Perjuangan Pekerja Negeri Aing di Masa Pandemi dalam 6 Episode Film Dokumenter

Sabtu, 13 November 2021 - Ikhsan Aryo Digdo

SEPERTI apa perjuangan para pekerja di masa pandemi? Ada dari mereka yang kehilangan pekerjaan karena pengurangan karyawan di tempat mereka bekerja. Aktor teater pun kehilangan panggung untuk tampil, lantaran di masa pandemi setiap orang diimbau untuk menghindari kerumunan, seperti di teater.

Kamu dapat mengetahui kisah hidup mereka yang berjuang di masa pandemi ini melalui sebuah film dokumenter. Terdiri dari enam episode, film dokumenter CARRY ON - STORIES IN THE TIME OF CORONA menceritakan kisah para pekerja berjuang di masa pandemi dengan segala keterbatasan. Dokumenter persembahan Canon ini digarap oleh salah satu EOS Creator Indonesia, Reyhan Aliy menggunakan kamera mirrorless full-frame. Film ini akan tayang di Channel Youtube brand tersebut.

Baca Juga:

Aktris Negeri Aing Jago Bela Diri, Awas Ditendang Bisa Baper

Reyhan melalui film ini mencoba menceritakan tentang kondisi para pekerja yang ada di sekitar kita dengan melihat segala ciri khas tokoh di dalamnya. Ada pula pelajaran tentang bagaimana cara mereka untuk tetap bertahan di tengah pandemi.

"Kami melihat kondisi ini justru menjadi satu titik balik bagi semua orang untuk bisa bangkit dari semua keterbatasan. Karena pandemi dirasakan oleh semua orang, tidak memandang dari tingkat sosial, gender dan usia," ujar Monica Aryasetiawan, Canon Business Unit Director pt. Datascrip pada temu pers daring beberapa waktu lalu.

Episode 1: Bulanan jadi Harian

Episode pertama ini menceritakan sosok bernama Hidayat yang merupakan seorang mantan pegawai di perusahaan percetakan yang di-PHK karena omzet perusahaannya yang terus merugi. Meski begitu, Hidayat tak patah semangat, ia tetap berjuang dan terus berusaha memenuhi kebutuhan keluarganya mulai dari bekerja sebagai kuli serabutan, hingga supir ojek online.


Episode 2: Geladi dari Kamar

Episode ini menceritakan seorang aktor teater yang mendadak kehilangan panggung ketika pandemi COVID-19 datang. Ia harus memutar otak untuk mencari penghasilan demi memenuhi kebutuhannya. Aktor teater bernama Muhammad Afrizal ini merasakan hobi dan finansial sama-sama jatuh menggelinding. Namun setelahnya, hal itu menjadi rutinitas keseharian. Tidak ada katarsis, tidak ada opsi, tidak ada jaminan kapan kehormatan panggung dapat direbut kembali.

Episode 3: Guru Selamanya. (Foto: Istimewa)

Episode 3: Guru Selamanya

Guru Selamanya mengisahkan tentang seorang guru honorer yang berlokasi di Cikalongkulon bernama Deni yang tak kenal lelah mengajarkan pada muridnya berbagai pelajaran hidup. Kesederhanaan dan ketulusan untuk tetap berjuang di tengah keterbatasan merupakan gambaran seorang Deni.

Episode 4: Perawat Sejak Pikiran

Episode 4 ini bercerita tentang Minola Rivai atau biasa dipanggil Mimi, seorang ibu dua anak yang berprofesi sebagai perawat untuk pasien rawat rumah (homecare) yang juga melayani pengetesan rapid-antigen. Mimi bercerita tentang bagaimana dirinya berhadapan dengan situasi pandemi COVID-19, mulai dari dilematis memilih antara pengabdian menjadi seorang perawat atau keluarga sendiri, hingga pengalaman unik para pasien positif COVID-19 yang ia rawat untuk sehat kembali.

Baca Juga:

Habis Nonton Film Horor Aing Tidak Takut Kok

Episode 5: Jadi Ayah Sepenuhnya

Muhammad Hamidun atau Dudun berprofesi sebagai Wedding Photographer dan baru saja diberkahi seorang anak. Ketika COVID-19 menyerang, seketika ia kehilangan order pekerjaan karena dilarangnya acara resepsi pernikahan. Perannya sebagai ayah dipertaruhkan, hingga akhirnya ia beralih menjadi penjual produk makanan demi bisa bertahan hidup dibantu oleh istrinya.

Akan tayang di Youtube. (Foto: Unsplash/Szabo Viktor)

Episode 6: Goyang Tulang Punggung

Nia Izzati, seorang biduan dangdut sekaligus ibu dua anak harus berjuang seorang diri untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mulai dari makan, hingga kebutuhan lainnya tanpa didampingi oleh suami.

Namun, keadaan berubah saat pandemi COVID-19 datang. Situasi sulit membuatnya berhenti dari profesi tersebut yang merupakan sumber pendapatan utama karena sepinya permintaan untuk tampil. Demi memenuhi kebutuhan kedua anaknya, Nia pun rela bekerja apa saja, mulai dari supir, pelayan cafe, hingga kurir jualan online.

"Kami harap film seri dokumenter ini dapat menginspirasi dan menyampaikan pesan kepada penonton di Indonesia untuk tetap bangkit," tutup Monica. (ikh)

Baca Juga:

Piala Citra Festival Film Indonesia Sempat Berubah-Ubah, Mengapa?

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan