Rabu Wekasan: Tradisi Jawa di Rabu Terakhir Bulan Safar dan Maknanya

Rabu, 04 September 2024 - ImanK

MerahPutih.com - Rabu Wekasan, atau sering disebut juga Rebo Wekasan atau Rabu Pungkasan, adalah salah satu tradisi yang masih dilestarikan oleh masyarakat Jawa.

Tradisi ini berlangsung pada hari Rabu terakhir di bulan Safar menurut kalender Hijriah. Di tahun 2024, Rabu Wekasan jatuh pada tanggal 4 September, sesuai dengan kalender Hijriah yang dikeluarkan oleh Kementerian Agama RI.

Pada tahun ini, bulan Safar dimulai pada 6 Agustus dan berlangsung hingga 4 September, menandakan Safar digenapkan menjadi 30 hari.

Apa itu Rabu Wekasan

Rabu Wekasan
Ilustrasi doa. Foto Freepik

Sejarah dan Makna Rabu Wekasan

Secara bahasa, Rebo dalam bahasa Jawa berarti Rabu, dan Wekasan berarti terakhir atau akhir. Oleh karena itu, Rabu Wekasan dapat diartikan sebagai Rabu Terakhir di bulan Safar.

Tradisi ini merupakan bagian dari Islam Nusantara yang telah ada sejak lama dan masih dipraktikkan hingga sekarang di berbagai wilayah, termasuk di Pati, Kudus, dan daerah Pantura Timur Jawa.

Menurut sejarah yang dirujuk dari kitab Kanzun Najah wa Surur fi Fadhail al Azminah wa Shuhur karya Abdul Hamid Quds, setiap tahun pada hari Rabu terakhir di bulan Safar, Allah SWT menurunkan 320.000 macam bala atau bencana ke bumi.

Tradisi ini dianggap sebagai bentuk upaya spiritual untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, dengan harapan agar dijauhkan dari bala dan bencana.

Ritual dan Amalan dalam Rabu Wekasan

Pada hari Rabu Wekasan, masyarakat Jawa biasanya melaksanakan beberapa ritual dan amalan khusus, yang meliputi:

Perbedaan Pendapat Ulama

Meskipun tradisi ini populer, terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama terkait amalan sholat khusus pada Rabu Wekasan. Syeikh Abdul Hamid bin Muhammad Quds al-Maki dalam kitab Kanz al-Najah wa al-Surur menyebutkan bahwa sholat pada hari ini boleh dilakukan, namun tidak dengan niat khusus untuk Rabu Wekasan, melainkan sebagai sholat sunnah mutlak.

Beberapa ulama lain berpendapat bahwa tidak ada dalil syar'i yang mendasari amalan ini, sehingga menganggapnya tidak perlu dilakukan.

Relevansi dan Nilai Sosial Rabu Wekasan

Rabu Wekasan tidak hanya memiliki makna spiritual, tetapi juga mempererat hubungan sosial antaranggota masyarakat. Tradisi ini mendukung kohesi sosial melalui kegiatan gotong royong, doa bersama, dan berbagi makanan.

Selain itu, Rabu Wekasan menjadi momen refleksi bagi banyak orang untuk merenungkan perjalanan hidup mereka dan memperbaharui niat baik untuk masa depan.

Bagikan

Baca Original Artikel

Berita Terkait

Bagikan