Sejumlah Masalah Kesehatan Bisa Muncul Akibat Cuaca Panas Ekstrem, Ini yang Harus Dilakukan
Kamis, 16 Oktober 2025 -
MerahPutih.com - Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Kantor Regional Asia Tenggara 2018-2020 Prof Tjandra Yoga Aditama meminta Pemprov DKI Jakarta lewat Dinas Kesehatan untuk memberikan penyuluhan kepada masyarakat terkait dampak dari cuaca panas. Menurutnya, sejumlah masalah kesehatan bisa muncul akibat cuaca panas ekstrem.
"Selain oleh Dinas Kesehatan Jakarta, maka penyuluhan juga dapat dilakukan oleh seluruh aparat pemerintah kota di semua tingkatan sampai Kelurahan dan RT RW juga," katanya, Kamis (16/10) dikutip dari Antara.
Adapun masalah kesehatan yang bisa muncul sebagai dampak antara lain sengatan panas (heatstroke), dehidrasi, keracunan makanan akibat bakteri yang lebih cepat berkembang biak, serta kelelahan akibat panas.
Dia pun mengingatkan agar masyarakat sedapat mungkin berada di tempat teduh, tidak terkena matahari langsung, terutama pada tengah hari, serta mengonsumsi air mineral minimal delapan gelas sehari.
Baca juga:
Tanggapi BMKG soal Cuaca Ekstrem, Gubernur Pramono: Jakarta Aman, yang Penting Hatinya Enggak Panas
"Wajib sekali banyak minum, baik kalau bisa lebih dari delapan gelas sehari," ujar Tjandra, yang juga Ketua Majelis Kehormatan Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI).
"Wajib sekali banyak minum, baik kalau bisa lebih dari delapan gelas sehari," ujar Tjandra.
Dia juga meminta masyarakat jangan menambah panas dengan paparan mesin atau asap di ruang tertutup karena berpotensi mengalami keracunan gas, serta jangan menambah panas dengan membakar sampah.
Apabila mengalami gejala tidak enak, seperti pusing, lemah dan lainnya, maka disarankan agar segera beristirahat, dan jika berlanjut, segera konsultasikan ke petugas kesehatan.
"Tentu yang lebih perlu waspada lagi adalah mereka dengan daya tahan tubuh rendah, para lansia dan mereka dengan gangguan imunitas," ungkap Tjandra.
Sebelumnya BMKG menjelaskan bahwa fenomena cuaca panas yang melanda sebagian besar wilayah Indonesia disebabkan posisi gerak semu matahari yang berada di selatan ekuator pada Oktober dengan suhu maksimal 36,7 derajat Celcius. Fenomena itu diprakirakan terjadi hingga November 2025.