Perjalanan Karier Seorang Ricky Siahaan: Gitaris dengan Sentuhan Cerdas hingga Warisan untuk Panggung Musik Keras Indonesia

Minggu, 20 April 2025 - Ananda Dimas Prasetya

MerahPutih.com - Penampilan Seringai di 'Gekiko-Fest 2025' pada Sabtu (19/4) di Tokyo, Jepang menjadi panggung terakhir bagi sang gitaris, Ricky Siahaan.

Ia dikabarkan berpulang setelah menyelesaikan set di penutupan tur Jepang Seringai setelah mendapati serangan jantung. Kesedihan ini begitu mendadak. Namun, distorsi yang tercipta di setiap lagu Seringai tak akan pernah padam.

Dengan riff-riff tajam dan energi panggung yang membara, Ricky telah memainkan peran penting dalam membentuk identitas musikal Seringai selama lebih dari dua dekade.

Karier Bermusik Ricky Siahaan

Sebelum menjadi bagian dari Seringai, Ricky sudah malang melintang di dunia musik bawah tanah. Ia dikenal sebagai musisi dengan kecintaan tinggi terhadap musik metal, punk, dan hardcore.

Pengaruh ini kemudian terbawa kuat dalam gaya bermain gitarnya yang lugas namun penuh karakter. Bersama Arian13 (vokal), Sammy Bramantyo (bass), dan Edwin Apriliano (drum), Ricky membentuk Seringai yang kemudian berkembang menjadi ikon musik keras lokal.

Baca juga:

Gitaris Seringai, Ricky Siahaan, Meninggal Dunia

Sebagai gitaris, Ricky tidak hanya dikenal karena kemampuannya dalam menciptakan riff-riff berat, tapi juga karena pendekatannya yang cerdas terhadap musik.

Ia mampu menyatukan unsur metal klasik, hardcore punk, hingga stoner rock, menjadi satu kesatuan khas yang menjadi ciri khas Seringai. Tak jarang, permainan gitarnya juga memuat elemen groove yang membuat musik mereka tetap 'menggigit' tanpa kehilangan rhythm yang dinamis.

Ricky juga dikenal sebagai sosok yang sangat memperhatikan detail produksi. Dalam proses kreatif Seringai, ia berperan aktif dalam menyusun aransemen dan memastikan setiap lagu punya kekuatan musikal yang solid, tak hanya sekadar 'keras'.

  • Lebih dari Sekadar Gitaris

Di luar Seringai, Ricky Siahaan juga aktif di berbagai proyek lain, baik sebagai musisi maupun pengamat musik. Ia pernah terlibat dalam pembuatan film dokumenter tentang musik dan kerap diundang sebagai pembicara dalam diskusi musik dan industri kreatif.

Tak hanya itu, ia juga kerap menulis opini tentang dunia musik, menunjukkan bahwa kontribusinya tidak terbatas hanya di atas panggung.

Dalam wawancara-wawancara terdahulu, Ricky kerap menekankan pentingnya membangun ekosistem musik independen yang sehat. Ia menjadi contoh figur musisi yang tak hanya peduli pada karya, tetapi juga pada komunitas dan kultur di sekitarnya.

Baca juga:

Profil Ricky Siahaan: Gitaris Seringai dan Ikon Musik Rock Indonesia

  • Warisan untuk Panggung Musik Keras Indonesia

Bersama Seringai, Ricky telah merilis sejumlah album penting seperti High Octane Rock (2004), Serigala Militia (2007), Taring (2012), dan Seperti Api (2018). Setiap rilisan mereka mendapat sambutan hangat dan memperkuat posisi Seringai sebagai salah satu band rock paling konsisten dan relevan di Indonesia.

Ricky Siahaan bukan hanya gitaris dari band cadas. Ia adalah penggerak, penulis, pemikir, dan pengamat budaya populer yang ikut menyuarakan pentingnya keberlanjutan skena musik keras di negeri ini. Lewat gitarnya, ia bukan hanya menciptakan suara bising—tapi juga gerakan, semangat, dan inspirasi. (Far)

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan