Perempuan Indonesia Matre dalam Memilih Pasangan
Senin, 09 Maret 2015 -
MerahPutih Keluarga - Sebuah hasil penelitian baru-baru ini menyebutkan hasil yang cukup mengejutkan. Para kaum hawa di indonesia ternyata cenderung matre dalam menilai pria yang akan menjadi pasangannya. Kebanyakan perempuan di Indonesia lebih memilih pria yang memiliki karier dan penghasilan yang mapan. Hal ini sangatlah berbeda dengan perempuan di negara-negara lain yang lebih tertarik kepada pria yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi.
Riset penelitian ini dilakukan oleh sebuah perusahaan biro jodoh profesional asal Singapura, Lunch Actually. Peneltian tersebut dilakukan terhadap 1.659 responden, dengan komposisi 49,01 persen perempuan dan 50,99 persen pria. Koresponden berasal dari empat negara, yakni Singapura, Malaysia, Hong Kong, dan Indonesia. Sebanyak 74,08 persen pendidikan responden merupakan tingkat sarjana ke atas. Tingkat kepercayaan penelitian ini 95 persen dengan margin error mencapai 3 persen.
Melalui siaran pers, sang CEO biro jodoh terkemuka tersebut, Violet Lim, mengungkapkan, "Kami menemukan tiga alasan besar apa yang menjadi daya tarik seorang pria atau perempuan. Pria akan tertarik pada perempuan karena faktor kecantikan sebesar 44,7 persen. Daya tarik fisik sebesar 36,2 persen. Humoris atau baik sebanyak 31,9 persen. Tidak ada perbedaan signifikan antara pria di Singapura, Hong Kong, dan Malaysia. (Baca Juga: Hukum Meminum Air Susu Istri Saat Bercumbu)
Dari hasil penelitian tersebut disebutkan bahwa perempuan Indonesia tertarik pada pria yang memiliki karier dan penghasilan yang mapan. "Perempuan di negara lain memilih pria karena rasa kepercayaan diri," ujar CEO Lunch Actually tersebut
Hasil riset Lunch Actually juga menyebutkan fakta perilaku mencari jodoh melalui penggunaan aplikasi online dating. Terungkap bahwa 49,09 persen pria dan 32.72 persen perempuan menggunakan aplikasi online dating untuk mencari pasangannya. (Baca Juga: Fenomena Polwan Cantik di Indonesia)
Sementara ditinjau dari komposisi umur, pria berusia 21 hingga 30 tahun lebih banyak menggunakan aplikasi dibandingkan mereka yang berumur di atas 31 tahun. Sementara perempuan, usia 26 hingga 35 tahun. Hal ini dianggap wajar, sebab perempuan pada usia tersebut sudah mulai merasakan kecemasan psikologis karena belum menemukan jodohnya.
Meski saat ini tren menggunakan aplikasi jodoh terus berkembang, mayoritas responden tetap memilih cara konvensional dalam mencari pasangan hidupnya. Jasa biro jodoh profesional saat ini tetap menjadi pilihan utama untuk digunakan. (Baca Juga: Tanda-Tanda Pacar Anda Seorang Playboy)
Salah satu faktor yang menjadi alasan mereka untuk menilai cocok tidaknya calon pasangan adalah dengan bertemu dan melihat langsung secara fisik (18,57 persen). Sementara yang menjawab tidak yakin terhadap profil dan kualitas seseorang jika mengandalkan aplikasi saja mencapai 37,4 persen.
Dari riset tersebut diketahui pula bahwa para responden merasa yakin bahwa setiap orang memiliki pasangan hidupnya masing-masing. Namun, Sebanyak 43,90 persen perempuan merasa ragu apakah bisa menemukan jodohnya. Sementara untuk kalangan pria 39,72 persen merasa optimis dapat memiliki pasangan hidup.
Hal tersebut disebabkan lantaran faktor psikologis dari para perempuan yang ragu tersebut beranggapan kalau mereka tidak seagresif perempuan lain dalam mengejar jodoh. Selain itu, keragu-raguan para perempuan tersebut timbul karena standar yang tinggi yang mereka tetapkan dalam memilih calon suami dan tidak ada pria yang memenuhi standar tersebut.
"Kami sering menolong para klien yang kesulitan mendapatkan jodoh di berbagai negara di Asia, dan hasilnya cukup memuaskan. Dengan konsep makan siang bersama calon pasangan hidup, mereka bisa memutuskan apakah akan melanjutkan hubungannya atau tidak. Namun sebelum mereka saling bertemu, tentunya kami akan mendampingi dan menjalin komunikasi yang intensif dengan klien. Terlebih rata-rata responden kami cenderung memilih untuk bertemu langsung dibandingkan mengenal secara maya," pungkas Violet Lim. (man)