Perkembangan Kecerdasan Buatan Berpotensi Perburuk Ketimpangan Gender, IAII Hadir Wujudkan Ekosistem AI nan Inklusif

Senin, 24 Maret 2025 - Dwi Astarini

MERAHPUTIH.COM - KEHADIRAN kecerdasan buatan (AI) membawa tantangan dan risiko. Meski begitu, AI membuka banyak peluang transformasi signifikan di berbagai sektor, termasuk pendidikan, industri, dan pemerintahan. Kecerdasan Buatan (AI) merupakan salah satu teknologi utama yang mendorong Revolusi Industri Keempat.

Menteri Komunikasi dan Digital Indonesia Meutya Hafid, dalam sambutannya di webinar bertajuk AI untuk Perempuan: Membuka Peluang Lebih Besar & Bekerja Lebih Efisien, pekan lalu, mengingatkan kita harus menyadari bahwa AI membawa tantangan dan risiko tertentu. Salah satu risiko yang paling signifikan, menurutnya, ialah dampak terhadap pekerja perempuan.

"Otomatisasi yang didorong AI dapat mengancam pekerjaan-pekerjaan yang selama ini didominasi oleh kaum perempuan. Jika kita tidak mengambil langkah yang tepat kesenjangan digital antara laki-laki dan perempuan bisa semakin melebar,” ujarnya.

Senada dengan Meutya, perwakilan UN Women untuk Indonesia dan Liaison ASEAN Ulziisuren Jamsran mengungkap kemajuan teknologi dan digitalisasi yang cepat telah menyoroti tantangan yang terus ada, khususnya kesenjangan gender dalam akses dan penggunaan teknologi. "Meskipun semakin banyak perempuan di seluruh dunia yang terhubung ke internet setiap tahun, hanya 20 persen perempuan di negara-negara berpenghasilan rendah yang daring,” jelasnya.

Baca juga:

Iseng Tanya ke ChatGPT, Pria Norwegia Disebut Bunuh 2 Anaknya dan Dipenjara 21 Tahun, kini Ia Menuntut Platform Kecerdasan Buatan Itu



Meski terdapat tantangan yang sedemikian rupa, ia mengemukakan AI memiliki potensi yang sangat besar untuk mempercepat kesetaraan gender. Di Indonesia, adopsi AI akan memberikan efek siginifikan. Pada 2030, AI diproyeksikan akan memberikan kontribusi antara 2,83 persen dan 3,67 persen terhadap PDB Indonesia, atau setara dengan USD 366 miliar.

Indonesia diidentifikasi sebagai global leader dalam adopsi AI di tempat kerja. Sebesar 92 persen pekerja kantor menggunakan generative AI. Potensi yang bersar ini tidak bisa membuat kita terlena. “Saat ini Indonesia menempati peringkat ke-46 dari 62 negara dalam Global AI Index 2023. Hal ini menekankan pentingnya investasi berkelanjutan dalam infrastruktur digital dan adopsi AI yang merata. Sangat penting untuk mengatasi kesenjangan ini dan memastikan bahwa manfaat AI dapat dinikmati secara adil di seluruh sektor masyarakat,” ujar Ulziisuren mengingatkan.

Dalam menjawab tantangan menghadirkan kecerdasan buatan nan inklusif, diluncurkanlah Indonesia AI Institute (IAII) yang diinisiasi Iim Fahima Jachja, Dr Ayu Purwarianti, dan Noudie de Jong. Indonesia AI Institute menjawab kebutuhan ini dengan menjadi lembaga penelitian yang didedikasikan untuk pengembangan, literasi, dan penerapan Kecerdasan Buatan (AI) di Indonesia.

“IAII Didirikan dengan visi yang jelas yakni meningkatkan literasi dan kemampuan AI di masyarakat Indonesia, dan mempromosikan inovasi dan penelitian di bidang AI yang menjawab kebutuhan lokal dan nasional," kata Iim Fahima Jachja, Founder Indonesia AI Institute, Queenrides, dan Young Global Leader of the World Economic Forum.

Pendiri lain Indonesia AI Institute yang lain Dr Ayu Purwarianti, yang juga peneliti pada Pusat AI Institut Teknologi Bandung, mengungkapkan pihaknya tengah melakukan penelitian dan riset pemanfaat AI di bidang ekonomi dan pendidikan. Selain itu, IAII juga merilis buku panduan membangun chatbot yang bisa dimanfaatkan dalam membangun costumer engagement.

Berbagai inisiatif yang dilakukan Indonesia AI Institute sejalan dengan tujuan transformasi digital Indonesia, yang mendorong transparansi dan daya saing dalam perekonomian sekaligus mendorong pertumbuhan berkelanjutan.

"Kehadiran Indonesia AI Institute ini membuktikan bahwa kolaborasi dan juga inovasi adalah kunci dalam membuka potensi besar kecerdasan buatan di Indonesia. Kita semua telah menyaksikan bagaimana Artificial Intelligence atau AI telah menjadi katalis utama dalam berbagai transformasi digital di berbagai sektor," kata Menkomdigi.(*)

Baca juga:

Kecerdasan Buatan Bisa Tawarkan Cara Pandang Agama Secara Inklusif Untuk Solidaritas Sosial

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan