan vitalitas. Meskipun tidak diketahui secara pasti kapan layanan tersebut mulai ada. Seakan tempat hiburan seperti spa memang pasti memiliki layanan 'lain' itu.

"Enggak ada yang tahu plus-plus kapan kalau ngomongin tahun kan? Selama entertainment udah ada, spa udah ada, pasti di sana ada prostitusinya," papar Moammar Emka, penulis buku Jakarta Undercover yang mengulas kehidupan malam Jakarta saat dihubungi Merahputih.com melalui telepon.

Namun, tidak bisa dibohongi, hiburan yang melayani vitalitas memang sudah menjadi bagian hidup warga Ibu Kota yang menjadi gaya hidup, terutama bagi para lelaki. Siapa pun pasti akrab dengan hiburan seperti itu walaupun hanya ingin tahu.

hedonis
Jakarta masih menyimpan hiburan hedonis. (Foto: pinterest)

"Intinya, kalau ngomongin kemanjaan model spa, pijit, dan sebagainya, Jakarta nomor satulah!" tambahnya.

Pijat plus pun tidak hanya tersedia di malam hari. Dari siang pun ada panti pijat plus yang sudah mulai beroperasi. Dengan kedok panti pijat 'benar', bar, hingga salon. Seperti salah satu panti pijat plus yang berada di kawasan perniagaan baru yang berada di jalan arteri di selatan Jakarta.

Sebut saja panti pijat A1. Kini panti pijat plus tersebut memiliki dua cabang yang terletak berdekatan, kira-kira hanya 200 meter, bernama A2. Layanan yang diberikan hampir sama dari kedua cabang itu. Bedanya, fasilitas yang disediakan A2 dilengkapi sauna dan whirlpool, serta kamar yang bisa disewa layaknya hotel.

Di A2, perempuan pemijat akan disediakan di dalam ruangan akuarium kaca, lelaki hidung belang tinggal memilih kriteria perempuan incarannya. Sementara itu, di A1 terapis akan berkumpul di bar, pengunjung tinggal pilih.

Dengan jasa Rp 210 ribu A1 dan A2 akan memberikan layanan pijat serta diakhiri dengan metode percintaan yang lain. Khusus di A2, layanan bercinta dengan terapis dibanderol Rp 400 ribu. Semua layanan tanpa memberikan tip lagi.

Ada pula panti pijat plus yang terletak di kawasan Mangga Besar, Jakarta Pusat. Sebut saja panti pijat H. Di sana terapis yang akan melayani para pria hedon ialah wanita berumur 30 tahun ke atas, atau bahasa kerennya tante-tante.

Banyak pria datang ke tempat itu karena penasaran dengan kemampuan wanita lebih tua karena sudah banyak pengalaman dalam urusan bercinta. Benar saja, dengan membayar jasa Rp 380 ribu dan tip Rp 50 ribu, rasa penasaran pun terbayar. Layanan yang diberikan 'all in'. Untuk kedua panti pijat yang telah disebutkan tadi, mayoriras memiliki terapis yang berasal dari daerah Jawa Barat, dan Jawa Tengah.

Lebih lanjut, mengunjungi panti pijat intinya menjadi gaya hidup yang tidak terelakkan. Namun, semuanya kembali ke tujuan masing-masing. Panti pijat atau spa seperti apa yang ingin dikunjungi, dan maksud seperti apa yang dijadikan tujuan mengunjugi tujuan tersebut.

"Intinya, bahwa hiburan itu mau plus-plus atau enggak ya itu udah jadi gaya hidup sebagian masyarakat perkotaan. Spa, pijat, nge-gym, party, itu gaya hidup. Bahwa kemudian di dalamnya ada plus-plus atau enggak itu pilihan orang kan," tegas Emka.

Pencegahan atau penutupan tempat seperti itu akan dilakukan jika terbukti secara langsung melanggar asusila. Serta jika ditemukan kegiatan pengedaran dan penggunaan obat-obatan terlarang. Tindakan tegas dari pemerintah akan segera dilancarkan.

"Yang pasti kalau emang terbukti narkoba tangkap. Kalau tempatnya sebagai sarang narkoba ya udah tutup tempatnya. Kalau terbukti prostitusi ya tutup, kalau terbukti ya, lagi-lagi itu (terbukti)," sambungnya.

Emka pun menyinggung Pergub No 18 Tahun 2018 yang mengatur tentang penyelenggaraan usaha pariwisata. Ia berharap peraturan tersebut bisa dimanfaatkan sebijak mungkin bagi pemerintah DKI Jakarta dalam menangani tempat seperti itu.

"Tapi situasinya ialah karena sudah jadi gaya hidup, ya udah jadi industri besar. Jadi kalau tiba-tiba timbul wacana adanya pergub untuk mengatur agar lebih tertib ya bisa dibilang jadi susah-susah gampang, jumlahnya ribuan.Yang penting undang-undangnya enggak salah digunakan," pungkasnya. (ikh, ryn, psr).

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan