Science Film Festival Kembali Hadir, Angkat Tema “Emisi Nol Bersih dan Ekonomi Sirkular”
Rabu, 16 Oktober 2024 -
MerahPutih.com - Science Film Festival kembali menyapa pencinta film dalam edisi ke-15. Kali ini Science Film Festival datang untuk para siswa-siswi SD sampai SMA di 100 kabupaten/kota secara hibrida mulai 15 Oktober hingga 30 November 2024.
Tahun ini, festival yang diinisiasi Goethe-Institut tersebut menyoroti tema “Emisi Nol Bersih dan Ekonomi Sirkular” melalui film-film internasional dan sejumlah eksperimen sains yang menyenangkan.
Film-film tersebut dijadwalkan diputar bergantian secara luring di sekolah-sekolah, universitas, pusat sains, komunitas, serta secara daring via Zoom. Festival ini menjangkau berbagai kota dan kabupaten seperti Ambon, Bandung, Buol Toli-Toli, Deli Serdang, Ende, Fakfak, Karo, Matauli Pandan, Poso, Pulau Buru, Surabaya, Waibakul, Yogyakarta, dan masih banyak lagi.
“Kami percaya, sains bisa menjadi sesuatu yang seru dan menyenangkan. Melalui film-film bertopik ilmiah dari berbagai negara, kami ingin memantik kreativitas dan inspirasi anak dan remaja di Indonesia," ujar Direktur Goethe-Institut Wilayah Asia Tenggara, Australia, dan Selandia Baru Constanze Michel, dalam keterangan resminya yang diterima, Rabu (16/10).
Baca juga:
Film Indonesia 'Air Mata Buaya' Tayang di Festival Film Toronto
Tema yang diangkat tahun ini menegaskan kebutuhan yang mendesak akan aksi-aksi lingkungan yang tak sekadar menyasar penurunan emisi gas rumah kaca global demi menjawab tantangan perlindungan iklim.
Bukti-bukti baru yang dihasilkan penelitian menunjukkan, penurunan emisi CO2 saja tidak cukup untuk menghentikan perubahan iklim. Agar target-target dalam Persetujuan Paris tentang Iklim dapat dipenuhi, transisi cepat menuju Emisi Nol Bersih karbon mutlak diperlukan.
Di lain hal, Direktur Jenderal Kebudayaan, Kemendikbudristek, Hilmar Farid, menyampaikan bahwa tema tahun ini sangat mencerminkan pentingnya budaya di zaman kita. Ia menambahkan bahwa mengatasi perubahan iklim dan menerapkan praktik berkelanjutan bukan hanya tantangan ilmiah atau ekonomi, namun pada dasarnya adalah budaya.
"Dengan mempromosikan prinsip-prinsip emisi nol bersih dan ekonomi sirkular, kami menganjurkan perubahan budaya menuju keberlanjutan, tanggung jawab, dan pengelolaan planet kita,” ujar Hilmar. (ikh)