Soundwich: Babak Terakhir, saat Tangerang Raya Menutup Perjalanan Musik dengan Bunyi dan Pelukan

Jumat, 31 Oktober 2025 - Dwi Astarini

MERAHPUTIH.COM - SUASANA di Minimal Kopi, Pamulang, Tangerang Selatan, terasa berbeda pada Minggu (25/10) sore itu. Ratusan orang berbondong-bondong memenuhi halaman kafe yang berubah menjadi ruang pertunjukan terbuka. Di bawah langit yang sempat diguyur hujan deras, Soundwich, sebuah proyek musik kolektif yang telah mengumpulkan 12 bebunyian dari musisi, solois, dan rapper Tangerang Raya—menggelar showcase terakhir.

Meskipun cuaca sempat tak bersahabat, semangat penonton tak surut sedikit pun. Begitu langit mulai cerah, dentuman bass dan suara instrumen yang disetel di atas panggung seolah memanggil mereka untuk berkumpul lebih dekat. Sekitar 600 orang memadati area moshpit, menciptakan lautan kepala yang bergerak dalam satu irama. Di antara mereka, tampak rombongan Balada Dongkap, sebutan untuk penggemar band punk rock asal Bandung, Dongker. Mereka datang jauh-jauh dari Jakarta, Bogor, Bekasi, Tangerang, hingga Bandung.

Showcase pamungkas Soundwich menghadirkan tiga penampil utama, yaitu The Jems, Santasantap, dan Azel. Ketiganya merupakan bagian dari deretan musisi yang dipilih melalui perjalanan panjang Soundwich sejak Juni 2025. Acara ini juga semakin semarak dengan penampilan spesial dari Timur, serta band punk rock asal Bandung, Dongker, yang sukses memanaskan suasana menjelang penutupan. Malam itu ditutup dengan lantunan ritme elektronik dari DJ Set Bintaro Bawah Tanah x Saos Media, membawa atmosfer kolektif yang intens menuju klimaksnya.

Bagi banyak pengunjung, malam itu bukan sekadar konser, melainkan sebuah perayaan atas perjalanan musik yang membentuk wajah baru skena Tangerang Raya. Soundwich telah menjadi ruang hidup bagi berbagai genre, dari hardcore, dream-pop, reggae, hingga punk mentah, yang bersatu di bawah satu semangat: kebebasan berekspresi.

Band The Jems, misalnya, tampil dengan energi yang meledak-ledak. Unit hardcore asal Tangerang ini dikenal dengan karakter musik yang keras, padat, dan jujur, mencerminkan realitas kota industri dengan segala kemacetan, gang sempit, serta dinamika sosial politiknya. Sebagai salah satu Top 3 Soundwich, aksi mereka malam itu jadi bukti bahwa hardcore Tangerang masih punya taring dan relevansi.

Baca juga:

Stevan Pasaribu Tunjukkan Kedewasaan Musikal lewat Single 'Beri Aku Kesempatan'



Dari sisi yang lebih lembut, Azel membawa penonton ke dalam suasana melankolis nan sinematik lewat single terbarunya, Imprisoned. Lagu ini digadang sebagai pembuka album debutnya itu memadukan nuansa dream-pop dan pendekatan personal yang emosional, seolah mengajak pendengar menelusuri ruang batin yang sunyi di tengah keriuhan dunia luar.

Sementara itu, Santasantap, duo asal Thursday Market, Tangerang, menebar aura perdamaian melalui irama woyo dan sentuhan Jamaican sound yang hangat. Setiap petikan gitar dari Wisnu dan Rinda seolah jadi mantra penyejuk setelah energi keras dari penampilan sebelumnya. Santasantap menjadi representasi keberagaman bunyi Tangerang yang bersatu dalam satu napas kolektif.

Namun, malam itu bukan hanya tentang para penampil dari Tangerang Raya. Dongker, kuartet punk mentah asal Bandung, menjadi magnet utama bagi banyak penonton. Sejak merilis debut album Ceriwis Necis di 2024, nama mereka kian melejit di kancah punk nasional. Lagu Bertaruh Pada Api yang mereka bawakan malam itu seakan menjadi antem generasi muda yang gelisah dan tidak puas terhadap situasi ekonomi-politik hari ini. Sorak sorai Balada Dongkap memenuhi udara, menegaskan bahwa punk masih hidup, masih marah, dan masih punya suara.

Showcase ini menjadi penutup perjalanan panjang Soundwich yang berlangsung sejak Juni hingga November 2025. Setelah rangkaian hearing session dan showcase di berbagai titik Tangerang Raya, proyek ini akan berlanjut ke tahap akhir: rekaman album kompilasi Soundwich. Nantinya, 12 musisi terpilih akan melakukan rekaman format live session, menghadirkan lagu-lagu baru yang hanya akan tersedia secara eksklusif di album tersebut.

Bagi banyak orang, Soundwich bukan sekadar proyek musik, melainkan juga sebuah gerakan kultural—merekam denyut Tangerang Raya lewat suara, lirik, dan kolaborasi lintas genre. Di showcase terakhir ini, semua itu berpuncak dalam satu malam penuh energi, dengan musik menjadi jembatan antara kota, komunitas, dan kenangan.

Ketika dentuman terakhir dari DJ Bintaro Bawah Tanah x Saos Media memudar, satu hal menjadi jelas: Soundwich mungkin menutup panggungnya, tapi gema bunyinya akan terus bergema di hati setiap orang yang pernah hadir dan mendengarnya.(Far)




Baca juga:

Soundwich 2025 Resmi Rampung: 12 Musisi Terpilih Wakilkan Energi Tangerang Raya

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan