Sedang Trend, Ini Arti Quiet Quitting yang Sebenarnya
Selasa, 23 Agustus 2022 -
SETELAH bertahun-tahun menggaspol karyawan dengan kerja lembur, banyak perusahaan kekurangan pekerja atau karyawannya. Satu per satu mundur karena berbagai alasan. Beberapa stres, lainnya kelelahan.
Tren bahasan baru pun muncul di TikTok : quiet quitting atau berhenti diam-diam. Beberapa orang berpikir bahwa quiet quitting berarti pekerja melakukan pekerjaan seminimal mungkin. Namun, sesungguhnya tidak demikian maknanya.
Kathy Caprino, career coach yang berbasis di Connecticut, Amerika Serikat, menekankan bahwa quiet quitting bukan berhenti bekerja. "Ini tentang berhenti melakukan pekerjaan yang melampaui kapasitas posisi dan jabatan serta tidak mendapatkan kompensasi," kata penulis buku The Most Powerful You: 7 Bravery-Boosting Paths to Career Bliss.
Karyawan yang melakukan quiet quitting masih unggul dalam pekerjaan mereka, tetapi mereka tidak bekerja lembur untuk melakukannya. Demikian dikatakan mantan konsultan teknik, Paige West, kepada CNN.
"Selama saya masih bekerja jam sembilan pagi hingga lima sore, saya masih bekerja 40 jam seminggu. Saya masih memenuhi tugas pekerjaan saya. Saya hanya menghilangkan perasaan stres yang saya miliki," ujarnya.
Baca juga:

Menurut Chris Edmons, CEO The Purposeful Culture Group S, yang juga mendirikan kantor konsultan yang berbasis di Colorado, AS, pergeseran tenaga kerja yang drastis selama pandemi menyebabkan munculnya quiet quitting.
Perusahaan telah memberikan tanggung jawab tambahan pada pekerja. Beberapa pekerja tidak siap menghadapi pandemi dan banyak yang akhirnya mengundurkan diri.
"Banyak pekerja juga frustasi ketika manajer bersikeras pada aturan tertentu seperti kembali bekerja tatap muka di kantor, yang menciptakan lebih banyak kelelahan dan stres," kata Edmonds.
Evaluasi prioritasmu
Meninggalkan beberapa tugas atau pekerjaan yang berada di luar deskripsi kerjaanmu (job desc) bukanlah solusi yang berkelanjutan. "Ada cara lain untuk mencapai apa yang kamu inginkan," lanjut Edmonds.
Octavia Goredema, penulis buku Prep, Push, Pivot: Essential Career Strategies for Underrepresented Women, memberikan sarannya. Untuk menetapkan batasan dalam karier, kamu perlu mempelajari apa batasan diri.
"Cara tercepat untuk burn out adalah jika kamu tidak menghargai apa yang paling penting bagi dirimu," katanya. Bagi sebagian orang, itu artinya pulang tepat waktu dan bukan lembur dua jam.
Baca juga:

Pekerja harus bertanya pada diri sendiri tugas apa yang paling utama dan mana yang tidak terlalu penting. Dari sana, kamu dapat mengetahui prioritas apa yang perlu dipenuhi dalam karier.
Edmonds menyarankan, setelah kamu menentukan kebutuhan yang diperlukan agar sukses dan bahagia di perusahaan, yang terbaik adalah berbicara dengan atasan untuk mendapatkan pemahaman. Komunikasi adalah kuncinya.
Jika kamu berhenti melakukan beberapa tugas karena itu di luar deskripsi kerjaan, kamu bisa terlihat malas, apalagi jika atasan menganggap itu adalah bagian dari pekerjaanmu.
"Bahkan ketika menjalankan tim saya sendiri, jika saya tiba-tiba berhenti melakukan pekerjaan yang semua orang anggap akan saya lakukan, akan ada masalah dan segalanya akan gagal," kata Caprino.
Kalau tujuanmu adalah untuk mendapatkan kompensasi yang adil untuk pekerjaan tambahan yang telah dilakukan, sampaikan fakta kepada atasan tentang kinerja itu dan apa yang telah dicapai sejauh ini. (aru)
Baca juga:
4 Tips Menjaga Kesehatan Pikiran saat Aktivitas Mulai 'Burn Out'